Tarbawi

Petunjuk Nabi ﷺ dalam Mendidik

Terjemah beberapa bagian dari kitab Al-Mudarris wa Mahaaraatu at-Taujih Oleh Dr. Muhammad bin Abdullah Ad-Duwaiys -Hafizahullah-

Bag. 1 (hal.:21-24)

Petunjuk Nabi ﷺ dalam Mendidik

Mengapa Harus Petunjuk Nabi ﷺ?

Hari ini, banyak orang yang merasa besar kepala dan bangga terutama para pakar pendidikan di dunia Islam yang begitu antusias dengan filsafat pendidikan barat beserta tokoh-tokohnya, dengan anggapan; merekalah yang telah menetapkan konsep ilmu pendidikan dan meletakkan rambu-rambunya. Oleh karena itu, kompetensi seorang penulis dan keahliannya diukur dari seberapa banyak kutipan dari karya ilmuwan dan tokoh-tokoh barat tersebut. Bagi mereka, pendidikan dianggap sebagai ilmu yang baru lahir di zaman modern seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan.

Kita tidak mengingkari kontribusi ilmuwan barat dalam ilmu pendidikan maupun bidang lainnya, dan tidak pula bersikap ekstrim hingga mendorong umat Islam untuk meninggalkan dan menolak semua yang berasal dari mereka. Namun di sisi lain, kita pun tidak sejalan dengan mereka yang mengajak umat ini untuk melupakan sejarahnya sendiri, menutup lembaran-lembarannya, dan berpaling dari warisan yang hakiki, entah karena unsur ketidaktahuan atau kesengajaan.

Allah telah mengutus Nabi-Nya kepada sebuah kaum yang dikuasai oleh kebodohan dan dibelenggu oleh berbagai macam bentuk takhayul dan khurafat. Maka dengan izin allah, sang Nabi mampu menjadikan mereka sebagai umat yang membawa petunjuk bagi seluruh umat manusia. Umat yang membawa metode terbaik dalam menimba ilmu, pendidikan dan pengajaran.

Di dalam Al-Quran Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menggambarkan sosok Nabi Muhammad   sebagai seorang pendidik: 

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ

“Dialah yang mengutus seorang rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka kitab (Al-Qur’an) dan hikmah (Sunnah). Meskipun sebelumnya, mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata.” (Al-Jumu’ah: 2)

Baca Juga  Adab Mencari Rezeki

Allah menyebut pengutusan Nabi sebagai seorang pendidik umat ini sebagai nikmat agung bagi orang -orang yang beriman, sebagaimana dalam firman-Nya:

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ

 “Sesungguhnya Allah telah memberikan nikmat-Nya kepada orang-orang beriman ketika Dia mengutus di antara mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan mereka kitab (Al-Qur’an) dan hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata.” (Ali ‘Imran: 164)

Dalam ayat lain juga Allah berfirman:

كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِّنكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُم مَّا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ

 “Sebagaimana Kami telah mengutus kepada kalian seorang rasul dari kalangan kalian yang membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan (jiwa) kalian, dan mengajarkan kitab (Al-Quran) dan hikmah (Sunnah), serta mengajarkan apa yang sebelumnya kalian tidak ketahui.” (Al-Baqarah: 151)

Betapa indahnya ayat-ayat tersebut, dan sungguh mulianya ucapan Muawiyah bin Hakam al-Sulami , yang berkata: “Ayah dan ibuku sebagai tebusannya (Rasulullah). Aku tidak pernah melihat seorang guru sebelum maupun sepeninggalnya yang lebih baik cara mengajarnya daripada beliau.” (HR. Muslim: 537)

Apakah seorang muslim mengira ada yang lebih tinggi, mulia, dan agung daripada sosok Rasulullah   sebagai seorang guru dan pendidik? Mungkinkah mereka akan mendapat petunjuk dalam pendidikan tanpa melalui jalannya dan memasuki dunia pembinaan tanpa melalui pintunya?

Betapa kita, para guru dan pendidik, sangat membutuhkan petunjuk beliau dalam pendidikan dan meneladani sunnahnya. Adakah sosok lain yang lebih pantas kita teladani dan petunjuk yang lebih kita harapkan untuk diikuti selain dari beliau?

