Akidah

Nama Allah yang Teragung dan Khasiatnya

Nama-nama Allah yang dalam hitungan makhlukNya tak terhingga itu memiliki kemuliaan dan keagungan yang tidak satu taraf. Nama-nama Allah beragam tingkat keagungan dan kemuliaannya, hingga di antara nama-namaNya terdapat nama teragung yang dikenal dengan istilah ismullahi al-‘azham.

Secara harfiah Ismulllah al-a’zham berarti Asma Allah yang teragung.

Di dalam beberapa hadis Rasulullah terdapat penjelasan bahwa ismullah al-a’zham memiliki khasiat khusus, yaitu jika nama tersebut dipakai memohon sesuatu kepada Allah niscaya Allah memberikan sesuatu yang dimohon dan jika ia dipakai berdoa niscaya doa tersebut dikabulkan.

  • Anas bin Malik radhiyyallahu anhu menuturkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam mendengar seseorang berdoa dengan doa:

اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، وَحْدَكَ لَا شَرِيكَ لَكَ، الْمَنَّانَ بَدِيعَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ.

Lalu Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Engkau telah memohon kepada Allah dengan namaNya yang teragung, yang jika dipakai untuk memohon niscaya akan diberi, dan bila dipakai untuk berdoa niscaya akan dikabulkan.” (HR. Ahmad No. 12205, Abu Daud No. 1495, Nasai No. 1300 dan Ibnu Majah No. 3858). Dalam versi riwayat Abu Daud dan Nasai terdapat tambahan يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ setelah lafaz  ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ.

  • Buraidah radhiyallahu anhu menuturkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam mendengar seseorang berdoa dengan doa:

اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ. الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ.

maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sungguh ia telah memohon kepada Allah dengan namaNya yang teragung, yang jika dipakai untuk memohon niscaya akan diberi, dan bila dipakai untuk berdoa niscaya akan dikabulkan.” (HR. Ahmad No. 22965, Abu Daud No 1493, Tirmidzi No. 3475, Ibnu Majah No. 3857).

Kedua riwayat tersebut menunjukkan bahwa ismullah al-a’zham (nama Allah yang teragung) memiliki keistimewaan berupa terkabulnya doa dan terpenuhinya permintaan di sisi Allah jika dipakai berdoa dan memohon kepada Allah Ta’ala.

  • Abu Umamah radhiyallahu anhu menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Baca Juga  Masihkah Kita Membutuhkan “Bid’ah Hasanah?” (Bag. 2)

اسْمُ اللَّهِ الْأَعْظَمُ الَّذِي إِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ، فِي سُوَرٍ ثَلَاثٍ: الْبَقَرَةِ، وَآلِ عِمْرَانَ، وَطه.

“Ismullah al-a’zham yang jika dipakai berdoa kepadaNya niscaya Ia mengabulkan doa tersebut terdapat pada tiga surah, yaitu: al-Baqarah, Ali Imran dan Toha.” (HR. Ibnu Majah No. 3856 dan disahihkan oleh Al-Arnauth dan Al-Albani).

Ayat yang dimaksud dalam surat al-Baqarah adalah ayat ke 263, sedang yang di dalam surat Ali Imran adalah ayat ke 2, sebagaimana dituturkan oleh Asma binti Yazid radhiyallahu anha bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda bahwa:

اسْمُ اللَّهِ الأَعْظَمُ فِي هَاتَيْنِ الآيَتَيْنِ {وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ} [البقرة: 163] وَفَاتِحَةِ آلِ عِمْرَانَ {الم اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الحَيُّ القَيُّومُ} [آل عمران: 2].

“Ismullah al-a’zham terdapat pada kedua ayat ini: “wa ilahukum ilahun wahidun la ila illa huwa ar-rahman ar-rahim (al-Baqarah: 163), dan pembukaan surat Ali Imran; alif lam mim, Allahu la ilaha illa huwa al-hayyu al-qayyum. (Ali Imran:1-2)” (HR. Abu Daud No.1496, Tirmidzi No. 2478 dan Ibnu Majah No. 3855). Tetapi pada riwayat Imam Ahmad No. 27611 tertuang bahwa yang dimaksud ayat al-Baqarah adalah ayat ke 255, yaitu firman Allah: {اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ}. Sedang ayat yang dimaksud dalam surat Toha adalah ayat ke 111, yaitu firman Allah: {وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ}.  (Lihat: Catatan al-Arnauth dalam tahqiq Sunan Ibnu Majah: V/24(.

Perbedaan Pendapat Ulama dalam Menentukan Ismullah al-a’zham

Terdapat banyak pendapat di kalangan ulama dalam menentukaan ismullah al-a’zham, hingga diisyaratkan oleh Asy-Syaukani dalam tuhfah az-dzakirin hal. 83 bahwa setidaknya ada sekitar empat puluh pendapat terkait penentuan nama tersebut. Bahkan As-Suyuti menulis buku khusus dengan judul Ad-Durr al-Munazzham fi al-Ism al-A’zham dan di dalamnya menyebutkan dua puluh pendapat terkait hal tersebut. Tetapi di antara pendapat tersebut terdapat pendapat yang lemah, atau cenderung dipaksakan.

