Tatsqif

Tujuh Gelar Sayyidah Aisyah binti Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhuma

Siapa yang tak kenal sosok wanita mulia yang satu ini, istri ke-3 Rasulullah ini memiliki banyak sekali keunggulan baik dalam sisi keimanan, ibadah, maupun keilmuan. Ia memiliki beberapa gelar yang menunjukkan keutamaannya. Di antara gelar itu datang dari lisan Rasulullah yang menandakan perhatian dan kecintaan beliau kepada putri sahabat dekatnya itu. Al-Fayruz Abadi mengatakan:

كَثرَةُ الأَسْمَاءِ تَدُلُّ عَلى شَرَفِ الـمُسَمَّى

“Keragaman nama dan gelar menunjukkan kemuliaan pemiliknya.” [Lihat: Bashair Dzawi At-Tamyiz: 1/88]

Berikut ini di antara gelar Sayyidah Aisyah:

Pertama: Ummul Mukminin

Gelar ini diberikan langsung oleh Allah khusus untuk istri-istri Nabi termasuk ibunda Aisyah, sebagaimana firman-Nya:

وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ

“Dan istri-istrinya (Rasulullah) adalah ibu-ibu mereka (Kaum mukminin).” (QS. Al-Ahzab: 6)

Secara bahasa Ummul Mukminin artinya ibu orang-orang yang beriman, adapun maknanya dalam ayat tersebut adalah ibu secara ideologis, di mana setiap orang mukmin diwajibkan untuk memuliakan seluruh istri-istri Nabi dan diharamkan untuk menikahi mereka selama-lamanya sebagaimana larangan menikahi ibu kandung.

Pendapat lain mengatakan, karena kasih sayang para Ummul Mukminin kepada kaum beriman secara umum sama seperti kasih sayang ibu kandung kepada anak-anaknya, maka mereka diposisikan sebagai ibu bagi kaum mukminin. [Lihat: Tafsir At-Thabari: 11/122, Tafsir Al-Qurtubi: 13/82]

Kedua: Habibatu Rasulillah (Kekasih Rasulullah)

Meski seluruh istri Rasulullah adalah kekasih hatinya, namun Aisyah lah yang paling dicintai oleh sang Nabi. Aisyah sebagai wanita nomor satu di dalam hati sang baginda telah diketahui oleh seluruh sahabat dan diakui oleh istri Rasulullah yang lain. Saat ditanya tentang siapa wanita yang paling dicintai oleh Rasulullah, beliau menjawab, “Aisyah.” [HR. Bukhari: 3662 dan Muslim: 2384].

Para sahabat pun tatkala mengirimkan hadiah untuk nabi selalu bertepatan dengan giliran Aisyah demi menyenangkan hati Rasulullah. [HR. Bukhari: 2581 dan Muslim: 2441].

Baca Juga  Fakta-Fakta Nyata Tentang Palestina yang Harus Kita Ketahui

Ibunda Saudah binti Zam’ah pun menghadiahkan hari gilirannya bersama Rasulullah kepada Asiyah karena ia tahu besarnya kecintaan Nabi kepada Aisyah.  [HR. Bukhari: 2593 dan Muslim: 1463].

Menariknya lagi, di masa kekhalifahan Umar bin Khattab beliau selalu melebihkan bagian Aisyah dari dana yang dialokasikan khusus untuk para Ummul Mukminin. Jika selainnya mendapat bagian sebesar 10.000 maka bagian Aisyah adalah sebesar 12.000. Saat ditanyakan alasan kebijakan tersebut, Umar menjawab, “Sungguh ia adalah habibah (kekasih) Rasulullah.” [HR. Al Hakim: 9/4]

Ketiga: AlMubarraah (Yang Dibebaskan dari Tuduhan)

Gelar ini disandangkan kepada Sayyidah Aisyah lantaran turunnya beberapa ayat Alquran (An-Nur: 11-20) yang membela kesuciannya dan membebaskannya dari tuduhan murahan yang disebarkan oleh orang-orang munafik di Madinah.

Imam Masruq bin Al-Ajda’ seorang ulama era tabiin tatkala meriwayatkan hadis dari Sayyidah Aisyah menyifatinya dengan mengatakan, “Telah berkata kepadaku seorang wanita shiddiqah binti As-Shiddiq (Abu bakar), kekasih Rasulullah dan AlMubarraah.” [Musnad Imam Ahmad: 26086].

