Tatsqif

Ketika Rabb Bergembira Bag. 2

Tanda-Tanda Penyesalan

Ketika Tuhan Berbahagia (Bagian Ke Dua)

Jika seorang hamba menyesal, lalu penyesalan itu tumbuh dalam hatinya hingga ia menangis karena dosa-dosanya, maka air matanya akan jatuh karena takut kepada Allah dan berharap ampunan-Nya. Dengarlah kabar gembira dari sabda Nabi ﷺ: “Dua mata yang tidak akan disentuh oleh api neraka selamanya: mata yang menangis karena takut kepada Allah…” (Shahih seperti dalam Shahih Sunan Tirmidzi, no. 7562)

Ibnu Umar pernah menangis, lalu ditanya tentang sebab tangisannya. Ia menjawab: “Karena setetes air mata yang keluar karena takut kepada Allah lebih aku cintai daripada sedekah seribu dinar.”

Suatu malam, Rasulullah ﷺ shalat dan menangis begitu dalam karena takut kepada Allah. Hingga ketika Bilal datang mengingatkan waktu Subuh, ia melihat wajah Rasulullah ﷺ masih basah oleh air mata. Lalu beliau bersabda: “Sungguh api neraka tidak akan menyentuh tempat yang telah disentuh air mata.”

Siapa yang tidak bisa menangis dengan matanya, maka hendaklah ia berpura-pura menangis agar Allah memberinya karunia air mata penyesalan ini.

Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu berkata: “Barang siapa tidak bisa menangis, maka hendaklah ia menangis dalam hatinya. Dan barang siapa tidak mampu menangis dengan hatinya, maka sungguh hatinya itu keras.”

Wahai Saudara Yang Bertaubat…

Jika seorang yang berakal tidak menangis atas umur yang telah ia habiskan dalam kelalaian, maka atas apakah lagi ia akan menangis?

Wahai orang yang menyia-nyiakan ketaatan kepada Rabb-nya hingga ajal menjemputnya, lalu bagaimana ia akan menyambut sisa umurnya?

Sungguh orang yang menyesal atas hartanya yang dicuri, maka bagaimana mungkin tidak menyesal atas dosa dan kedurhakaan?

Wahai Saudaraku…

Bangkitlah di tengah malam… Panggillah Tuhanmu di waktu sahur… Angkatlah suaramu dalam tangisan penyesalan:

“Ya Rabb… jika dosa-dosa kami telah terlalu banyak disebutkan…

Maka sungguh jalan menuju Surga pun menjadi sempit tak terhingga…

Kami pun tidak sanggup menahan siksa neraka dari sebelumnya maupun setelahnya…

Wahai Dzat yang Maha Pengasih, janganlah jadikan tempat kembaliku adalah neraka esok hari.”

Abu Bakar bin ‘Abdil ‘Aziz al-Mazini berkata:

“Seorang laki-laki keluar untuk menunaikan shalat berjamaah, lalu tertinggal dari jamaah tersebut. Maka ia pun duduk dengan sedih karena Allah, lalu Allah pun memberinya keutamaan sebagaimana keutamaan orang yang shalat berjamaah.”

Waspadalah Terhadap Pendahuluan Dosa

Segala sesuatu yang mengantarkan kepada yang haram, maka ia juga haram. Dan bentuk taubat yang sempurna dari dosa adalah dengan meninggalkan pendahuluan dan pintu-pintunya.

Jika engkau tidak sabar dari memalingkan pandanganmu dari yang haram, lalu engkau diundang ke suatu tempat yang penuh dengan kemaksiatan, tempat maksiat dan aurat yang terbuka—maka kakimu yang menuju ke tempat itu adalah langkah menuju dosa.

Jika engkau tahu bahwa tubuhmu butuh istirahat enam jam, lalu engkau begadang tanpa kebutuhan mendesak, dan akhirnya melewatkan shalat Subuh karena mengantuk, maka sesungguhnya begadangmu itu adalah dosa.

Jika engkau lupa dosa lama karena kelalaian, atau lupa aib masa lalumu, maka sungguh hatimu sedang mengidap penyakit. Maka engkau perlu disadarkan dan diperingatkan, karena itu bisa menjadi pintu menuju keharaman.

Ibrahim bin Adham berpesan dalam wasiatnya:

“Barang siapa yang ingin bertaubat, maka hendaklah ia keluar dari kezaliman, dan menjauh dari pergaulan dengan orang-orang yang biasa berbuat maksiat. Jika tidak, maka ia tidak akan mendapatkan apa yang diinginkannya.”

Faidah Indah

Zainab bintu Basyar bin al-Harits berkata:

“Hal paling ringan atas hamba dalam berbuat dosa adalah ia tidak takut terhadapnya.” Padahal, tidaklah dosa itu ditolak kecuali dengan sesuatu yang lebih besar darinya.

