Pemuda dalam Al-Quran (Bag. 1)
Sungguh nikmat menelaah potret kehidupan pemuda dalam al-Qur’an, sebab kisah-kisah tersebut bak pelita di tengah kegelapan dekadensi moral dan krisis akidah pemuda Islam, yang disebabkan oleh lenyapnya qudwah [teladan] dalam hidup mereka dan buah pahit dari ghazwul fikr [perang pemikiran] yang dilancarkan oleh musuh-musuh Islam, al-Quran tidaklah mengabadikan kisah mereka kecuali karena tinta emas yang mereka torehkan dalam lembaran sejarah manusia yang mengguncangkan pintu-pintu langit, dan agar manusia bisa mengambil pelajaran dari sirah mereka yang harum.
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Artinya: ”sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal. al-Quran itu bukan kisah yang dibuat-buat, namun (kitab) yang membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu,dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”.[QS. Yusuf 111].
Artikel kita pada kesempatan ini akan mereplay kisah Ashabul Kahfi yang fenomenal demi mendulang faedah dari pemuda-pemuda teladan tersebut.
Kisah ini terjadi pada sekumpulan pemuda yang hatinya tersentuh cahaya hidayah dari Allah, kemudian Allah menumbuhkannya dan menyuburkannya di dalam dada mereka, sehingga terhunjam di dalamnya keimanan yang menjulang tinggi, dan membuahkan ketaqwaan kepada Allah, Allah berfirman:
إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى
Artinya: ”Sesungguhnya mereka adalah itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada tuhan mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk”.[QS. al-Kahfi 13].
Kalimat inilah yang difirmankan oleh Allah untuk menyifati mereka, kalimat pendek namun memiliki timbangan yang tidak terukur beratnya karena datang dari Sang Maha Pencipta, kalimat tersebut adalah tazkiyah (rekomendasi) dari Allah atas ketakwaan mereka, lantas, masihkah kita ragu untuk menjadikan mereka sebagai suri teladan?.
Pemuda al-kahfi begitulah mereka dikenal dalam kisah-kisah yang diriwayatkan, mereka adalah beberapa pemuda yang beriman kepada Allah, yang hidup ditengah-tengah dekadensi keyakinan dan moral kaum mereka, kesyirikan merajalela, kedhaliman pun menggurita. Mereka adalah pemuda yang menauhidkan Allah subhanahu wa ta’ala tanpa ada noda-noda kesyirikan, bahkan mereka kumandangkan aqidah yang agung ini di hadapan Raja mereka yang lalim, Allah berfirman:
وَرَبَطْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ إِذْ قَامُوا فَقَالُوا رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُونِهِ إِلَهًا
Artinya: ”Dan Kami telah teguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri (di hadapan raja dan kaumnya), lalu mereka berkata: Tuhan kami adalah Tuhan (yang menciptakan) langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru selain Dia”. QS Al-Kahfi 14.
Di antara sisi teladan yang ditonjolkan oleh Allah dalam pemuda Al-Kahfi adalah keistiqomahan mereka dalam beraqidah, dan kegigihan mereka dalam mempertahankan tauhid kendati resiko yang harus ditanggung begitu pahit, di antaranya harus hidup terasing dari keluarga dan orang-orang yang mereka cintai serta meninggalkan segala fasilitas mewah yang mereka nikmati selama ini, Ibnu Katsir mengatakan bahwa mereka adalah pemuda-pemuda bangsawan yang kaya, karena mereka adalah keturunan dari orang-orang terhormat bangsa romawi, bahkan sebagian mereka adalah pangeran[1].
Salah satu karakter pemuda yang terpuji adalah kekuatannya yang luar biasa dalam mempertahankan prinsip, tidak luntur keyakinan mereka kendati diguyur hujan cobaan dan fitnah, rela berkorban demi membela keyakinan yang dipeluk. Dan karakter inilah yang terpahat dengan jelas dalam guratan ayat-ayat dalam surat Al-Kahfi terkait para pemuda di atas.
Derasnya arus globalisasi, mudahnya mengakses syubhat dan syahwat, bebasnya liberalisme dipasarkan, gencarnya Syiah menjajakan mut’ah, menjadi faktor utama dari keroposnya aqidah dan rusaknya moral pemuda Islam, olehnya, salah satu kewajiban para dai dan murabbi adalah menyulut para pemuda Islam dengan kisah Ashabul Kahfi, sambil memberi garis bawah yang tebal terhadap karakter istimewa dari para pemuda tersebut (yaitu kegigihan dalam memegang teguh aqidah), tugas yang selanjutnya adalah menanamkan dan membangkitkan karakter tersebut dalam sanubari pemuda Islam, Ingatlah para pemuda adalah asset berharga bagi umat, Amr bin Qois al-Mula’i mengatakan:
إذا رأيت الشاب أول ما ينشأ مع أهل السنة فارجه، وإذا رأيته مع أهل البدع فايئس منه، فإن الشاب على أول نشوئه
Artinya: “Jika engkau melihat seorang pemuda tumbuh bersama ahlus sunnah, maka berharaplah (kebaikan) baginya, namun jika engkau melihat seorang pemuda tumbuh berkembang bersama ahlu bid’ah, maka berputus asalah atasnya, karena sesungguhnya masa depan seorang pemuda ditentukan pada awal perkembangannya[2]“.
[1] . Lihat tafsir Ibnu Katsir 5/140, versi Maktabah Syamilah.
[2] . Assunnah karya Ibnu Battah H: 150.