Akhlak

Mitsaq Hamba dengan Allah

Telah menjadi hal yang dipahami bersama sesuai dengan petunjuk Allah ‘Azza wa Jalla dalam kitabnya, bahwa manusia telah mengambil perjanjian dengan Allah untuk menyembah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apa pun. Pengambilan janji anakcucu Adam ini lebih dari sekali. Perjanjian pertama untuk mengetahui Pencipta mereka dan ini adalah fitrah manusia. Allah menampakkan diri di hadapan manusia dan menyampaikan langsung kepada mereka yang masih dalam bentuk biji dzarrah kemudian mereka mengenal Allah Rabb semesta alam dan bersaksi atas keesaan-Nya, kemudian Allah menentukan takdir mereka dan mengembalikannya lagi sepertis emula.

Tidaklah terjadi hari kiamat sampai terlahir seluruh yang pernah mengambil perjanjian dengan Allah dan telah ditanamkan dalam hati-hati mereka perjanjian yang pernah diikrarkan di hadapan-Nya.

Para rasul diutus untuk mengingatkan kembali fitrah manusia yang terkandung dalam perjanjian pertama dan tidaklah ada yang menolak dakwah para rasul kecuali dia telah mengingkari fitrah yang ada di dalam hatinya, Allah berfirman, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah.” (QS. Ar-Rum: 30).

Juga berfirman, “Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenarannya).” (QS. An-Naml : 14).

Oleh karena permasalahan ini begitu penting, maka para ulama dari berbagai disiplin ilmu memberikan perhatian yang besar, baik dari bidang aqidah, tafsir, hadis dan selainnya.

Secara umum, perjanjian atau mitsaq dalam Al-Quran dibagi ke dalam 3 bagian, yaitu :

  1. Mitsaq At-Tauhid (perjanjianakan keesaan Allah).

Hal ini disebutkan oleh Allah dalam Surah Al-A’raf ayat: 172-173, yaitu firman Allah: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak cucu Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian mereka (seraya berfirman): ‘BukankaAku ini Tuhanmu?’ Mereka menjawab: ‘Betul (EngkauTuhan kami), kami menjadi saksi.’ (Kami lakukan yang demikianitu) agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lalai dari ini (keesaan Allah)’. Atau agar kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka.Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?'”.

Hal ini juga dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan dari Umar bin Khatthab radhiyallahu’anhu bahwa beliau pernah ditanya tentang ayat dalam Surah al-A’raf di atas dan beliau menjawab: “Saya pernah mendengar Rasulullah ditanya masalah ini dan beliau (Rasulullah) menjawab: ‘Setelah Allah menciptakan Adam, (Allah) mengusap punggung Adam dengan tangan kanan-Nya dan mengeluarkan darinya anak cucunya; seraya (Allah) berfirman: ‘Saya menciptakan ini sebagai penghuni surga dan mereka beramal dengan amalan penghuni surga. Kemudian (Allah) mengusap lagi punggung Adam dan mengeluarkan darinya anak cucunya seraya berkata: “Saya menciptakan ini sebagai penghuni neraka dan mereka akan beramal dengan amalan penghuni neraka.” Kemudian seorang sahaba tbertanya: ‘Wahai Rasulullah, apa gunanyaberamal?, Kemudian Nabi bersabda: ‘Sesungguhnya Allah ketika menciptakan penghuni surga maka Allah akan memudahkan amalan penghuni surga baginya, sampai dia meninggal dengan satu di antara amalan penghuni surga, kemudian memasukkannya ke dalam surga. Dan sesungguhnya ketika Allah menciptakan penghuni neraka, maka akan dimudahkan baginya untuk beramal dengan amalan penghuni neraka dan akan mati dengan salah satu amalan penghuni neraka, yang dengan itu Allah memasukkannya ke dalam neraka.” ( HR. Tirmizi, no. 3001).

  1. Mitsaq Nubuwwah (perjanjian kenabian).
Baca Juga  Penyakit Hati Yang Disukai Oleh Syaitan

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengambil perjanjian dari para nabi untuk mengemban amanah kenabian. Allah berfirman, yang artinya: “Dan ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dari paranabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.” Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu? Mereka menjawab: “Kami mengakui.” Allah berfirman:”Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku bersaksi pula bersama kalian. Siapa yang berpaling sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali Imran : 81-82)

JugaFirman Allah: “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari Engkau (sendiri), juga dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa bin Maryam. Dan kami telahmengambil dari mereka perjanjian yang sangat teguh.” (QS. Al-Ahzab: 7)

  1. MitsaqIttiba (perjanjian untuk tunduk dan taat).

Jenis perjanjian ini disebutkan dalam beberapa ayat di antaranya dalam surat Al-Baqarahayat 83: “Dan (Ingatlah) ketika kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbaktilah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kalian tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil dari kalian sedang kalian berpaling darinya.”

 

Jugadalamsurat Al-Maidahayat 7: “Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikrakan dengan kalian ketika kalian mengatakan: “Kami dengar dan kami taati.” Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah MahaMengetahui isi hatimu.”

Muhammad Basran, Lc., M.A., Ph.D.

Alumni S3, Bidang Tafsir, Universitas Islam Madinah, KSA.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?