Tiga Ciri Akhlak yang Mulia
Di antara sebab utama setelah taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga agama ini tersebar di seluruh penjuru dunia adalah ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebarkan agama ini dengan akhlak dan budi pekerti yang luhur yang dengannya Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji beliau di dalam Alquran, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.“ (QS. Al Qolam: 4).
Dalam ayat yang lain,
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.“ (QS. Ali Imran: 159).
Inilah akhlak dan budi pekerti yang dimiliki oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan inilah yang hendaknya kita jadikan sebagai contoh dan teladan dalam kehidupan kita.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab: 21).
Akhlak yang mulia sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama kita memiliki 3 ciri di antaranya adalah:
Pertama, seseorang yang berusaha memberikan manfaat sebanyak-banyaknya kepada kaum muslimin di mana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan dalam hadisnya,
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad, ath Thabrani, ad Daruqutni. Hadis ini dihasankan oleh al Albani di dalam Shahihul Jami’ no: 3289).
Dan juga yang memiliki sifat tawadhu yang bisa menerima dan diterima oleh orang lain. Kita berusaha memberikan manfaat kepada saudara-saudara kita baik dengan kelebihan harta, tenaga, pikiran yang Allah berikan kepada kita, atau minimal dengan akhlak dan budi pekerti yang luhur kepada saudara-saudara kita.
Dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu.” (HR. at Tirmidzi no. 1956, Ibnu Hibban no. 474 dan 529 dll. Dinyatakan sahih oleh Ibnu Hibban, dan dinyatakan hasan oleh at Tirmidzi dan Syaikh al Albani dalam “Ash–Shahihah” no. 572).
Kedua, berusaha menahan tangan dan lisan untuk mengganggu orang lain, sebagaimana dalam hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari no. 10 dan Muslim no. 40).
Ketiga, bersabar dari gangguan orang lain karena di antara sifat orang-orang yang beriman yang disebutkan di dalam Alquran. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al Furqan: 63).
Akhlak yang seperti ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang berjiwa besar sebagaimana yang disebutkan di dalam Alquran,
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS. Fushilat: 34-35).
Akhlak dan budi pekerti yang luhur yang kita perlihatkan itu bisa menjadi teman yang akrab walaupun dahulunya adalah musuh, oleh karenanya orang-orang yang beriman dan berlapang dada senantiasa bersabar dan berusaha menekan hawa nafsunya dari gangguan orang lain karena ia lebih mengutamakan kehidupan akhirat dan menginginkan pahala yang besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dengan akhlak yang mulia seperti ini maka seseorang akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala bahkan ia akan mendapatkan kedudukan yang dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan dalam hadist,
“Sesungguhnya dengan akhlak terpujinya seseorang akan bisa mencapai derajat orang yang senantiasa bangun salat malam dan berpuasa pada siang hari.“ (HR. Tirmidzi).
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada kita akhlak dan budi pekerti mulia sebagaimana doa yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam,
“(Ya Allah) Berilah aku petunjuk kepada akhlak yang baik, karena tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepada akhlak yang baik kecuali Engkau, dan palingkanlah dariku keburukan, karena tidak ada yang dapat memalingkan keburukan kecuali Engkau.” (HR. Muslim no. 771, Abu Dawud no. 760, Tirmidzi no. 3419).
Dialah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menuntun hati-hati kita dan memberikan petunjuk ke jalan yang lurus dan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniakan hal tersebut kepada kita, insya Allah.
Wallahu A’lam Bish Shawab.