Menjemput Hati Yang Lapang (1)

Muqaddimah
Lapang dan sempitnya hati tergantung kepada pilihan seseorang, tentu setelah taufik dan hidayah dari Allah Ta’ala. Seperti halnya membangun sebuah taman nan indah, maka ukuran besar kecilnya atau lebar dan sempitnya tergantung kepada pilihan si pembuat atau orang yang meminta dibuatkan taman tersebut. Demikian juga membangun taman-taman hati, di mana tumbuh suburnya bunga-bunga keimanan dan ketakwaan di dalamnya adalah semata-mata taufik dari Allah kemudian pilihan seseorang. Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Asy-Syams:
﴿ فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (8) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (10)﴾
Artinya: “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”
Ayat di atas menjelaskan dengan gamblang bahwa jiwa yang bersemayam di dalamnya hati bisa saja menjadi taman yang menguntungkan dan membahagiakan bila setelah dibersihkan dari segala macam hama dan penyakit kemudian ditanami benih-benih ketakwaan kepada Allah. Namun sebaliknya, jiwa dan hati tersebut bisa juga menjadi tanah yang merugikan dan menyengsarakan bila terkotori oleh hama dan penyakit, kemudian ditanami duri-duri kedurhakaan kepada Allah Ta’ala. Pilihannya kembali kepada manusia setelah taufik dan hidayah dari Allah Ta’ala.
Dengan demkian memiliki hati yang lapang adalah sebuah pilihan, sebagaimana merasakan sempitnya hati adalah sebuah pilihan.
Keutamaan Hati yang Lapang
Kelapangan hati merepakan salah satu buah dari “qalbun salim” atau hati yang selamat dari berbagai macam penyakit hati, atau hati yang bersih dari berbagai macam kotoran hati. Tentu, banyak sekali keutamaan yang Allah sediakan bagi hamba-Nya yang memiliki qalbun salim tersebut, di antaranya:
1-Ia adalah jalan menuju syurga. Allah ta’ala berfirman:
﴿يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89) ﴾
Artinya: “Hari (itu) tidak bermanfaat harta dan anak-anak (keturunan), kecuali siapa yang datang kepada Allah membawa hati yang selamat.”
Allah juga berfirman:
﴿ وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَى سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ (47)
Artinya: “Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.”
Ayat-ayat di atas menegaskan bahwa salah satu karakter dan sifat penghuni surga adalah mereka memiliki qalbun salim.
2-Meraih kemuliaan dan derajat yang tinggi. Rasulullah sallallahu’alaihi wasallam bersabda :
عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما أنَّ النَّبي صلى الله عليه وسلم قَالَ: «خير النَّاس ذو القلب المخْمُوم واللِّسان الصَّادق»، قيل: ما القلب المخْمُوم؟ قال: «هو التَّقِيُّ النَّقِيُّ الذي لَا إثم فيه، ولَا بَغْي ولَا حسد» (رواه ابن ماجة, وصحّحه الألباني).
Artinya: “Sebaik- baik manusia adalah yang memiliki hati yang makhmuum dan Lisan yang jujur.” Rasulullah ditanya, “Apakah hati yang makhmum itu?”. Beliau menjawab:, “Hati yang takwa (takut), bersih tidak ada dosa padanya, serta tidak ada rasa dengki dan melampaui batas (zalim).” (HR Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Al-Albaniy).
3-Bila hati bersih maka ia akan selalu condong kepada kebaikan ketaatan Dan kesalehan, di mana ketenangan dan ketentraman batin tidak akan dirasakan kecuali dengannya.
4-Menghilangkan keburukan-keburukan jiwa dan memutus jalan-jalan dosa.karena siapa yang hatinya selamat dan bersih dari keinginan-keinginan yang buruk maka dia akan menjaga lisan dan tubuhnya dari segala macam keburukan tersebut.
4-Kesempurnaan ittiba’ (mengikuti Rasulullah) tidak akan terealisasi kecuali ketika kita memiliki qalbun salim, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam panutan dan suri tauladan kita adalah hamba Allah yang paling bersih hatinya, dan paling lapang dadanya. Maka sungguh ironis, ketika kita mengaku sebagai umat Muhammad, mengklaim mengikuti dan mencintai beliau, namun hati kita sakit dan kotor.
Sungguh setiap orang mengidamkan hati yang bersih, karena hanya dengannyalah kebahagiaan dalam hidup bisa dirasakan, meskipun terkadang ia harus menghadapi takdir yang buruk seperti kefakiran atau kerugian materi, sakit atau kematian. Karena bila hati bersih akan tumbuh di dalamnya beni-benih keyakinan, keikhlasan, rida, cinta serta optimisme, sehingga hati tersebut akan selalu qana’ah (menerima) segala takdir yang telah Allah tetapkan baginya.
Demikian pula sebaliknya hati yang kotor akan menjadikan kehidupan di dunia sempit dan gelap. Meskipun terkadang tinggal di dalam istana yang luas dan megah, dengan segala kenikamatan di dalamnya. Karena hati yang kotor tersebut akan tumbuh subur di dalamnya duri-duri keraguan, kesyirikan, kebencian, serta ketamakan, sehingga hati tersebut akan selalu merasa kurang dan tidak pernah puas dengan syahwat dunia.