Sifat-sifat Hamba Ar-Rahman (Sifat Pertama)
وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا
“Berjalan di atas bumi dengan rendah hati.” (QS. Al-Furqān : 63)
Tenang, tidak terburu-buru, tidak grasah-grusuh termasuk sifat lahir dan batin orang beriman yang paling indah.
Ibnu Al-Qayyim berkata, “Yaitu sifat sakīnah (ketenangan hati) dan waqār (ketenangan fisik), rendah hati, tidak sombong, tidak angkuh, tidak takabur. Muhammad bin Al-Ḥanafiyyah berkata, ‘(Mereka itu adalah) orang-orang yang memiliki ketenangan, sifat ‘iffah, tidak pandir, jika ada orang pandir mereka pun bersikap lembut’.”([1])
Berjalan dengan rendah hati ini mencakup dua bentuk :
Bentuk Pertama
Berjalan dengan sewajarnya sesuai dengan tabiatnya, tidak berjalan arogan, juga tidak berjalan seperti berjalannya orang yang lesu, seakan-akan mau mati. Namun hendaknya bersikap pertengahan. Sebagaimana yang disebutkan oleh seorang hamba saleh dalam wasiatnya kepada anaknya,
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ وَاقْصِدْ فِيْ مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَۗ اِنَّ اَنْكَرَ الْاَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيْرِ ࣖ
“Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri. Berlakulah wajar dalam berjalan.” (QS. Luqmān : 18-19)
Allah berfirman,
وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۚ اِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْاَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُوْلًا
“Janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung.” (QS. Al-Isrā`: 37)
Kebanyakannya, cara berjalan menggambarkan kepribadian dan tabiat seseorang. Di antara kebiasaan orang-orang baik itu ialah lembut dan tenang termasuk kepada bumi yang mereka pijak, bagaimanakah sikap mereka kepada makhluk?
Bentuk Kedua
Bersikap dengan sewajarnya dan bersikap lembut dalam semua urusan. Mereka tidak menjadi rendah disebabkan karena sikap mudah marah dan tidak bijak, tidak bersumbu pendek dan temperamen. Orang-orang itu menghadapi urusan kehidupan ini dengan pandangan tajam dan nafas mendalam. Salah seorang di antara mereka memandang segalanya dengan penuh pemahaman, mendengarkan segalanya sepenuh pendengaran, bernafas dengan sepenuhnya, menyikapi keadaan-keadaan genting dengan penuh ketenangan setelah melakukan pendalaman, tidak angkuh, tidak arogan. Mereka lalu memuji kesudahannya, mereka selamat dari keburukan. Mereka tunduk kepada sang khalik, bersikap rendah hati kepada makhluk.
Nabi ﷺ telah mengumpulkan kedua bentuk di atas. Ibnu Al-Qayyim berkata, “Itulah cara berjalannya rasulullah ﷺ, dengan cara berjalan seperti ini beliau seakan-akan berjalan seperti orang yang menuruni bukit, sepertinya bumi dilipat untuk beliau, hingga orang yang berjalan mengiringi beliau kelelahan sedangkan rasulullah ﷺ tidak merasakannya. Ini menunjukkan dua hal; bahwa cara berjalan rasulullah ﷺ itu tidak seperti orang yang lesu dan juga bukan cara berjalan orang lemah, cara berjalan beliau adalah cara berjalan yang paling wajar.”([2])