Tarbawi

Nikmat Tanpa Syukur (bag 4)

Lisan

Lisan Sebagai Nikmat

Lidah adalah satu-satunya anggota tubuh manusia yang tidak lelah sebanyak apapun digunakan dan ini merupakan keutamaan yang Allah Taala berikan kepada kita agar kita bisa menambah tanaman-tanaman kita di taman surga kelak. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mengucapkan subhanallahil ‘adzhim wa bihamdihi akan ditambahkan baginya satu pohon di surga”. (Hadis shahih, dalam kitab Shahih al Jami al Shagir no. 6429)

Berapa banyak mereka yang menggigit jari kelak di surga menyesal karena kehilangan satu pohon padahal dahulu ia mampu untuk menambahkan pohon tersebut dengan lisannya akan tetapi ia lalai dan merasa tidak terlalu butuh terhadap pohon di surga tersebut. Sungguh benar Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam ketika bersabda, “Tidaklah penghuni surga itu merasa menyesal kecuali atas menit-menit yang terlewati tanpa berzikir kepada Allah”. (Hadis shahih, dalam kitab Shahih al Jami al Shagir no. 5446)

Syair berkata:

Jika engkau tidak menanam lalu melihat orang yang sedang panen

Maka engkau akan menyesali kelalaianmu pada musim semai terdahulu

Menjamin surga dengan lisan

Sungguh besar kasih sayang Allah Taala pada kita. Allah Taala berikan kita lisan yang dengannya bisa menebus keburukan-keburukan dan menghapus dosa-dosa  serta memasukkan ke dalam surga. Atas semua keutamaan ini tidakkah kita tertarik untuk mengetahui hikmah dari diciptakannya lisan agar kita bisa beramal dengannya dan tidak berbuat hal-hal yang bertolak belakang dengannya? Apakah Anda tidak tertarik untuk menjadi bagian dari sedikit orang yang diberikan perhatian khusus oleh Nabi Muhammad shallallhu alaihi wa sallam dalam hadisnya, “Dua amalan yang jika dijaga oleh seorang muslim maka ia akan masuk ke dalam Surga, keduanya termasuk hal yang mudah, namun sedikit yang mengamalkannya. Amalan pertama membaca setiap selesai dari shalat (wajib) subhanallah 10x, alhamdulillah 10x, allahu akbar 10x, pahalanya dihitung 150x melalui lisan dan 1000x di timbangan amal kebaikan. Amalan kedua, ketika hendak tidur ucapkan allahu akbar 34x, alhamdulillah 33x, pahalanya dihitung 250x melalui lisan dan 1500x di timbangan amal kebaikan, lalu siapakah di antara kalian yang mampu melakukan 2500 keburukan dalam sehari semalam?” (Hadis shahih, dalam kitab Shahih al Jami al Shagir no. 3230)

Baca Juga  Santun Dalam Berdialog

Renungan

Mukhallid bin  Al Husain berkata, “Aku tidak pernah mengucapkan sebuah kata yang membuatku ingin meminta maaf (menyesal) karenanya sejak 50 tahun belakangan ini”.

Orang-orang yang terdepan

Maruf Al Karkhi sedang mencukur kumisnya di sebuah tempat cukur, namun Maruf tidak pernah sekalipun putus dari zikir, lalu tukang cukur berkata, “Bagaimana saya mencukur kumis mu sedangkan mulut mu tidak berhenti berzikir?” Maruf menjawab, “Lakukanlah pekerjaanmu sedangkan aku tetap melakukan pekerjaanku”.

Hajjam berkata pada seorang yang saleh pada masa salaf, “Diamkanlah kedua bibirmu” Maka orang saleh tersebut menjawab, “Katakanlah pada waktu agar berhenti agar mulutku juga berhenti”.

Dahulu Daud bin Abu Hind berbicara dengan anak-anak muda dan berkata, “Aku sampaikan kepada kalian sesuatu yang mudah-mudahan dengannya kalian bisa mengambil faedah. Dahulu Aku dan seorang remaja biasa pulang pergi ke pasar, jika aku hendak pulang ke rumahku, maka aku berniat untuk berzikir dari lokasi ini ke lokasi itu hingga aku sampai rumahku”.

Lisan sebagai sumber kemarahan Rabb

Lisan juga bisa menjadi sumber bencana jika ia menjadi sebab seseorang masuk ke dalam neraka dikarenakan satu kata atau kalimat yang ia ucapkan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh bisa saja seseorang berucap sebuah kata yang ia anggap biasa, namun karena kalimat itu ia dilemparkan ke neraka yang jarak tingginya setara dengan 70 kali musim gugur”. (Hadis shahih, dalam kitab Shahih al Jami al Shagir no. 1618)

Kata ini yang dianggap biasa oleh yang berucap akan tetapi ia mengeruhkan yang jernih, membuat murka Rabb dan mengundang kemarahan. Oleh karena itu suatu ketika Aisyah radhiallahu anha mengucapkan kalimat kepada Shafiyah yang menyiratkan bahwa Shafiyah adalah wanita yang bertubuh pendek, wajah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam langsung berubah dan kemudan beliau bersabda kepada Aisyah, “Engkau sudah mengucapkan perkataan yang jika di campur dengan air di lautan maka air laut itu akan menjadi keruh”. (Hadis shahih, dalam kitab Shahih al Jami al Shagir no. 5140)

Baca Juga  Islam dan Iman, Nikmat yang Paling Agung

Ibnu ‘Aun yang menginspirasi

Para orang saleh sangat ketat dalam menjaga lisan mereka agar tidak menyebabkan masuknya mereka ke dalam neraka. Kharijah bin Mush’ab berkata, “Aku telah bersahabat dengan Ibnu ‘Aun selama 24 tahun, dan aku tidak pernah mendengar ia berucap kalimat yang membuat malaikat menulisnya sebagai suatu dosa, bahkan Ibnu ‘Aun tidak pernah marah, dan jika ada yang mencoba membuatnya marah, ia hanya berkata kepada orang itu, ‘Semoga Allah memberkahi mu’”.

Begitu seriusnya implikasi dari lisan sampai-sampai Imam Syafii dahulu sering mengulang-ulang syair yang berbunyi:

Berhati-hatilah dengan lisan wahai manusia

Jangan sampai ia mematukmu karena ia bagaikan ular

Betapa banyak orang yang tergeletak di kuburan karena lisannya,

Padahal para pemberani pun takut bertemu dengannya (saat ia masih hidup).

Sebagian orang lebih mengutamakan diam dari pada berbicara, dan sebagian yang lain mengutamakan berbicara dari pada diam, akan tetapi Al Hasan Al Bashri menyelesaikan perbandingan ini dengan perkataannya, “Mendikte kebaikan lebih baik dari pada diam, dan diam lebih baik dari pada mendikte keburukan”.

Renungan

Seseorang menggunjing saudaranya yang bernama Iyas bin Mu’awiyah Al Muzani seorang hakim di Al Bashrah, lalu Iyas bertanya kepada orang itu, “Apakah Anda pernah berperang dengan Rum?” Dia berkata, “Belum pernah”, “Bagaimana dengan Al Sindi?’, “Belum pernah”, “Bagaimana dengan Al Turk”, “Belum pernah juga”, lalu Iyas berkata, “Subhanallah, mereka semua selamat dari Anda, akan tetapi saudaramu sesama muslim tidak selamat dari mu!”

(Diterjemahkan dari kita Hibbi Ya Rihal Iman, karya Khalid Abu Syadi)

Yusta Rizaldi, S.Pd.

Mahasiswa S2, Jurusan Tarbiyah, Qassim University

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?