Musuh Itu Adalah Diri Anda Sendiri
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang terus mengaruniakan kepada kita berbagai macam kenikmatan yang dzahir maupun yang bathin. Semoga salam dan salawat senantiasa tercurahkan kepada suri tauladan kita Baginda Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah mengorbankan seluruh waktu dan apa yang beliau punya guna menyebarkan agama Islam ke seluruh penjuru alam.
Sahabat yang budiman, siapa di antara kita yang tak memiliki impian dan cita-cita? Jawabannya tentu tidak ada, setiap orang di manapun ia berada pasti memiliki cita-cita yang menjadi tujuan hidupnya. Entah cita-cita itu merupakan impian jangka pendek, ataupun yang berupa jangka panjang. Seorang pelajar Sekolah Dasar misalnya, impian dan cita-cita jangka pendeknya pasti ingin segera menyelesaikan studinya di bangku SD tersebut dan melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama. Pelajar SMP pun akan sama, bercita-cita untuk segera menyelesaikan studinya dan melanjutkan ke jenjang berikutnya, dan contoh-contoh lainnya mengenai impian jangka pendek yang sangatlah banyak.
Adapun cita-cita dan impian jangka panjang, maka tentu setiap orang memiliki interpretasi yang berbeda-beda dalam menilainya. Namun intinya adalah bagaimana caranya agar dalam kehidupannya yang singkat ini, Ia dapat meraih kebahagiaan dan kesuksesan yang gemilang.
Maka bukanlah merupakan sebuah aib jika kita memiliki gambaran yang jelas mengenai cita-cita dan impian hidup kita, bahkan buat ia menjadi sebuah peta hidup yang ingin kita tuju dan gantungkan ia selalu di depan kedua mata kita. Tidak pernah menyerah dan selalu mengambil pelajaran dari kesalahan dan kegagalan yang pernah dialami. Dan jangan pernah salah persepsikan makna zuhud dengan selalu berada di barisan yang paling akhir dari setiap kesempatan yang kita miliki untuk melejit kedepan, lalu ketika hilang kesempatan emas tersebut maka muncullah perkataan “Seandainya dahulu saya melakukan ini dan itu”…
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ، خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجَزْ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ، فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
Artinya : “Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari mukmin yang lemah, dan pada keduanya pasti terdapat kebaikan. Berusahalah guna mendapatkan apa-apa yang mendatangkan manfaat bagimu, mohon bantuanlah kepada Allah dan jangan pernah menyerah. Dan jika suatu keburukan menimpamu, maka jangan sekali-kali kamu mengatakan “Seandainya dahulu saya melakukan ini dan itu”, akan tetapi katakanlah “Hal ini merupakan takdir Allah dan apa-apa yang dikehendaki-Nya maka pasti akan terjadi”, karena kata-kata “seandainya” akan membuka jalan bagi syaithan”. (HR Muslim 4/2052 Nomor 2664).
Demikian wejangan Nabi kita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada ummatnya. Keberhasilan meraih cita-cita dan impian tidak diraih dengan sekedar duduk di kelas pembelajaran dan mendengarkan pemaparan materi tentang keberhasilan yang dialami oleh orang-orang tertentu … sekali lagi tidak seperti itu. Keberhasilan juga tidak akan didapatkan sekedar mencoba sekali, dua kali, atau tiga kali kegagalan saja. Bahkan tak sedikit dari orang-orang yang sukses mewujudkan impiannya di dunia ini, sejatinya telah merasakan berkali-kali kepayahan dan kegagalan dari setiap usahanya. Keberhasilan merupakan sebuah bangunan yang memiliki berbagai macam pondasi, setiap pondasi dibangun dengan sikap dan akhlak yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berupa iman dan jasad yang kuat, serta usaha, do’a dan tawakkal yang penuh kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Sahabat yang baik, saat ini sadar ataupun tidak, kita sejatinya tengah berada dalam persaingan global untuk meraih kebahagiaan dan kesuksesan yang kita impikan. Dan sejujurnya, begitu banyak sebab-sebab yang dapat menghambat kita untuk meraih kesuksesan tersebut, poros dari sebab-sebab itu kembali pada diri kita masing-masing karena musuh terbesar yang kita miliki adalah diri kita sendiri.
Bukankah Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman di dalam Al Quran :
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا (79)
Artinya : “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu maka dari kesalahan dirimu sendiri. Dan Kami mengutusmu (Muhammad) menjadi Rasul kepada segenap manusia, dan cukuplah Allah menjadi saksi”. (QS Al Hadiid : 79)
Jangan pernah menyalahkan takdir atas kegagalan yang terjadi, karena sikap itu hanyalah dimiliki oleh orang-orang yang tak beriman dan bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Jangan pula menyalahkan siapapun atas kegagalan anda, karena sikap itu hanyalah dimiliki oleh orang-orang yang kerdil menghadapi tantangan di hadapannya.
Jika anda mengeluh akan kegagalan yang terus menerus terjadi dalam usaha anda meraih keberhasilan dan kesuksesan, maka becerminlah segera … sebab apa yang anda lihat di cermin itu adalah musuh yang sebenarnya dan persoalan yang sedang anda hadapi. Kenalilah diri anda, dan bekerja samalah dengannya. Sekian