Baca Juga  Asas Dari Perubahan Itu Adalah Dari Aqidah Yang Benar

Kebanyakan ulama hanya menukil dua atau tiga pendapat yang dipandang kuat dalam menentukan ismullah al-a’zham, yaitu:

Pendapat pertama, gabungan dari dua nama, yaitu al-Hayyu al-Qayyum. Pendapat ini dipilih oleh Ibn Taimiyah (lihat: Majmu Fatawa: 18/311), dan Ibnu Qayyim dalam qasidah nuniyahnya dan al-Sawaiq al-Mursalah (lihat mukhtasharnya: 1/101). Pendapat ini didasarkan pada hadis Abu Umamah radhiyallahu anhu yang di dalamnya terdapat kedua nama tersebut.

Pendapat kedua, nama Allah yang teragung adalah الله yang biasa disebut dengan lafaz jalalah. Karena dalam semua riwayat yang menyebutkan ismullah al-a’zham terdapat nama tersebut. Meski sebagiannya menggunakan lafaz اللهم karena pada hakekatnya lafaz اللهم itu adalah lafaz الله yang tadinya didahului dengan hurup ya ( ( يا اللهkemudian يا nya dihapus dan diganti dengan huruf mim diakhirnya hingga ia menjadi اللهم. Pendapat ini dipilih antara lain oleh Imam Ibnu Mubarak, Thahhawi, Ibnul Arabi, Thurthusyi, Saffarini, Mubarakfuri dan dirajihkan oleh Prof. Dr. Sulaiman al-Gushn. (lihat referensi pada: Asma Allah al-Husna karya Prof. Dr. Sulaiman al-Gushn hal. 95-96).

Selain kedua pendapat tersebut, terdapat pandangan lain yang tidak menentukan nama tertentu tetapi ia memandang bahwa ismullah al-a’zham adalah semua nama Allah yang mengandung gabungan dari sifat-sifat kesempurnaan, keagungan, kebesaran dan keindahan seperti Allah, ash-Shamad, al-Hayyu al-Qayyum, al-Hamied al-Majied, al-Kabier al-Azhiem, dan al-Muhieth. Karena nama-nama tersebut secara independent dan secara paralel mengandung makna dan sifat kesempurnaan, keagungan dan keindahan yang paripurna. Pendapat ini dikemukakan antara lain oleh Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa’diy dalam kitabnya Fathu al-Malik al-‘Allam hal. 26-27.

Terlepas dari perbedaan pendapat di kalangan ulama terkait penentuan ismullah al-a’zham, seseorang yang ingin mendapatkan khasiat dari nama tersebut berupa terpenuhinya permintaan dan terkabulnya doa di sisi Allah sebaiknya memvariasikan asma Allah dalam doa-doanya dengan mengunakan lebih dari satu redaksi doa yang terdapat ismullah al-a’zham di dalamnya, yaitu:

Baca Juga  Seberapa jauh Anda mengenal Allah?

Pertama lafaz doa:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ بِأَنِّى أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِى لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Ya Allah, aku memohon kepada-Mu karena aku bersaksi bahwa Engkau adalah Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Yang Maha Esa, yang menjadi tempat bergantung semua makhluk-Nya, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya.

kedua lafaz doa:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ يَا حَىُّ يَا قَيُّومُ

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu bahwa sesungguhnya segala pujian hanya milik-Mu, tiada sembahan yang berhak disembah kecuali Engkau, Yang Maha Pemberi karunia, Pencipta langit dan bumi, wahai Yang Maha Memiliki keagungan dan kemuliaan, wahai Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri.”

Ketiga lafaz doa:

 اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ ، وَحْدَكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ ، الْمَنَّانُ ، بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ ، ذُو الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ

“Ya Allah, Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan bersaksi bahwa segala puji hanyalah milik-Mu, tiada Tuhan selain Engkau yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Mu, Yang Maha Pemberi, Pencipta Langit dan bumi, Yang Memiliki keagungan dan kemuliaan”.

Jika seseorang memvariasikan doanya dengan mengunakan lafaz-lafaz tersebut secara bergantian maka ia telah mengunakan ismullah al-a’zham yang berkhasiat terkabulnya doa dan terpenuhinya permintaan.

Catatan Penting:

Mengunakan isimullah al-a’zham terjamin doa dikabulkan tetapi dalam kenyataannya kadang doa dan permintaan yang diajukan tidak kunjung wujud. Hal ini disebabkan oleh karena terkabulnya doa harus memenuhi semua persyaratannya dan semua penghalangnya harus tereleminasi. Di antara persyaratan penting terkabulnya doa adalah ikhlas dan semua makanan dan minuman yang dikonsumsi harus halal. Sedang penghalang yang harus tereleminasi adalah antara lain konsumsi dan pakaian yang haram.

Salahuddin Guntung, Lc., MA., Ph.D.

Alumni S3, Bidang Aqidah & Pemikiran Kontemporer, King Saud University, Riyadh, KSA.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?