7 Keistimewaan Bunda Saudah Binti Zam’ah
Istri ke-2 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini merupakan putri dari Zam’ah bin Qais dari suku Quraisy. Ibunya yang bernama As-Syamus binti Qais bin ‘Amr berasal dari Yatsrib (Madinah). Sebelum menikah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam suaminya adalah sepupunya sendiri yang bernama As-Sakran bin ‘Amr. Keduanya termasuk di antara assabiqunal awwalun yaitu para sahabat yang memeluk islam pada periode awal risalah kenabian. Mereka juga termasuk rombongan hijrah ke Habasyah gelombang kedua. Saudah menjanda karena suaminya wafat pasca kepulangan mereka ke Makkah.
Isyarat 2 Mimpi
Beberapa waktu sebelum suaminya meninggal, Saudah pernah bermimpi sebanyak dua kali. Pada mimpi yang pertama ia seakan melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berjalan menghampirinya hingga menginjak lehernya. Di mimpi yang kedua ia melihat bulan jatuh dari langit tepat ke arahnya ketika sedang berbaring. Saudah yang penasaran lalu menceritakan hal itu kepada suaminya. Tak disangka, sang suami menafsirkannya sebagai tanda bahwa tak lama lagi ia yang memang sudah sakit sakitan akan wafat dan Saudah akan menikah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Woman Behind The Scene
Kisah cinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Saudah tidak bisa lepas dari peran seorang sahabiyah bernama Khaulah binti Hakim. Dialah orang pertama dan satu-satunya yang memberanikan diri untuk menawarkan Saudah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam setelah menangkap sinyal kesedihan pasca kepergian cinta pertamanya Khadijah. Selain Saudah nama Aisyah juga disebut dari kalangan gadis. Tak butuh waktu lama, sang baginda menyetujui saran dari Khaulah, bukan hanya salah satu dari mereka, tapi kedua-duanya. Adapun Saudah, meskipun umurnya tak lagi muda namun ia adalah wanita yang kokoh imannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ingin melindunginya dari fitnah keluarganya yang masih musyrik dan memusuhi dakwah Islam. Keduanya menikah pada bulan Ramadhan tahun 10 kenabian.
7 Keistimewaan Saudah
Ada banyak keistimewaan ibunda Saudah, 7 di antaranya adalah:
- Termasuk golongan As-Sabiqunal Awwalun
Allah mengistimewakan golongan yang masuk islam di awal masa risalah karena beratnya pengorbanan mereka. Saat itu Islam masih sangat asing. Memilih Islam berarti jiwa dan harta menjadi taruhan.
Allah berfirman:
﴿ … لَا يَسْتَوِي مِنكُم مَّنْ أَنفَقَ مِن قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُوْلَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِّنَ الَّذِينَ أَنفَقُوا مِن بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلّاً وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ ﴾
“… Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Makkah). Mereka lebih tingi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hadid: 10).
- Wanita pertama yang dinikahi setelah Khadijah
Menjadi yang pertama memanglah spesial. Apalagi selama 3 tahun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hanya hidup bersamanya tanpa wanita lain. Memang benar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah melangsungkan akad nikah dengan Aisyah di bulan Syawal (kurang lebih sebulan setelah Saudah). Namun, beliau baru tinggal serumah setelah 3 tahun tatkala hijrah ke Madinah.
- Hijrah ke Habasyah dan Madinah
Jika hijrah ke Habasyah ia ditemani oleh suaminya, maka ke Madinah dialah yang menemani putri-putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang dikawal oleh Zaid bin Haritsah dan Abu Rafi’. Banyak sekali ayat yang menyebutkan tentang keutamaan hijrah, di antaranya:
﴿ وَٱلَّذِينَ آمَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَـاهَدُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَٱلَّذِينَ آوَواْ وَّنَصَرُواْ أُولَـئِكَ هُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ حَقّاً لَّهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ﴾
“Orang-orang yang beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah, serta orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang Muhajirin), mereka itulah orang-orang mukmin yang sebenarnya. Bagi mereka ampunan (yang besar) dan rezeki yang mulia.” (QS. Al-Anfal:74).
- Wanita berhati baja
Setelah hijrah ke Madinah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah tinggal serumah dengan Aisyah. Bila seorang wanita berada di posisi Saudah pasti telah timbul rasa cemburu. Namun saudah memang wanita yang spesial, ia bukan hanya sekedar bahagia, tapi rela menghadiahkan hari gilirannya bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk madunya yang terpaut jauh beda usia dengannya. Bukan hanya sehari sepekan, tapi selamanya hingga Nabi menikah dengan wanita yang lain. Alasannya, ia yang telah berusia senja khawatir akan diceraikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena tak bisa lagi maksimal melayani seperti sedia kala. Tawaran itu disepakati Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan kompensasi Saudah tetap menjadi istrinya. Putri Zam’ah itu paham betul bahwa menjadi istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di dunia kelak akan menjadi istrinya di surga. sungguh keputusan yang cerdas. Peristiwa ini menjadi asbab nuzul firman Allah:
﴿ وَإِنِ امْرَأَةٌ خَافَتْ مِن بَعْلِهَا نُشُوزًا أَوْ إِعْرَاضًا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا أَن يُصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا ۚ وَالصُّلْحُ خَيْرٌ… ﴾
“Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)….” (QS. An-Nisa: 128)
- Idola ibunda Aisyah
Sikap itsar Saudah yang tidak biasa dan sangat jarang terjadi di dunia wanita itu membuat Aisyah tersanjung. Imam Muslim dalam sahihnya berhasil merekam sebuah riwayat yang berisi kekagumannya. Aisyah berkata: “Tak ada seorang pun wanita yang lebih kusukai agar diriku menjadi sepertinya selain Saudah binti Zam’ah. Ia adalah wanita yang tegar berjiwa besar. Tatkala masuk usia senja, ia berkata, ‘Ya Rasulullah aku hadiahkan jatah giliranku bersamamu untuk Aisyah’.” (HR. Muslim: 1463)
- Kedermawanan di atas rata-rata
Pasca penaklukan benteng Yahudi Khaibar Saudah mendapat jatah rampasan perang sebesar 80 wasaq (sekitar 10 ton) kurma dan 20 wasaq (sekitar 2,5 ton) gandum. Namun, sebelum sampai ke rumahnya ia sedekahkan bagi yang membutuhkan. Hal yang sama ia lakukan tatkala Umar bin Khattab menjadi khalifah dan mengirimkan sekarung dirham untuknya sebagaimana istri-istri Nabi yang lainnya. Saudah berkata: “Sekarung dirham ini sama dengan kurma Khaibar” (Lihat: Al-Isabah: 4/339)
- Ceria dan jenaka
Sering kali Saudah menghibur Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan candaanya. Suatu ketika Saudah berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Semalam saat salat bersamamu engkau rukuk begitu lama, sehingga aku memegang hidungku karena takut bercucuran darah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tertawa mendengar ucapan Saudah itu. (Lihat: At-Thabaqat, Ibnu Sa’ad)
Menyusul Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Tak ada yang abadi di dunia ini, begitu juga dengan umur manusia. Meski diberi umur yang panjang, Saudah akhirnya menutup mata untuk selama-lamanya di akhir masa pemerintahan Umar bin Khattab. Radhiallahu ‘anha wa ‘anhum jami’an.
Sumber:
-As-Salihah Al-Haniyah Saudah bintu Zam’ah, Muhammad Mahmud Al-Qadhi
-Ummul Mukminin Saudah bintu Zam’ah, Khalid Al-Hamudi