Keluarga

TERUNTUK CALON IBU

Entah kata apa yang tepat untuk menggambarkan sesosok Ibu yang telah berjuang dan mengorbankan seluruh jiwa dan raga untuk melihat kebahagiaan anak-anaknya.

Kisah heroik itu bermula di saat akad nikah terucap dan sah. Calon wanita hebat inipun mulai menenun rangkaian pengorbanan demi calon anaknya kelak. Rangkaian ini bermula ketika sel sperma dan sel telur (ovum) telah bersatu menjadi ‘alaqoh (segumpal darah), ia pun mulai merasakan sakit yang dahsyat di bagian perutnya, mengidam dan perasaan tidak enak lainnya  menjadi rentetan perjuangan yang harus dilaluinya. Pada saat itu pula nafsu makannya sudah tidak beraturan, berbagai macam jenis makanan tidak bisa ditelannya, ditambah lagi mual-mual  berkepanjangan yang sangat menyiksa dirinya. Inilah yang terjadi di fase awal kehamilan.

Setelah melewati fase awal kehamilan, datanglah fase kedua yang lebih nyaman dibandingkan sebelumnya. Banyak juga yang mengatakan fase ini merupakan masa-masa menyenangkan saat menjalani masa kehamilan. Meskipun begitu, calon ibu ini tetap terus berjuang sampai masa itu tiba. Setelah a’laqoh (segumpal darah) berusia lebih 40 hari perubahan janin semakin terlihat dan akhirnya menjadi mudgah (segumpal daging). Pada saat inilah seorang Malaikat diutus untuk meniupkan ruh padanya, dan diperintahkan untuk menulis empat perkara; rizki, ajal, amal, dan derita atau bahagianya.

Seiring pertumbuhan janin, perjuangan ibu pun tampak lebih besar. Beberapa perubahan pada dirinya semakin nampak. Mulai dari perut dan payudara yang membesar. Munculnya bercak coklat pada kulit  disebabkan peningkatan sel pigmen akibat perubahan hormon. Linea nigra pada bawah perut juga akan semakin terlihat. Kondisi gigi juga menjadi lebih sensitif, nyeri pada bagian kaki, hingga infeksi saluran kemih, menjadi beberapa kondisi yang akan dilalui pada fase ini.

Baca Juga  Hak anak

Memasuki tahap akhir kehamilan kesabarannya pun akan lebih diuji dan membutuhkan pengorbanan yang harus ekstra kuat. Mengapa? Karena pada fase ini calon Ibu akan banyak mengalami kelelahan dan ketidaknyamanan; sakit punggung, sesak nafas, perut yang semakin membesar sehingga calon Ibu ini tidak mendapatkan posisi tidur yang baik dan serba salah.

Tentu tulisan ini belum mampu menggambarkan kesabaran dan pengorbanan seorang calon Ibu secara utuh. Namun sejatinya telah menggambarkan bagian dari pengorbanan sosok yang begitu menggumkan. Tanpa pengorbanan yang begitu besar ini, para anak tidak dapat tumbuh dengan baik sebelum menghirup udara pertamanya di dunia ini. Sungguh pengorbanan yang tak ternilai, … Terima kasih ibu, semoga Allah ta’ala membalasnya dengan kenikmatan surgaNya kelak.

Teruntuk para calon ibu; berbangga dan kuatlah. Sebab buah hatimu akan menjadi penyejuk pandanganmu di dunia, dan selalu akan mendoakanmu ketika telah terbaring kaku di liang lahat. Bimbinglah mereka menjadi anak saleh-salihah kebanggaan keluarga dan umat. Ya Allah kuatkan dan berkahilah mereka, amin.

Muhammad Ali, S.H.

Mahasiswa S1, Jurusan Dakwah dan Ushuluddin, Universitas Islam Madinah, KSA.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?