Akidah

Mengapa Kita Harus Mengenal Allah? (Bag.1)

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

Artinya: Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. (QS. Fathir: 28).

Setiap kita pasti pernah merasakan satu keadaan, di mana hati kita takut kepada Allah Ta’ala, Sehingga kita menjauhi laranganNya. Namun di saat yang lain kita juga pernah merasakan di mana hati kosong dari rasa takut kepada Allah Ta’ala, atau ada rasa takut kepadaNya namun sangat lemah, sehingga kita pun tergoda untuk melakukan dosa.

Mengapa dua keadaan yang berbeda tersebut ada dalam diri kita, atau bahkan keadaan yang paling buruk di mana sebagian kita telah kecanduan melakukan dosa, padahal kita mengenal Allah Ta’ala ?

Jawabannya:

Bahwa mengenal Allah Ta’ala mencakup dua tingkatan:

  1. Mengenal Allah sebatas pengakuan saja, di mana setiap muslim baik yang saleh maupun yang thalih (durhaka), muslim yang taat maupun yang membangkang, pasti mereka mengaku mengenal Allah Ta’ala yang Maha Pencipta, Pemilik dan Pengatur alam semesta.
  2. Mengenal Allah Ta’ala dengan penuh keyakinan yang akan membuahkan rasa takut, malu, cinta, serta rindu kepada Allah Ta’ala.

Tingkatan ma’rifah (ilmu) yang kedua ini tentu lebih tinggi dari pada tingkatan yang pertama. Demikian juga pada tingkatan yang kedua, kualitas ilmu dan keyakinan yang dimiliki oleh kaum muslimin bertingkat-tingkat. Sehingga hamba yang paling mengenal Allah Ta’ala yaitu Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam mengatakan:

لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

Artinya: “Aku tidak bisa menyebut semua pujian untuk-Mu, sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri.” (HR. Muslim, No. 486).

Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan bahwa sedalam apa pun ilmu dan pengetahuan seorang hamba tentang Allah Ta’ala, sesungguhnya dia tidak mampu mencapai derajat kesempurnaan, karena hakikat Allah Ta’ala lebih Agung, lebih besar dan lebih luas untuk bisa dikenal oleh akal manusia yang sangat terbatas.

Baca Juga  Sikap Seorang Muslim Terhadap Pemahaman Salaf

Meskipun demikian, Allah Ta’ala telah memudahkan cara mengenaliNya, bahkan lebih mudah dari sekedar menghirup nafas atau mendapatkan makanan dan air. Mengapa demikian?

Karena sesungguhnya kebutuhan hati dan jiwa untuk mengenal Allah Ta’ala jauh lebih besar dari pada kebutuhan nafas kepada udara atau kebutuhan tubuh kepada makanan dan minuman.

Dan yang terpenting bagi kita adalah, bagaimana ilmu tentang Allah Ta’ala tersebut mampu meningkat menjadi keyakinan yang akan membuahkan rasa takut, malu, cinta, serta rindu kepadaNya, bukan hanya sekedar kenal.

Satu pertanyaan pun muncul dengan sendirinya, bagaimana meningkatkan ilmu dan pengetahuan tentang Allah Ta’ala?

Hanya ada satu jawaban dan tiada duanya: yaitu dengan belajar dan mengkaji tentang Allah Ta’ala.

Bila kemudian ada yang bertanya kembali, setiap kita pernah belajar, dan masih terus belajar tentang Allah Ta’ala, tapi mengapa keyakinan tidak meningkat, apalagi membuahkan rasa takut, malu, cinta atau rindu kepadaNya?

Jawabannya: karena ada yang kurang tepat dalam metode belajar tentang Allah Ta’ala, di antaranya tentang motivasi dan alasan yang mendorong untuk belajar tentang Allah Ta’ala.

Di antara kita bisa jadi masih banyak yang tidak tahu mengapa harus mengenal Allah Ta’ala?

Atau mungkin telah mengetahui motivasi dan alasannya, namun kurang tepat?

Dalam artikel kali ini, penulis akan mencoba menjabarkan apa saja motivasi dan alasan yang mampu mendorong kita untuk belajar tentang Allah Ta’ala dengan benar, lalu menjadikannya prioritas utama dalam kehidupan kita. Karena sesungguhnya kebutuhan hati kita terhadap ilmu tentang Allah lebih besar, dari pada kebutuhan nafas kepada udara atau tubuh kepada air dan makanan.

