Takdir Allah Subhanahu Wata’ala Indah

Aku adalah pemuda seumuran 30 tahun, setelah lulus sekolahku mendapat pekerjaan yang lumayan bagus dan sudah saatnya ibuku mencarikan pasangan untukku, setelah ibu mencari gadis shalehah, jatuhlah pilihan kita kepada Sarah, gadis yang terkumpul pada dirinya segala yang indah.
Hari berganti hari, bulan pun berganti bulan, hubungan ku dengan Sarah bak dua kutub maghnet yang berbeda, tak pernah aku pergi jauh darinya karena kerinduan, gayung bersambut kisah cinta pertamaku dengan Sarah tak bertepuk sebelah, Sarahpun mencintai aku sebagai suaminya bak air samudera yang tak kenal habis dan tak terlihat batas, bagai sang surya menyinari dunia.
Qaddarallahu wama sya’a fa’al…Takdir kehendak Allah berlaku pada kisahku…pada bulan ke enam pernikahanku, jatuh kepadaku pilihan untuk safar pergi jauh sekira 400-500 km Jarak jauh kota itu dari tempat tinggalku…Aku berpisah meninggalkan Sarah seakan itu adalah klise pertemuan terakhirku dengannya, segera kuhapus segala khayal negatif dari benakku dan kumantapkan langkahku untuk safar…dan ditengah perjalanan…terjadilah kecelakaan…mobilku bertabrakan…dan aku koma dirawat dalam ruang ICU.
Hari berganti hari minggu pun berganti minggu setiap waktu Sarah tetap setia berada di sisiku, menemaniku dalam sunyi, sepi, dan kebisuan. Tak salah kuduga kecantikan parasnya mencerminkan kebaikan hatinya, kesetiaan cintanya.
Tiga tahun berlalu dan keadaanku masih beralas kasur tanpa ingatan, tak banyak yang dilakukan dokter dan keluargaku kecuali hanya berdoa agar aku dapat kembali hidup seperti sedia kala…
Datanglah bapak Sarah kepada Bapakku membuka perbincangan, kasihan Sarah masih muda, punya potensi masa depan yang panjang, sedang aku bak mayat hidup tak ada harapan hidup. Bapakku berkata: Sarah sudah menjadi anakku, kasihku kepadanya bagai kasihku kepada anakku, dan aku faham perasaanmu dan perasaannya, segeralah diurus perceraianku melalui wali hakim.
Dua tahun berselang dari perceraain sepihak itu…setelah melewati masa koma 5 tahun…qaddarallahu wama sya’a fa’al…aku membuka mataku kembali, pecah tangis bahagia membahana rumah sakit, haru biru menyertai keluargaku…namun karena lama tak bergerak membuat tubuhku butuh proses recovery, tiga bulan aku melatih kembali gerak otot, sendi dan ingatanku…dalam diam aku berfikir dan bergumam selama 3 minggu ini kemana Sarahku…kemana hatiku…kemana cinta pertamaku???
Maka pertanyaan pertama yang aku ajukan setelah aku bisa berbicara adalah: Aku ingin bertemu Sarahku, kemana sarahku?
Bapakku menceritakan segala yang terjadi saat masa komaku, dan betapa terpukulnya hati ini demi mendengar kenyataan bahwa Sarah sudah sah cerai dariku…ouh segera aku ulang berulang kali firman Allah Al Baqarah 216:
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Kuterima dengan lapang dada apa yang terjadi, namun masih kusimpan harapanku Sarah kan kembali, kusampaikan kepada bapakku keinginanku tuk bertemu Sarah, Bapakku pun menelepon bapak sarah dan dibuatlah jadwal pertemuan dua keluarga ini…
Di hari itu aku berada di rumah Bapak Sarah, setelah jamuan dihidangkan, kopi panas diedarkan kepada kami dan silih berganti ucapan selamat dan tahmid atas kesembuhanku mengalir di ruang tamu, mulailah bapakku menyampaikan maksud tujuan kedatangan kita kerumah Bapak Sarah adalah bahwa Aku berkeinginan untuk meminang kembali Sarah, ikatan yang terlepas ingin disambung, hati yang berjauhan kembali di gabung seperti kaca retak kembali ditata.
Bapak Sarah mengungkap fakta bahwa setelah Sarah bercerai segera dia menikah dengan seorang pria, dan dikarunia dua putra…
Demi mendengar kabar bak petir menyambar, kopi yang sempat kusruput tertahan masuk, pandangan matakupun secara tiba-tiba surut.
Namun, kembali Bapak Sarah melanjutkan fakta selanjutnya bahwa suami Sarah telah meninggal beberapa bulan lalu…dan sekarang status sarah adalah janda…jika engkau masih berkenan dengan Sarah maka sebagai bapak akupun tak menolak…
Akupun mengucap bahwa sarah sekarang adalah masih sarahku yang dulu dan anaknya pun akan kuanggap sebagai anakku…
Terjadilah hari indah yang telah dinanti oleh dua mempelai untuk kembali memadu kasih.
Waktu bergeser kedepan dan Bulan pun berjalan, tak ada tanda-tanda positif kehamilan, kamipun memeriksakan kondisi masing-masing dan ternyata hasil lab menyatakan bahwa aku mandul dan menurut bahasa dokter tak kan mungkin memiliki anak…
Segera aku faham rahasia Allah, Takdir Allah yang indah, menidurkanku selama lima tahun hanya untuk memberiku anak dari Sarah…yang jika tanpa komapun aku tak akan bisa menghadirkan anak di tengah keluarga kecilku.
Aku syukuri hidup ini, kusabari cobaan ini, kuyakini yang terbaik dari Allah bagiku, mungkin pintu pahalaku adalah dari BERSYUKUR DAN BERSABAR, kembali berulang ku ulangi Firman Allah:
Al Baqarah 216:
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Semoga Allah memberimu kesabaran dalam hidup, sayang seribu sayang, malang seribu malang jika waktu yang sedikit tak kau lalui dengan senyuman riang.