SIAPKAH KITA DENGAN KEMATIAN?

Kematian adalah kebenaran yang tidak dapat dihindari oleh siapa pun. Mari mengingatkan diri kita tentang bagaimana mempersiapkan kematian.
Kita semua pasti tahu bahwa kematian datang secara tiba-tiba, tidak ada seorang pun yang tahu kapan, di mana dan bagaimana masa hidupnya yang di mana Allah Azza wa Jalla telah tuliskan akan berakhir. Allah berfirman,
إِنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥ عِلۡمُ ٱلسَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ ٱلۡغَيۡثَ وَيَعۡلَمُ مَا فِي ٱلۡأَرۡحَامِۖ وَمَا تَدۡرِي نَفۡسٞ مَّاذَا تَكۡسِبُ غَدٗاۖ وَمَا تَدۡرِي نَفۡسُۢ بِأَيِّ أَرۡضٖ تَمُوتُۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرُۢ
Artinya: “Sesungguhnya Allah memiliki pengetahuan tentang hari Kiamat, menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan ia kerjakan besok. (Begitu pula) tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.” (QS. Luqman: 34).
Oleh karena itu, setiap umat Islam hendaknya berhati-hati dalam menulis wasiatnya. Di antara cara yang tepat adalah dengan berpesan kepada keluarga dan kerabat untuk bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla dan berusaha menaati-Nya dengan melaksanakan segala ibadah dengan benar, juga harus menuliskan apa yang dimilikinya dan apa yang menjadi hutangnya.
Bagaimana seorang muslim mempersiapkan kematian?
Pertama: Menjaga kewajiban yang diperintahkan Allah Ta’ala.
Wajib bagi seorang muslim untuk siap kapan pun untuk menghadapi kematian dengan cara menjaga seluruh kewajiban yang diperintahkan Allah kepada kepada-Nya, seperti salat, zakat, puasa Ramadan dan haji. Juga sepatutnya bagi seorang muslim mengikuti sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa Sallam berupa seluruh perkataan dan perbuatan beliau.
Kedua: Banyak mengingat kematian.
Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Aku pernah melarang kalian untuk ziarah kubur, sekarang ziarahilah kubur karena ziarah kubur dapat melembutkan hati, meneteskan air mata, dan mengingatkan negeri Akhirat, serta jangan kalian mengucapkan kata-kata kotor (di dalamnya).” (HR. Al-Hakim: 1/376).
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu juga meriwayatkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian.” (HR. Tirmidzi: 2307).
Abu Darda Radhiyallahu ‘Anhu beliau berkata, “Siapa yang banyak mengingat kematian, maka ia akan sedikit hasadnya dan sedikit pula kesenangannya.” (HR. Ibnu Abi Syaibah: 7/110).
Ketiga: Mempersiapkan kematian dengan tobat yang sungguh-sungguh.
Seorang hamba tidak akan lepas dari yang namanya dosa dan kesalahan, bisa saja seseorang menjalankan ketaatan serta kewajiban kepada Allah Ta’ala, namun ada maksiat atau dosa yang masih ia kerjakan, dikhawatirkan ketika ajalnya telah tiba ia bukan dalam keadaan taat tapi malah bermaksiat wal ‘iyadzubillah, maka hendaknya ketika seseorang telah menemukan dirinya dalam kondisi seperti itu sebaiknya segera bertobat dengan tobat yang sungguh-sungguh.
Allah Ta’ala berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةٗ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمۡ سَئَِّاتِكُمۡ وَيُدۡخِلَكُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ يَوۡمَ لَا يُخۡزِي ٱللَّهُ ٱلنَّبِيَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥۖ نُورُهُمۡ يَسۡعَىٰ بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَبِأَيۡمَٰنِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتۡمِمۡ لَنَا نُورَنَا وَٱغۡفِرۡ لَنَآۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya. Cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanannya. Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. At-Tahrim: 8)
Keempat: Mengingat azab kubur dan nikmatnya serta apa yang terjadi setelah hari kebangkitan.
Allah Ta’ala berfirman,
يُثَبِّتُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱلۡقَوۡلِ ٱلثَّابِتِ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِۖ وَيُضِلُّ ٱللَّهُ ٱلظَّٰلِمِينَۚ وَيَفۡعَلُ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ
Artinya: “Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Allah menyesatkan orang-orang yang zalim, dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 27).
Hendaknya bagi seorang mukmin meminta kepada Allah Ta’ala untuk diteguhkan dalam menjawab pertanyaan di kubur kelak dan berlindung dari azab-Nya.