Waktu Penyembelihan Qurban

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, amma ba’du:
Waktu menyembelih hewan kurban dimulai setelah shalat Idul Adha dan berakhir dengan terbenamnya matahari pada hari ketiga belas bulan Dzulhijjah. Artinya, hari-hari penyembelihan adalah empat hari: hari Idul Adha dan tiga hari setelahnya.
Yang terbaik adalah menyegerakan penyembelihan setelah shalat Id, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ, lalu beliau menjadikan daging kurbannya sebagai makanan pertama yang dimakan pada hari Id.
Imam Ahmad (22475) meriwayatkan dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
“Rasulullah ﷺ tidak keluar rumah pada hari Idul Fitri sebelum makan, dan beliau tidak makan pada hari Idul Adha sebelum kembali (dari shalat), lalu makan dari hewan kurbannya.”
Al-Zaila’i dalam Nashb al-Rayah (2/221) menukil bahwa Ibnu Al-Qattan menyatakan hadits ini sahih.
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata dalam Zad al-Ma’ad (2/319):
“Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata: Hari-hari penyembelihan adalah hari Idul Adha dan tiga hari setelahnya. Ini adalah pendapat Imam Ahlul Bashrah, yaitu Hasan Al-Bashri; Imam Ahlul Makkah, yaitu ‘Atha bin Abi Rabah; Imam Ahlul Syam, yaitu Al-Auza’i; dan Imam ahli fikih dari kalangan ahli hadits, yaitu Imam Asy-Syafi’i rahimahullah. Pendapat ini juga dipilih oleh Ibnul Mundzir. Hal ini karena ketiga hari tersebut secara khusus merupakan hari-hari Mina, hari-hari melempar jumrah, dan hari-hari tasyriq. Pada hari-hari itu haram berpuasa. Maka, ketiganya memiliki hukum yang sama, sehingga tidak layak dipisahkan dalam hukum bolehnya penyembelihan tanpa dalil atau ijma’. Diriwayatkan dari dua jalur berbeda yang saling menguatkan, bahwa Nabi ﷺ bersabda: ‘Seluruh Mina adalah tempat penyembelihan, dan seluruh hari-hari tasyriq adalah waktu penyembelihan.’” Selesai. Hadits ini disahihkan oleh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah (2476).
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam kitab Ahkam Al-Udhiyah mengatakan tentang waktu penyembelihan hewan kurban:
“Waktunya dimulai setelah shalat Id pada hari penyembelihan (Idul Adha) sampai terbenam matahari pada hari terakhir dari hari-hari tasyriq, yaitu hari ketiga belas Dzulhijjah. Jadi, waktu penyembelihan ada empat hari: hari Id setelah shalat, dan tiga hari setelahnya. Barang siapa menyembelih sebelum shalat Id selesai atau setelah matahari terbenam pada hari ketiga belas, maka tidak sah kurbannya… Namun, jika ada uzur yang menyebabkan penyembelihan tertunda dari hari-hari tasyriq — seperti hewan kurban kabur tanpa kelalaian dari pemiliknya lalu baru ditemukan setelah waktu berlalu, atau ia mewakilkan penyembelihan kepada seseorang namun orang tersebut lupa hingga waktu berlalu — maka tidak mengapa menyembelih setelah lewat waktu karena adanya uzur. Hal ini diqiyaskan dengan orang yang tertidur atau lupa dari mengerjakan shalat, maka ia tetap wajib shalat ketika bangun atau ingat.
Penyembelihan kurban boleh dilakukan baik siang maupun malam dalam rentang waktu yang telah disebutkan. Namun, siang hari lebih utama. Penyembelihan yang paling utama adalah pada hari Id setelah dua khutbah, dan setiap hari lebih utama daripada hari setelahnya karena menunjukkan kesegeraan dalam melakukan kebaikan.” Selesai (ringkasan).
Dalam Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah (11/406) disebutkan:
“Waktu penyembelihan untuk hadyu tamattu’ dan qiran serta kurban adalah empat hari: hari Idul Adha dan tiga hari setelahnya. Penyembelihan berakhir saat terbenam matahari pada hari keempat, menurut pendapat yang paling kuat dari para ulama.” Selesai.
