Mengajak dengan Hikmah, Menguatkan dengan Rahmah

Mengajak dengan Hikmah, Menguatkan dengan Rahmah
Dakwah, dalam esensinya, adalah sebuah panggilan mulia yang berakar pada kasih sayang untuk menuntun manusia menuju jalan kebaikan. Ini bukanlah paksaan, melainkan sebuah undangan terbuka yang disampaikan dengan kebijaksanaan, nasihat yang menyentuh, dan dialog yang penuh adab. Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam telah meletakkan fondasi yang kokoh mengenai bagaimana dakwah seharusnya dijalankan: dengan kelembutan yang membuka hati, bukan kekerasan yang menjauhkan.
Tujuan utama dakwah adalah mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, seperti yang ditegaskan Allah dalam Al-Qur’an:
اللّهُ وليُّ الّذين امنوا يخرجهم من الظلمٰت إلى النّور}
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)” (QS. Al-Baqarah: 257).
Tugas ini merupakan kewajiban setiap Muslim sesuai dengan kapasitasnya, sebagaimana firman-Nya:
ولتكن منكم أمّة يدعون الى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر واُولئك هم المفلحون
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali ‘Imran: 104)
Al-Qur’an memberikan tiga pilar utama dalam metode berdakwah yang tertuang dalam satu ayat kunci:
ادع الى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي احسن
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik” (QS. An-Nahl: 125).
1. بالحكمة (Dengan Hikmah): Hikmah berarti kebijaksanaan, yaitu kemampuan menempatkan sesuatu pada tempatnya. Ini mencakup pemahaman mendalam tentang kondisi audiens, waktu yang tepat, dan cara penyampaian yang paling sesuai. Dakwah dengan hikmah menghindari generalisasi dan memperlakukan setiap individu atau kelompok secara unik.
2. والموعظة الحسنة (Pelajaran yang Baik): Ini adalah nasihat yang menyentuh hati, disampaikan dengan tulus dan lembut. Tujuannya adalah membangkitkan kesadaran, bukan mempermalukan. Nasihat yang baik sering kali datang dalam bentuk kisah, perumpamaan, atau pengingat yang membangkitkan harapan dan rasa takut yang seimbang kepada Allah.
3. وجادلهم بالتي هي احسن (Berdebat dengan Cara yang Terbaik): Jika terjadi perbedaan pendapat atau perdebatan, Islam memerintahkan untuk melakukannya dengan argumen yang kuat namun tetap menjaga etika dan kesantunan. Tujuannya bukan untuk “menang”, melainkan untuk mencari kebenaran bersama dan menjaga tali persaudaraan.
Keteladanan Dakwah Rasulullah SAW dalam Hadis
Nabi Muhammad SAW adalah teladan dakwah yang sempurna. Seluruh hidup beliau adalah manifestasi dari dakwah bil-hal (dakwah melalui perbuatan):
1. Menyampaikan Walau Satu Ayat: Kewajiban dakwah tidak hanya bagi para ulama besar. Setiap Muslim memiliki tanggung jawab untuk berbagi kebaikan yang diketahuinya, sekecil apa pun. Rasulullah SAW bersabda:
بلّغوا عنّي ولو آية
“Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat” (HR. Bukhari). Hadis ini memotivasi setiap individu untuk menjadi agen kebaikan di lingkungannya.
2. Memudahkan dan Memberi Kabar Gembira: Pendekatan dakwah Nabi SAW selalu berorientasi pada kemudahan. Beliau bersabda:
يسّروا ولا تعسّروا، وبشّروا ولا تُنفّروا
“Mudahkanlah dan jangan mempersulit, berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari” (HR. Bukhari). Ini mengajarkan bahwa dakwah haruslah ramah, optimis, dan tidak membebani, sehingga Islam terasa sebagai rahmat, bukan sebagai beban.
3. Amar Ma’ruf Nahi Munkar Sesuai Kemampuan: Nabi SAW memberikan panduan praktis dalam mengubah kemungkaran sesuai kapasitas masing-masing. “Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika tidak mampu (juga), maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman” (HR. Muslim). Hadis ini menunjukkan adanya tahapan dan realisme dalam menegakkan kebaikan.
4 Memulai dari Diri Sendiri : Seorang dai yang efektif adalah yang mengamalkan apa yang ia sampaikan. Rasulullah SAW bersabda, “Lakukanlah amar ma’ruf dan nahi munkar sebelum kalian menyeru namun seruan kalian tidak disambut” (HR. Ibnu Majah). Integritas antara kata dan perbuatan adalah kunci diterimanya sebuah ajakan.
Di zaman yang serba cepat dan penuh distraksi ini, dakwah menghadapi tantangan baru. Namun, prinsip-prinsip Qur’ani dan hadis tetap relevan :
– Melawan Taswif (Menunda-nunda Kebaikan) : Banyak orang tahu apa yang benar tetapi menunda untuk melakukannya. Dakwah yang efektif harus mendorong aksi segera. Ajak audiens untuk memulai dengan langkah kecil hari ini, Misalnya ,shalat sunnah rawatib atau mengirim pesan baik kepada orang tua.
– Membangun Kebiasaan, Bukan Sekadar Motivasi Sesaat: Dakwah yang berhasil tidak hanya membakar semangat sesaat, tetapi membantu membentuk kebiasaan yang konsisten. Alih-alih menuntut perubahan drastis, ajaklah untuk membangun kebiasaan mikro: salat sunnah dua rakaat, membaca Al-Qur’an satu halaman setelah Subuh, atau berdzikir singkat sebelum tidur. Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang rutin meskipun sedikit.
– Dakwah di Ruang Digital : Di era media sosial, setiap Muslim bisa menjadi dai. Namun, adab dakwah tetap berlaku. Gunakan platform digital untuk menyebarkan konten yang menyejukkan, berlandaskan ilmu, dan disampaikan dengan bahasa yang santun. Hindari perdebatan kusir yang hanya menyisakan kebencian. Ingatlah prinsip وجادلهم بالتي هي احسن (wa jadilhum billati hiya ahsan).
Pada akhirnya, dakwah adalah ekspresi cinta—cinta kepada Allah dengan menyebarkan risalah-Nya, dan cinta kepada sesama manusia dengan menginginkan kebaikan bagi mereka. Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam (QS. Al-Anbiya’: 107), dan dakwah kita adalah perpanjangan dari misi rahmat tersebut.
Setiap Muslim adalah duta Islam. Kelembutan tutur kata kita, kejujuran dalam berbisnis, kesabaran dalam menghadapi kesulitan, dan kepedulian kita pada sesama adalah bentuk dakwah yang paling kuat. Mari kita hidupkan kembali spirit dakwah yang diajarkan Al-Qur’an dan dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam : dakwah yang mengajak dengan hikmah, menasihati dengan kelembutan, dan membangun peradaban dengan cinta. Mulailah dari diri sendiri, mulailah dari hal kecil, dan mulailah sekarang juga.
Barakallahufikum