Namun banyak di antara kita tidak merasakan besarnya kebutuhan hati terhadap ilmu tentang Allah Ta’ala, apakah disebabkan karena hati kita telah mati? Sehingga kita merasa bahwa kehidupan di dunia ini hanya makan, minum dan sibuk dengan hiruk pikuk kehidupan dunia, sementara hati tidak pernah merasakan rindu, cinta, tenang, takut dan malu kepada Allah Ta’ala.

Di antara motivasi dan alasan mengapa kita harus mengenal Allah Ta’ala adalah:

Baca Juga  Khutbah Jum'at: Noda Hitam Tauhid

Pertama, nikmat teragung di Akhirat yaitu melihat wajah Allah yang maha indah.

Inilah motivasi pertama mengapa kita harus mengenal Allah Ta’ala, Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam dalam doanya pernah memohon kepada Allah Ta’ala:

 وَأَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ فِيْ غَيْرِ ضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ وَلاَ فِتْنَةٍ مُضِلَّة

Artinya: “Aku mohon kepadaMu kenikmatan memandang wajahMu (di Surga), rindu bertemu denganMu tanpa penderitaan yang membahayakan dan fitnah yang menyesatkan.” (HR. An-Nasai: 3/54-55 dan Ahmad: 4/364. Dinyatakan oleh Al-Albani shahih dalam Shahih An-Nasai: 1/281).

Mengapa secara khusus beliau memohon kepada Allah Ta’ala kenikmatan memandang wajahNya (di Surga)?

Karena memandang wajah Allah Ta’ala adalah nikmat terbesar disurga. Dalam sebuah hadis tentang keadaan penghuni surga dengan segala kenikmatan yang ada di dalamnya, Rasulullah e bersabda:

فَما أُعْطُوا شيئًا أحَبَّ إليهِم مِنَ النَّظَرِ إلى رَبِّهِمْ عزَّ وجلَّ

Artinya: “Tidaklah mereka diberi nikmat yang paling mereka sukai melebihi nikmat memandang wajahNya.” (HR. Muslim, No. 297).

Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

أَنَّ أَهْلَ الجَنَّةِ إِذَا بَلَغَ النَّعِيمُ مِنْهُمْ كُلَّ مَبْلَغٍ، وَظَنُّوا أَنْ لَا نَعِيمَ أَفْضَلَ مِنْهُ، تَجَلَّى لَهُمُ الرَّبُّ، ‌فَنَظَرُوا ‌إِلَى ‌وَجه ‌الرَّحْمَن، فَنَسَوْا كُلَّ نَعِيمٍ عَايَنُوهُ؛ حِينَ نَظَرُوا إِلَى وَجْهِ الرَّحْمَنِ

Artinya: Sesungguhnya para penghuni surga, bila mereka telah mendapatkan puncak kenikmatannya, dan mereka mengira bahwa tidak ada nikmat yang lebih besar darinya, maka Allah Ta’ala menampakkan diriNya kepada mereka, mereka pun memandangi wajah Allah yang Maha Rahman, seketika mereka melupakan seluruh kenikmatan yang mereka rasakan, ketika memandang wajah Allah yang Maha Rahman.” (HR. Ad-Darimi dalam Naqdh Ad-Darimi No. 173).

Sebuah pertanyaan pun muncul untuk kita renungi: Bisakah kita memandang wajah Allah yang Maha Indah sebagai nikmat yang paling besar di surga sementara kita tidak mengenalNya? Atau kita sekedar mengenalNya, namun tidak pernah mencintai, merindu, atau malu dan takut kepadaNya?

Baca Juga  Seberapa jauh Anda mengenal Allah?

Sekaranglah saatnya kita benar-benar belajar tentang Allah Ta’ala. Mulai saat ini jadikan ilmu tentang Allah Ta’ala prioritas utama untuk dikaji dan didalami.

Mulai sekarang kuatkan hati dan jiwa kita untuk terus belajar mengenal Allah Ta’ala dengan motivasi agar meraih nikmat terbesar di surga nanti yaitu memandang wajah Allah Ta’ala, yang tidak dapat diraih kecuali oleh orang-orang yang mengenal dan yakin kepadaNya.

Kalo tidak sekarang kapan lagi?

Bersambung…….

Bag. 2

Mengapa Kita Harus Mengenal Allah Ta’ala (Bag. 2)

Ridwan Nursalam, Lc., M.A.

Kandidat Doktor, Bidang Aqidah & Pemikiran Kontemporer, King Saud University, Riyadh, KSA.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?