Tarbawi

Murnikanlah Akidahmu Dengan Mengenal Sunah

Banyak dari kaum muslimin mengaku berakidah, mengaku beriman, namun akidah dan iman mereka tidak diterima di sisi Allah subhanahu wata’ala, tahukah apa sebabnya? Dikarenakan akidah mereka, iman mereka tidak murni dan tidak sesuai apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Di antara tujuan Allah subhanahu wata’ala mengutus para nabi dan rasul kepada para hamba-Nya adalah untuk menanamkan akidah yang murni dan benar; karena akidah adalah fondasi agama seseorang, yang di atasnya dibangun seluruh amal perbuatan, apabila akidah benar maka benar pula amalan-amalannya, namun apabila akidah menyimpang maka akan rusak seluruh amalannya. Hanya akidah yang murni dan benar yang diterima oleh Allah subhanahu wata’ala yang bisa mendekatkan seseorang kepada-Nya dan yang bisa mendatangkan rida-Nya.

Air akan jernih apabila berasal dari sumber yang jernih, begitu pula akidah seseorang akan murni apabila bersumber dari sumber yang murni, di antaranya Sunah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, baik berupa perkataan, perbuatan, ataupun persetujuan dari beliau. Bagaimana tidak murni? Sunah beliau bersumber dari wahyu Ilahi.

Allah Ta’ala berfirman, “Dan yang diucapkannya itu bukanlah menurut keinginannya, tidak lain adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” [QS. An-Najm: 3-4].

Berikut ini beberapa peran Sunah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam memurnikan akidah manusia:

Sunah mengajarkan kita untuk mentauhidkan Allah ta’ala dalam beribadah, sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam ketika memerintahkan Mu’adz bin Jabal ke negeri Yaman, “Hendaklah yang pertama kali engkau dakwahkan kepada mereka adalah mentauhidkan Allah.” [HR. Bukhari No. 7372 dan Muslim No. 19].

Hadis ini sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh Allah dalam firman-Nya, “Rabbmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia.” [QS. Al-Isra: 23].

Sunah mengajarkan kita untuk menjauhi syirik, baik yang besar maupun yang kecil, karena syirik menyebabkan iman dan akidah kita menjadi gelap. Sebaliknya dengan mengenal sunah dan mengamalkannya datang cahaya yang akan membuat kegelapan itu sirna. Ingatlah, akidah seseorang tidak akan murni sampai ia meninggalkan kesyirikan.

Baca Juga  Generasi Terbaik

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Hak Allah atas hambanya adalah untuk menyembahnya dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengannya.” [HR. Bukhari No. 6267 dan Muslim No. 30].

Beliau juga bersabda, “Barang siapa yang memakai jimat maka telah berbuat syirik.” [HR. Ahmad No. 17422, sanad hadis: hasan].

Sunah memerintahkan kita agar menghindari hal-hal yang baru dalam agama, karena perkara tersebut tertolak di sisi Allah subhanahu wata’ala. Hal tersebut termasuk bentuk tandingan kepada Allah dengan membuat suatu ibadah yang tidak disyariatkan oleh-Nya.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang mengadakan sesuatu yang baru dalam urusan kami ini yang bukan bagian darinya, maka ia tertolak.” [HR. Bukhari No. 2697 dan Muslim No. 1718].

Beliau juga bersabda, “Seburuk-buruk perkara adalah sesuatu yang diada-adakan (dalam agama).” [HR. Muslim No. 867].

Sunah menetapkan beberapa nama dan sifat bagi Allah ta’ala, seperti apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di antaranya, “Sesungguhnya Allah Maha indah dan menyukai keindahan.” [HR. Muslim No. 91]. Dan sabdanya, “Allah tabaraka wata’ala setiap malam turun ke langit dunia ketika sepertiga malam terakhir.” [HR. Bukhari No. 1145 dan Muslim 758].

Mazhab Ahlusunah Waljamaah menetapkan dan mengimani seluruh nama dan sifat Allah azza wajalla yang terdapat dalam Alquran maupun Sunah tanpa sedikit pun memberi penafsiran yang menyimpang dari makna asalnya, dengan begitu akidah seseorang menjadi benar dan jauh dari kesesatan.

Sunah menunjukkan kepada kita bahwa Alquran adalah kalam Allah, bukan makhluk, oleh karenanya sebagai mukmin yang ingin akidahnya murni dan benar hendaklah berkeyakinan seperti apa yang ada dalam Sunah, dan itulah akidah Ahlusunah Waljamaah.

