Pelajaran dari Sepengal Kisah Imam Al-Ghazali
Imam As’ad Al-Maihani menceritakan bahwa imam al-Ghazali pernah dihadang segerombolan perampok. Mereka berhasil mengambil seluruh hartanya lalu mencoba meninggalkan imam al-Ghazali begitu saja. Namun, dengan sekuat tenaga Imam al-Ghazali mengikuti jejak langkah mereka. Tak lama kemudian, seorang pemimpin dari gerombolan perampok itu menghardiknya,
“Pergilah, kalau tidak engkau akan binasa!”
Imam al-Ghazali menjawab;
“Aku memohon kepadamu, demi Dzat yang kalian mengharapkan keselamatan dari-Nya, tolong kembalikan kepadaku catatan-catatan bukuku. Sungguh catatan-catatan milikku tak akan bermanfaat untuk kalian,” pinta al-Ghazali dengan penuh harap.
“Apa yang kau maksud dengan catatan milikmu?”
hardik sang pemimpin perampok. Imam al-Ghazali menjawab;
“Lihatlah kitab-kitab dalam keranjang itu. Sungguh aku telah berjuang untuk mengumpulkan catatan-catatan itu dari hasil aku mendengar uraian guru-guruku. Aku habiskan banyak waktuku untuk menulisnya serta mempelajari maksudnya”.
Sang pemimpin perampok itu hanya menjawab harapan al-Ghazali dengan tertawa terbahak-bahak seraya berkata,
“Oh sungguh malang sekali, bagaimana mungkin engkau mengaku mengetahui ilmu yang telah engkau pelajari? Sedangkan kini kami telah mengambil seluruh catatan ilmumu. Tanpa tumpukan catatan-catatan itu, engkau kini tak memiliki ilmu sedikit pun”.
Akhirnya, sang pemimpin perampok itu menyuruh pengikutnya untuk mengembalikan keranjang yang penuh dengan catatan-catatan tersebut. Imam al-Ghazali pun sangat senang dengan hal itu. Hingga ia bergumam dalam hati,
“Inilah teguran dan peringatan dari Allah kepadaku.”
Sesampainya di kota Thus, al-Ghazali pun menghabiskan waktu tiga tahun untuk menghafalkan seluruh catatan yang telah ia kumpulkan sehingga jika saatnya nanti ia dirampok di tengah jalan seperti yang pernah ia alami, niscaya ilmunya akan tetap terpelihara.
Kisah terekam dengan baik dalam kitab Thabaqat asy-Asyafi’iyyah al-Kubra milik imam Taaju ad-Diin as-Subki. Ada pesan penting dari kisah ini bagi kehidupan kita, bahwa selalu ada hikmah disetiap musibah yang menimpa kita. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam telah mengajarkan kepada kita bagaimana sikap seorang muslim ketika ditimpa musibah. Dalam hadits riwayat imam al-Bukari, Nabi bersabda;
“من يريد الله به خيرا يصب منه“
“Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan menimpakan kepadanya musibah”
Maka hendaklah setiap muslim ketika ditimbah musibah atau keburukan untuk selalu berhusnuzhan kepada Allah dan meyakini bahwa ada hal yang lebih baik dari itu yang Allah inginkan bagi dirinya