Syukur dan Keutamaannya (1)

Menghitung karunia ilahi adalah suatu hal yang mustahil, kendati pepohonan menjadi pena serta air lautan menjadi tinta maka tak akan pernah cukup untuk menuliskan seluruh karunia tersebut hingga akhir kehidupan; yang demikian itu dikarenakan nikmat dan karunia Allah tidak akan pernah habis selamanya, bahkan suatu nikmat akan terus bertambah jika dibarengi dengan rasa syukur kepada Allah subhanahu wata’ala. Allah berfirman:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” )QS. Ibrahim: 7(.
Imam Ibnul Qayyim al Jauziyah di dalam kitabnya ‘uddatu as shabirin wa dzakhiratu asy syakirin mengatakan: “Dalam ayat ini Allah menggantungkan ‘tambahan nikmat’ dengan rasa syukur, dan tambahan (nikmat) dari-Nya tidak ada batasan dan habisnya, sebagaimana rasa syukurpun tidak ada batasannya”.
Sementara syekh as Sa’di dalam tafsirnya mendefenisikan hakikat syukur dan kufur nikmat; bahwa syukur adalah pengakuan dalam hati terhadap nikmat-nikmat Allah yang disertai dengan puji-pujian atasnya lalu kemudian menggunakan nikmat tersebut pada hal-hal yang diridai Allah, sedangkan kufur nikmat adalah kebalikannya.
Menjadi hamba yang senantiasa bersyukur kepada Allah adalah suatu kemuliaan; sebab dengannya ia dapat meraih keutamaan-keutamaan yang telah Allah janjikan bagi asy syaakirin (orang-orang yang bersyukur). Imam Ibnul Qayyim al Jauziyah di dalam kitabnya ‘uddatu as shabirin wa dzakhiratu asy syakirin memaparkan keutamaan-keutamaan orang yang senantiasa bersyukur, di antaranya Allah akan memberi ganjaran berupa pahala mutlak bagi mereka sebagaimana dalam firman-Nya:
…وَسَنَجْزِى الشّٰكِرِيْنَ
Artinya: “… Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”. (QS. Ali Imran: 145)
Dalam ayat ini, Allah tidak menyebutkan bentuk dan jumlah pahala yang akan diberikan kepada mereka, melainkan Allah akan memberikan (membalasnya) seluas rahmat dan kasih sayang-Nya.
Di antara keutamaan orang-orang bersyukur adalah ketika Allah mengabarkan bahwasanya yang senantiasa menyembah-Nya adalah hanya mereka yang bersyukur, sehingga siapa saja yang tidak mensyukuri nikmat Allah maka pada hakikatnya mereka bukan termasuk dari golongan ahli ibadah, demikianlah Allah menyebutnya dalam firman-Nya:
…وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ
Artinya: “… Bersyukurlah kepada Allah jika kamu benar-benar hanya menyembah kepada-Nya”. (QS. Al Baqarah: 172)
Di antara keutamaan syukur lainnya adalah; ia merupakan wasiat pertama yang diperuntukkan kepada seluruh hamba setelah mereka berakal, Allah berfirman:
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
Artinya: “Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali”. (QS. Lukman: 14)
Di antara keutamaan syukur adalah; Allah mensifati bahwa mereka adalah golongan yang sangat sedikit dari hamba-Nya, Allah berfirman:
…وَقَلِيْلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ
Artinya: “… Sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang banyak bersyukur”. (QS. Saba’: 13)
Imam Ahmad meriwayatkan dari Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu bahwasanya beliau suatu ketika mendengar rintihan doa dari seorang lelaki yang mengatakan: “Ya Allah, jadikanlah hamba dari (golongan) yang sedikit”, lantas Umar dengan penuh tanda tanya menghampirinya seraya berkata: “Apa maksud dari doamu itu?”, Sang lelaki pun menimpali: “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah berfirman
…وَمَآ اٰمَنَ مَعَهٗٓ اِلَّا قَلِيْلٌ
Artinya: “… Ternyata tidak beriman bersamanya (Nuh), kecuali hanya sedikit”. (QS. Hud: 40)
…وَقَلِيْلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ
Artinya: “Sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang banyak bersyukur”. (QS. Saba’: 13)
…اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَقَلِيْلٌ مَّا هُمْۗ …
Artinya: “…kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan sedikit sekali mereka itu,…”. (QS. Sad: 24)
Mendengar jawaban itu, Umar seketika terenyuh dan mengatakan: “Engkau benar wahai saudaraku”.
Di antara keutamaan syukur yang paling agung adalah tatkala ia menjadi sebab datangnya keridaan Allah, sebagaimana firman-Nya:
…وَاِنْ تَشْكُرُوْا يَرْضَهُ لَكُمْۗ …
Artinya: “… Jika kamu bersyukur, Dia meridai kesyukuranmu itu, …”. (QS. Az Zumar: 7)
Inilah tujuan dan harapan setiap hamba, karena dengan Allah rida kepadanya, maka Allah akan memudahkan untuk melakukan amalan-amalan saleh yang dengannya akan mengantarkan menuju surga-Nya, Oleh karenanya Rida Allah merupakan keberuntungan dan kemenangan yang sangat besar. Allah berfirman:
وَعَدَ اللّٰهُ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا وَمَسٰكِنَ طَيِّبَةً فِيْ جَنّٰتِ عَدْنٍ ۗوَرِضْوَانٌ مِّنَ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ ࣖ
Artinya: “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, surga-surga yang sungai-sungai mengalir di bawahnya, mereka kekal di dalamnya, dan tempat-tempat yang baik di surga ‘Adn. Rida Allah lebih besar. Itulah kemenangan yang agung”. (QS. At Taubah: 72)
Demikianlah apa yang disebutkan Ibnul Qayyim seputar keutamaan syukur yang tertuang dalam Al Qur’an, pada artikel berikutnya kita akan menyebutkan keutamaan syukur yang tertuang dalam hadis-hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Wallahu a’lam.