Baca Juga  Halaqah Tarbiyah  di Zaman Rasulullah ﷺ

Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Alquran adalah kalam Allah, bukan makhluk.” [Ushul Al-Sunnah: hal.22].

Di antara hadis yang menjelaskan tentang hal ini, sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:

«إِذَا نَزَلَ أَحَدُكُمْ مَنْزِلًا، فَلْيَقُلْ: أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ، فَإِنَّهُ لَا يَضُرُّهُ شَيْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْهُ». رَوَاهُ مُسْلِمٌ

“Apabila salah seorang di antara kalian singgah di suatu tempat hendaklah dia membaca, ‘Aku berlindung kepada kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari keburukan makhluk yang Ia ciptakan’, maka tidak ada sesuatu yang bisa membahayakannya sampai dia pergi dari tempat itu.” [HR. Muslim No. 2708].

Sudah maklum bahwa kita tidak dibolehkan meminta perlindungan kepada makhluk (yang secara logis tidak dapat memberi manfaat maupun mudarat), bahkan hal itu termasuk perbuatan syirik, dalam hadis di atas Nabi shallallahu alaihi wasallam mengajarakan umatnya untuk berlindung kepada kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dan Alquran termasuk kalimat Allah, ini menunjukkan bahwa Alquran bukanlah makhluk, karena kalau makhluk, tidak mungkin Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajarkan hal tersebut, beliau adalah manusia yang paling jauh dari segala perbuatan syirik.

Sunah mendorong kita untuk mencintai seluruh sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam, tidak membenci, tidak mencela, apalagi mengkafirkan salah seorang dari mereka. Tidak boleh membeda-bedakan para sahabat, baik dengan berlebih-lebihan dalam mencintai sebagian, atau membenci sebagian yang lain.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Janganl kalian mencaci maki para sahabatku, jangan kalian mencaci maki para sahabatku, demi Allah andainya kalian bersedekah dengan emas sebesar gunung Uhud, tidak akan sama (dengan pahala sedekah mereka) walaupun satu mudd (dua genggaman tangan) atau setengahnya.” [HR. Bukhari No. 3673 dan Muslim No. 2540].

Baca Juga  Cinta Ulama

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu berkata, “Janji Nabi kepadaku: tidaklah mencintaiku kecuali mukmin, dan tidaklah membenciku kecuali dia seorang munafik.” [HR. Muslim No. 78].

Sunah memerintahkan kita untuk selalu bersama Jamaah kaum muslimin, tidak memecah belah umat dan tidak memberontak ke pemerintahan yang sah, itulah mazhab Ahlusunah Waljamaah, tidak akan benar akidah seseorang sampai dia melakukan hal itu semua.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Hendaklah kalian bersama Jamaah kaum muslimin dan pemimpin mereka” [HR. Bukhari No. 3606 dan Muslim No. 1847].

Beliau juga bersabda, “Barang siapa yang ingin memecah belah umat (Islam) yang bersatu ini, maka bunuhlah dia siapa pun orangnya.” [HR. Muslim No. 1852].

Beliau bersabda tentang golongan Khawarij:

«هُمْ شَرُّ الخَلْقِ وَالخَلِيْقَةِ». رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

“Mereka adalah seburuk-buruk makhluk dan perangai.” [HR. Muslim No. 1067][1].

Ikutilah para ulama Sunah kita dalam berakidah, mereka adalah orang yang paling dekat dengan Sunah, paling teguh dan tegar dalam membela Sunah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Hendaklah kita mentauhidkan Allah subhanahu wata’ala dalam beribadah, menjauhi kesyirikan, menghindari hal-hal yang baru dalam agama, menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah baik yang terdapat dalam Alquran maupun Sunah, meyakini bahwa Alquran adalah kalam Allah, bukan makhluk, mencintai seluruh para sahabat dan selalu bersama jamaah kaum muslimin.

Semoga Allah subhanahu wata’ala memberikan kita taufik dan hidayah dalam mengikuti sunah-sunah Nabi shallallahu alaihi wasallam, memurnikan akidah kita, akidah yang menjadi sebab kita masuk ke surga Allah dan menjauhkan kita dari siksaan dan azab-Nya, Amin.

[1] . (Shahih Muslim: 1067).

Sadnanto. BA. MA

Kandidat Doktor Ulumul Hadis Universitas Islam Madinah

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?