Keempat: At-Thayyibah (Wanita Yang Suci dan Mulia)

Allah subhanahu Wata’ala bersaksi atas kesucian dan kemuliaan Sayyidah Aisyah dalam firmannya:

وَٱلطَّيِّبَٰتُ لِلطَّيِّبِينَ وَٱلطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَٰتِۚ أُوْلَٰٓئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَۖ لَهُم مَّغۡفِرَةٞ وَرِزۡقٞ كَرِيمٞ

“Dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh orang. Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).” (QS. An-Nur: 26).

Dari ayat ini Syekh As-Sa’di dalam tafsirnya menyimpulkan bahwa Rasulullah sebagai orang terbaik di muka bumi ini tidaklah pantas bersanding kecuali dengan wanita terbaik pula. Oleh sebab itu, mencela Aisyah sama saja dengan mencela Rasulullah. Bila sekedar menjadi istri Rasulullah telah dijamin kesucian Aisyah dari segala tuduhan buruk, apatah lagi jika ia adalah wanita terbaik teralim dan terspesial di hati Rasulullah. [Lihat: Taysir Al-Karim ar-Rahman: 352]

Baca Juga  Syamatah: Bergembira Dengan Kesalahan atau Musibah Orang Lain

Aisyah juga pernah berkata, “Aku adalah putri khalifah Rasulullah dan sahabat terdekatnya, pembelaan kesucianku turun dari atas langit, aku dilahirkan dalam keadaan suci dari dua orang tua yang baik, aku dijanjikan dengan ampunan dan rezeki yang mulia.” [HR. Abu Ya’la: 8/90 No. 4626].

Kelima: AsShiddiqah

Orang pertama yang menggelarinya dengan AsShiddiqah binti As-Shiddiq adalah muridnya sendiri yang bernama Masruq bin Al-Ajda’ sebagaimana disebutkan pada poin ke-3, yang kemudian setelah itu diikuti oleh para ulama setelahnya seperti Al-Aajurri, Ibnu Hibban, Ibnu Abdil Bar, Ibnu Qudamah, Ibnul Qayyim, Ibnu Katsir dan masih banyak ulama lainnya.

Tidak ada satu pun ulama ahlusunah yang mengingkarinya kecuali Syiah Rafidah la’anahumullahu yang terkenal sangat membenci Sayyidah Aisyah.

Syekh Muhammad bin Salih Al-Utsaimin menerangkan bahwa alasan disandangkannya gelar tersebut kepada Aisyah adalah tingginya level keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya serta ketulusannya menemani perjuangan Rasulullah sebagaimana ayahnya, juga kesabarannya menghadapi ujian fitnah perselingkuhan. [Lihat: Syarh Aqidah Al-Wasitiyah: 2/280].

Keenam: Al-Humaira’

Dalam bahasa Arab asal kata Humaira’ merupakan ism tasghir dari Hamra’ yang artinya merah, namun digunakan oleh bangsa Arab untuk menyifati orang berkulit putih. Mereka enggan menggunakan kata abyadh-baydha’ (putih) karena adanya kemiripan dengan penyakit panu. Ada juga yang menyebutkan bahwa kata humaira’ berarti orang yang berkulit putih kemerah-merahan. Selain karena warna kulit Sayyidah Aisyah yang demikian adanya Rasulullah juga memangillnya dengan sebutan itu, sebab di antara kebiasaan bangsa Arab adalah menggunakan ism tasghir sebagai panggilan kasih sayang, sebagaimana Nabi sering memanggilnya dengan sebutan ‘Aisy dan ‘Uwayyiys yang juga merupakan ism tashghir dari ‘Aisyah.

Baca Juga  MENJAGA IDENTITAS ISLAM (I)

Ketujuh: Al-Muwaffaqah

Al-Muwaffaqah artinya orang yang senantiasa diberikan taufik oleh Allah subhanahu wata’ala dalam setiap perkataan dan perbuatannya. Orang yang pertama kali memberi gelar ini kepada Sayyidah Aisyah adalah suaminya sendiri yaitu Rasulullah. [HR. At-Tirmizi: 1062 dan Ahmad: 3098].

Beliau pantas mendapatkan gelar ini karena kecerdasan dan kedalaman ilmunya dalam berbagai bidang ilmu agama. Imam Az-Zuhri pernah berkata, “Andaikan ilmu seluruh wanita di muka bumi ini termasuk istri-istri Rasulullah digabungkan, niscaya ilmu Aisyah lebih unggul[1]. [Al-Mujam Al-kabir: 299 dan Mustadrak Al-Hakim: 6734].

Semoga Allah meridai ibunda Aisyah dan seluruh Ummahatul Mukminin.

[1]  Al-Mukjam Al-kabir: 299, Al-Hakim: 6734

Mubarak Umar, Lc.

Mahasiswa S2 Iqthishad Islami, Universitas Islam Madinah, Arab Saudi

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?