Dan Allah Lebih Maha Mengetahui.
Sumber Islamqa
ٱلْـحَمْدُ لِلَّهِ وَٱلصَّلَاةُ وَٱلسَّلَامُ عَلَىٰ رَسُولِ اللَّهِ، وَبَعْدُ:
يَبْدَأُ وَقْتُ ذَبْحِ ٱلْأُضْحِيَةِ مِنْ بَعْدِ صَلَاةِ عِيدِ ٱلْأَضْحَى، وَيَنْتَهِي بِغُرُوبِ ٱلشَّمْسِ مِنَ ٱلْيَوْمِ ٱلثَّالِثِ عَشَرَ مِنْ شَهْرِ ذِي ٱلْحِجَّةِ. أَيْ أَنَّ أَيَّامَ ٱلذَّبْحِ أَرْبَعَةٌ: يَوْمُ ٱلْأَضْحَى وَثَلَاثَةُ أَيَّامٍ بَعْدَهُ.
وَٱلْأَفْضَلُ أَنْ يُبَادِرَ بِٱلذَّبْحِ بَعْدَ صَلَاةِ ٱلْعِيدِ، كَمَا كَانَ يَفْعَلُ ٱلرَّسُولُ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ يَكُونُ أَوَّلَ مَا يَأْكُلُ يَوْمَ ٱلْعِيدِ مِنْ أُضْحِيَّتِهِ.
رَوَىٰ أَحْمَدُ (22475) عَنْ بُرَيْدَةَ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنْهُ قَالَ:
كَانَ رَسُولُ ٱللَّهِ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَغْدُو يَوْمَ ٱلْفِطْرِ حَتَّىٰ يَأْكُلَ، وَلَا يَأْكُلُ يَوْمَ ٱلْأَضْحَى حَتَّىٰ يَرْجِعَ، فَيَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَّتِهِ.
نَقَلَ ٱلزَّيْلَعِيُّ فِي “نَصْبِ ٱلرَّايَةِ” (2/221) عَنْ ٱبْنِ ٱلْقَطّانِ أَنَّهُ صَحَّحَهُ.
قَالَ ٱبْنُ ٱلْقَيِّمِ رَحِمَهُ ٱللَّهُ فِي “زَادِ ٱلْمَعَادِ” (2/319):
“قَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنْهُ: أَيَّامُ ٱلنَّحْرِ: يَوْمُ ٱلنَّحْرِ، وَثَلَاثَةُ أَيَّامٍ بَعْدَهُ، وَهُوَ مَذْهَبُ إِمَامِ أَهْلِ ٱلْبَصْرَةِ ٱلْـحَسَنِ، وَإِمَامِ أَهْلِ مَكَّةَ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ، وَإِمَامِ أَهْلِ ٱلشَّامِ ٱلْأَوْزَاعِيِّ، وَإِمَامِ فُقَهَاءِ ٱلْـحَدِيثِ ٱلشَّافِعِيِّ رَحِمَهُ ٱللَّهُ، وَٱخْتَارَهُ ٱبْنُ ٱلْمُنْذِرِ، وَلِأَنَّ ٱلثَّلَاثَةَ تَخْتَصُّ بِكَوْنِهَا أَيَّامَ مِنًى، وَأَيَّامَ ٱلرَّمْيِ، وَأَيَّامَ ٱلتَّشْرِيقِ، وَيَـحْرُمُ صِيَامُهَا، فَـهِيَ إِخْوَةٌ فِي هَذِهِ ٱلْأَحْكَامِ، فَكَيْفَ تَفْتَرِقُ فِي جَوَازِ ٱلذَّبْحِ بِغَيْرِ نَصٍّ وَلَا إِجْمَاعٍ، وَرُوِيَ مِنْ وَجْهَيْنِ مُخْتَلِفَيْنِ يُشَدُّ أَحَدُهُمَا ٱلْآخَرَ عَنِ ٱلنَّبِيِّ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: كُلُّ مِنًى مَنْحَرٌ، وَكُلُّ أَيَّامِ ٱلتَّشْرِيقِ ذَبْحٌ.” ٱنْتَهَىٰ.