Baca Juga  Sifat-sifat Hamba Ar-Rahman (Sifat Kedelapan)

Oleh karena itu, berikut ini adalah sedikit upaya untuk mengumpulkan beberapa petunjuk dasar beliau dalam pendidikan.

Pertama: Membangkitkan Motivasi untuk Belajar

Tidak diragukan lagi bahwa memberikan motivasi untuk belajar memiliki peran yang besar dalam membangkitkan semangat para pelajar untuk terus belajar. Karena setinggi apapun semangat mereka, sekuat apapun tekadnya, mereka tetap tidak akan lepas dari rasa malas dan lelah. Oleh karena itu, sangat penting untuk senantiasa merawat benih semangat tersebut. Rasulullah  sebagai pendidik umat manusia tidak pernah mengabaikan hal ini dan mengamalkannya dengan cara-cara berikut:

Menjelaskan keutamaan ilmu dan mencarinya. Beliau bersabda, “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Sesungguhnya malaikat akan meletakkan sayapnya dengan penuh keridaan kepada penunut ilmu. Dan seorang alim akan dimintakan ampunan untuknya oleh makhluk yang ada di langit dan bumi, bahkan ikan-ikan di laut. Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas semua bintang di langit. Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, mereka hanya mewariskan ilmu. Barang siapa yang mengambilnya, maka dia telah mengambil bagian yang banyak. (HR. Tirmizi: 2682)

Ketika Rasulullah  duduk melingkar bersama para sahabat datanglah tiga orang laki-laki, salah satunya melihat tempat kosong dan segera menempatinya, yang lainnya duduk di belakang majelis (lingkaran), sementara yang ketiga berpaling dan menjauh. Selepas majelis Nabi  kemudian berkata: “Adapun yang pertama, dia mendekat kepada Allah, maka Allah pun mendekatkannya (kepada rahmat-Nya). Adapun yang kedua, dia merasa malu, maka Allah pun merasa malu kepadanya. Adapun yang ketiga, dia berpaling, maka Allah pun berpaling darinya.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Baca Juga  Hikmah di Balik Musibah Corona

Menyadarkan pelajar akan kebutuhan mereka terhadap ilmu. Ketika ada seseorang yang salah dalam salatnya Nabi  menegurnya seraya berkata: “Kembali dan ulangilah salatmu, karena kamu belum salat dengan benar.” Beliau mengulanginya beberapa kali hingga orang tersebut merasakan kebutuhannya untuk belajar dan berkata: “Demi zat yang mengutusmu dengan kebenaran, saya tidak bisa melakukan yang lebih baik dari pada ini, maka ajarkanlah saya.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Tentunya ada perbedaan antara mengajarkan seseorang dari awal, dan membuatnya merasa bahwa ia membutuhkan ilmu sehingga datang dengan rasa ingin tahu dan bertanya.

Kedua: Menggabungkan antara pengajaran dan pendidikan (tarbiyah).

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menggambarkan Nabi  dengan sifat mulia ini dalam Al-Qur’an, sebagaimana firman-Nya: 

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ

“Dialah yang mengutus seorang rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka kitab (Al-Qur’an) dan hikmah (Sunnah). Meskipun sebelumnya, mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata.” (Al-Jumu’ah: 2)

Di antara tugas utama Nabi  adalah mengajarkan ilmu, menyucikan jiwa, dan membacakan Al-Quran kepada para sahabat. Oleh karena itu, beliau tidak hanya melahirkan umat yang hanya sekedar menghafal permasalahan agama saja, tetapi juga memberikan pendidikan ilmu, jihad (fisik), kepemimpinan, manajemen, dan yang paling utama dari semua itu adalah pendidikan iman. Seperti yang diceritakan oleh sahabat Hanzhalah  tatkala ia mengahdiri majelis Nabi  seakan ia melihat surga dan neraka di depan matanya. Majelis sang Nabi bukan hanya menambah pengetahuan para sahabat tapi juga membawa jiwa mereka menuju alam akhirat yang kemudian terpancar dalam perilaku dan kehidupan mereka sehari-hari.

Mubarak Umar, Lc., M.A.

Mahasiswa S2 Iqthishad Islami, Universitas Islam Madinah, Arab Saudi

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?