Nikmat Tanpa Syukur (bag 3)

Anak Sebagai Sumber Kemarahan Rabb
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Anak adalah buah hati, yang menjadikan (orang tua) pengecut, pelit, dan sedih.” (Hadis shahih, dalam kitab Shahih al Jami al Shagir no. 7160)
Pengecut yaitu menyebabkan seseorang menahan diri untuk tidak mengucapkan kata-kata kebenaran karena takut ia atau anaknya akan ditimpa celaka atau keburukan, sehingga ia tetap diam terhadap suatu keburukan dan menutup mata terhadap kebatilan.
Pelit yaitu menjadikan seseorang sulit mengeluarkan hartanya di jalan Allah, mengikuti pepatah, “Apa yang dibutuhkan rumah dilarang untuk dibawa ke pengumpul pajak”.
Sedih yaitu bila anaknya tertusuk duri, anggota tubuhnya terinjak, atau tertimpa penyakit hati ayahnya akan merasa sedih dan mengasihaninya.
Di manakah kita dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu yang dikaruniai empat belas orang putra dan lima belas putri, walaupun demikian dia berkata, “Demi Allah, tidak pernah setan berkeinginan untuk membisikkan (rasa) was-was kepadaku suatu hari pun tentang rezeki mereka.”
Selain Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, ada yang mencuri demi anak-anaknya, menjual akhiratnya demi kehidupan duniawi sesaat, dan merasakan siksa Neraka karena nikmat sesaat.
Jagalah Allah maka Allah akan menjagamu
Muqatil bin Sulaiman bertemu Al Manshur pada hari baiat kekhalifahan, dan Al Manshur berkata kepadanya, “Nasihatilah aku wahai Muqatil. Beliau bertanya: Apakah aku harus berkhotbah kepadamu berdasarkan apa yang kamu lihat atau apa yang kamu dengar? Dia berkata: Dengan apa yang saya lihat. Dia berkata: Wahai Amirul Mukminin, Umar bin Abdul Aziz melahirkan sebelas orang anak dan mewariskan delapan belas dinar. Ia dikafani dengan kafan seharga lima dinar, dibelikan tanah untuk dimakamkan seharga empat dinar, dan sisanya dibagikan kepada anak-anaknya anak-anaknya. Adapula Hisyam bin Abdul Malik melahirkan sebelas anak dan ia meninggalkan bagian harta untuk setiap satu anak adalah satu juta dinar. Demi Allah, wahai Amirul Mukminin, pada suatu hari aku melihat salah satu anak umar bersedekah seratus ekor kuda untuk jihad di jalan Allah, dan salah satu anak Hisyam mengemis di pasar!!
Istri
Istri Sebagai Berkah
Manakala sang istri melepas kepergian suaminya setiap hari ketika dia keluar mencari nafkah dan berkata, “Takutlah kepada Allah atas kami, kami bisa bersabar terhadap rasa lapar, tapi kami tidak mampu bersabar terhadap api neraka.
Ketika istri termasuk ke dalam golongan orang-orang yang didoakan oleh Rasulullah agar mendapatkan rahmat dari Allah, Beliau bersabda, “Semoga Tuhan merahmati seorang wanita yang bangun di malam hari, lalu ia salat malam dan membangunkan suaminya. Jika suaminya menolak, dia memercikkan air ke wajah suaminya.” (Hadis shahih, dalam kitab Shahih al Jami al Shagir no. 3493)
Ketika suaminya terhindar dari terjerumus ke dalam maksiat, dan teralihkan pandangannya dari apa yang dilarang pada zaman yang penuh fitnah, godaan, nafsu, mudahnya berbuat dosa, dan menampakkan aurat.
Bersyukurlah Atas Nikmat Wahai Rayyah!!
Rayyah Al Qaisi menikahi seorang wanita. Kemudian pada malam hari, dia tidur untuk mengujinya. Lalu istrinya bangun pada seperempat pertama malam kemudian ia memanggil suaminya, “Bangunlah wahai Rayyah.” Dia berkata, “Iya, aku akan bangun.” Kemudian istrinya bangun pada seperempat malam kedua dan memanggil suaminya, “Bangunlah wahai Rayyah”, dia menjawab, “Iya, aku akan bangun.” Namun dia tidak bangun juga. Kemudian istrinya bangun pada seperempat ketiga dan memanggil suaminya, “Bangunlah wahai Rayyah”, dia menjawab, “Iya, aku akan bangun.” Namun dia tidak bangun juga. Pada akhirnya istrinya berkata, “Malam telah berlalu dan orang-orang saleh telah terjaga saat kamu sedang tidur, sungguh aku telah tertipu tentangmu, wahai Rayyah.” Lalu istrinya bangun di seperempat malam terakhir dan mengerjakan salat malam.
Istri Sebagai Sumber Kemarahan Rabb.
Apabila dia memaksa suaminya memakan makanan yang diharamkan, melihat perhiasan dunia dan membebaskan matanya melihat pada kenikmatan yang Allah berikan kepada orang lain, lalu suaminya itu mencuri apa yang ada pada orang itu untuk menyenangkan istrinya, dan melakukan apa yang dilarang untuk memuaskannya, lalu iapun masuk ke dalam neraka untuk beristirahat!!
(Diterjemahkan dari kita Hibbi Ya Rihal Iman, karya Khalid Abu Syadi)