وَٱلْـحَدِيثُ صَحَّحَهُ ٱلْأَلْبَانِيُّ فِي ٱلسِّلْسِلَةِ ٱلصَّحِيحَةِ (2476).
وَقَالَ ٱلشَّيْخُ ٱبْنُ عُثَيْمِينِ فِي أَحْكَامِ ٱلْأُضْحِيَةِ عَنْ وَقْتِ ذَبْحِ ٱلْأُضْحِيَةِ:
“مِنْ بَعْدِ صَلَاةِ ٱلْعِيدِ يَوْمَ ٱلنَّحْرِ إِلَىٰ غُرُوبِ ٱلشَّمْسِ مِنْ آخِرِ يَوْمٍ مِنْ أَيَّامِ ٱلتَّشْرِيقِ وَهُوَ ٱلْيَوْمُ ٱلثَّالِثُ عَشَرَ مِنْ ذِي ٱلْـحِجَّةِ، فَتَكُونُ أَيَّامُ ٱلذَّبْحِ أَرْبَعَةً: يَوْمُ ٱلْعِيدِ بَعْدَ ٱلصَّلَاةِ، وَثَلَاثَةُ أَيَّامٍ بَعْدَهُ، فَمَنْ ذَبَحَ قَبْلَ فَرَاغِ صَلَاةِ ٱلْعِيدِ، أَوْ بَعْدَ غُرُوبِ ٱلشَّمْسِ يَوْمَ ٱلثَّالِثَ عَشَرَ لَمْ تَصِحَّ أُضْحِيَّتُهُ… لَكِنْ لَوْ حَصَلَ لَهُ عُذْرٌ بِٱلتَّأْخِيرِ عَنْ أَيَّامِ ٱلتَّشْرِيقِ مِثْلُ أَنْ تَهْرُبَ ٱلْأُضْحِيَةُ بِغَيْرِ تَفْرِيطٍ مِنْهُ فَلَمْ يَجِدْهَا إِلَّا بَعْدَ فَوَاتِ ٱلْوَقْتِ، أَوْ يُوَكِّلَ مَنْ يَذْبَحُهَا فَيَنْسَى ٱلْوَكِيلُ حَتَّىٰ يَخْرُجَ ٱلْوَقْتُ، فَلَا بَأْسَ أَنْ تُذْبَحَ بَعْدَ خُرُوجِ ٱلْوَقْتِ لِلْعُذْرِ، وَقِيَاسًا عَلَىٰ مَنْ نَامَ عَنْ صَلَاةٍ أَوْ نَسِيَهَا فَإِنَّهُ يُصَلِّيهَا إِذَا ٱسْتَيْقَظَ أَوْ ذَكَرَهَا.
وَيَجُوزُ ذَبْحُ ٱلْأُضْحِيَةِ فِي ٱلْوَقْتِ لَيْلًا وَنَهَارًا، وَٱلذَّبْحُ فِي ٱلنَّهَارِ أَوْلَىٰ، وَيَوْمُ ٱلْعِيدِ بَعْدَ ٱلْخُطْبَتَيْنِ أَفْضَلُ، وَكُلُّ يَوْمٍ أَفْضَلُ مِمَّا يَلِيهِ؛ لِمَا فِيهِ مِنَ ٱلْمُبَادَرَةِ إِلَىٰ فِعْلِ ٱلْخَيْرِ.” ٱنْتَهَىٰ بِٱخْتِصَارٍ.
وَجَاءَ فِي فَتَاوَى ٱللَّجْنَةِ ٱلدَّائِمَةِ (11/406):
“أَيَّامُ ٱلذَّبْحِ لِهَدْيِ ٱلتَّمَتُّعِ وَٱلْقِرَانِ وَٱلْأُضْحِيَةِ أَرْبَعَةُ أَيَّامٍ: يَوْمُ ٱلْعِيدِ وَثَلَاثَةُ أَيَّامٍ بَعْدَهُ، وَيَنْتَهِي ٱلذَّبْحُ بِغُرُوبِ شَمْسِ ٱلْيَوْمِ ٱلرَّابِعِ فِي أَصَحِّ أَقْوَالِ أَهْلِ ٱلْعِلْمِ.” ٱنْتَهَىٰ.
وَٱللَّهُ أَعْلَمُ.