Penyesalan

Engkau harus menyesal karena engkau pernah mencabut dirimu dari perlindungan Allah saat engkau jatuh dalam dosa.

Engkau harus menyesal karena engkau pernah merasa ringan saat melakukan dosa.

Engkau harus menyesal karena engkau pernah meninggalkan kesempatan berteman dengan malaikat, lalu engkau memilih duduk bersama setan; memilih bertetangga dengan ahli surga, lalu engkau memilih bertetangga dengan penduduk neraka; dan engkau menolak rahmat Allah dan ridha-Nya demi kemurkaan-Nya dan murka-Nya.

Engkau harus menyesal karena dengan dosa itu, engkau sedang melawan Pemilik dirimu dan Pemilik segalanya yang engkau miliki. Maka dengan apa engkau bisa menebusnya?

Tidaklah dosa itu ditimbang berdasarkan bentuk dan rupanya, tetapi ia ditimbang berdasarkan siapa yang engkau durhakai dan perintah siapa yang engkau langgar.

Sebagaimana firman Allah:

“Maka masing-masing Kami siksa karena dosa-dosa mereka.” (QS. Al-Ankabut: 40)

Engkau harus menyesal, karena boleh jadi dosa itu telah dicatat atasmu dan engkau belum sempat menghapusnya, lalu ditakdirkan untukmu su’ul khatimah (akhir yang buruk). Dan celakalah bagi orang yang ditutup hidupnya dalam keadaan seperti itu. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di akhirnya.

Hubungan Terbalik

Keimanan selalu sejalan dengan terus-menerus mengingat dosa. Semakin kuat iman seseorang, maka dosa akan terus hadir dalam benaknya, menetap dalam batinnya. Dan jika seorang hamba lupa akan dosanya sebelum ia meninggalkannya dengan taubat yang benar, maka itu adalah bencana.

Dia akan berpindah dari satu dosa ke dosa lain, dan dari satu maksiat ke maksiat lain tanpa pengawasan dan tanpa penyesalan, bahkan sampai hatinya membeku dan tertutup.

Muhammad bin Wasi’ berkata:

“Aku mengingat dosa yang telah kulakukan selama empat puluh tahun.” Ia juga berkata: “Aku pernah terkena musibah, maka aku pun mengingat dosa yang telah aku lakukan empat puluh tahun yang lalu.” Seseorang bertanya kepadanya: “Wahai Abu Abdillah, apakah engkau mengingat dosa setelah empat puluh tahun?” Ia menjawab: “Ya, sungguh aku melihat itu sebagai akibat dari dosa tersebut.”

Malik bin Dinar berkata:

“Aku melihat seseorang bersujud dalam shalatnya dan menangis, lalu aku berkata: ‘Orang ini mengingat dosa yang ia lakukan sebelumnya.’”

Al-Fudhail berkata:

“Seseorang mengingat dosa yang dilakukannya lima bulan lalu. Ia pun terhalang dari shalat malam selama lima bulan karena dosa tersebut.”

Maka, hendaknya engkau mengukur kadar iman di hatimu berdasarkan cermin ini. Lihatlah dirimu dalam cahaya kenyataan ini dan tanyakan kepada hatimu: Berapa lama dari jam-jam dalam hidupmu kamu tetap mengingat dosamu dengan penyesalan dan menangis atasnya?! Itu adalah karunia dalam bentuk musibah!

Nabi ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya seseorang terhalang dari rezekinya karena dosa yang ia lakukan.” (HR. Ahmad, no. 3248 – hadits hasan)

Allah menahan rezeki darimu agar engkau kembali kepada-Nya dan merendahkan diri di hadapan-Nya. Maka kefakiranmu akan Allah ganti dengan kekayaan, kehinaanmu akan Allah ganti dengan kemuliaan. Dan apa yang Allah tahan darimu—itu sebenarnya karena kasih sayang-Nya. Alangkah lembutnya kasih sayang Allah ketika Dia menahan sesuatu dari kita justru untuk memberikan peringatan. Peringatan yang bisa membangunkan orang-orang beriman dan menyadarkan orang-orang yang lalai.

Ketahuilah dengan baik:

Setiap musibah yang terjadi adalah karena dosa. Tidaklah seekor burung tertangkap, atau pohon ditebang, kecuali karena dosa. Tidaklah zikir terhenti, atau engkau melupakan surat Al-Insyiqaq, atau musibah apa pun yang menimpamu, kecuali karena dosa yang engkau lakukan.

Sebagaimana firman Allah Ta‘ala:

“Dan apa saja musibah yang menimpa kalian, maka itu disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri. Dan Allah memaafkan banyak (kesalahan).” (QS. Asy-Syura: 30)

(Diterjemahkan dari kitab “Hibbi Ya Rihal Iman”, karya Khalid Abu Syadi)

Yusta Rizaldi, S.Pd.

Mahasiswa S2, Jurusan Tarbiyah, Qassim University

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button