KOKOH DITENGAH BADAI UJIAN (bag: 1)
Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تَهِنُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَنتُمُ ٱلۡأَعۡلَوۡنَ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ
“Dan janganlah (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang beriman.”(QS. Ali ‘Imran: 139)
Allah ta’ala juga berfirman:
…وَلَا تَاْيۡـَٔسُواْ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِۖ إِنَّهُۥ لَا يَاْيۡـَٔسُ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡكَٰفِرُونَ
“…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.” (QS. Yusuf: 87)
Diantara karakter yang mampu mengokohkan seseorang ditengah badai ujian adalah optimisme, sifat ini dalam Bahasa arab disebut al fa-lu atau at tafaul.
Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- mendefinisikan al fa-lu dengan reaksi positif yang muncul dari seseorang yang memiliki sifat optimisme, meskipun akar sifat tersebut sejatinya tertanam didalam hati, yaitu iman kepada Allah ta’ala dan berbaik sangka kepadaNya. Diantara reaksi positif yang beliau sebutkan dalam sabdanya adalah ucapan yang baik (lihat: H.R Al Bukhari: 5756), seakan beliau mengisyaratkan bahwa ucapan ibarat cermin bagi hati dan perilaku seseorang, bila ucapannya baik, maka itu adalah salah satu tanda bahwa hati dan perilakunya baik.
Optimisme juga bisa diartikan kelapangan hati, berprasangka positif dan berharap kebaikan. Imam al Mawardi berkata: pada sifat optimis terdapat penguat tekad, pembangkit kesungguhan, dan pendukung keberhasilan (lihat: Adab addunya wa addin: 319).
Dari Rahim optimisme inilah lahir harapan yang merupakan motor kehidupan dan pendorong terbesar bagi seseorang. Apapun juga tanggung jawab dan amanah yang diembannya dalam rangka menyempurnakan perjalanannya untuk meraih kesuksesan, sekalipun dalam kondisi yang sangat sulit dan berat, lantaran banyaknya aral dan rintangan yang menghadang.
Rahasia Kesuksesan Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam-
Bila kita cermati secara mendalam perjalanan hidup yang mulia Rasulullah, terutama dalam setiap episode ujian dan fitnah yang menerpa beliau, kita akan dapati keberhasilan-keberhasilan gemilang yang ditorehkan, bahkan tidak pernah kita temukan kata menyerah apalagi putus asa dalam diri beliau.
Apa rahasia keberhasilan itu?
Dantara jawabannya adalah al amal atau harapan baik yang selalu ada dan menyala dalam diri beliau, tentu setelah mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari Allah ta’ala.
Diantara kisah optimisme Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- yang sangat menginsipirasi adalah perjalanan hijrahnya bersama Abu Bakar. Singkat cerita; “tepat di saat mereka berdua berada didalam gua kecil, sementara orang-orang kafir yang sedang mengejar tepat berada didepan gua tersebut, sampai-sampai abu bakar berkata kepada Rasulullah: seandainya orang-orang kafir itu melihat kebawah, niscaya mereka akan tau”. Kekhawatiran yang wajar muncul dari seorang manusia biasa.
Namun Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- menjawab kekhawatiran abu bakar dan bersabda: “apa yang kamu khawatirkan wahai abu bakar terhadap keselamatan dua orang ini (mereka berdua), padahal Allah ta’la adalah yang ketiga membersamai mereka”. sehingga Allah abadikan percakapan tersebut dalam firmannya:
إِلَّا تَنصُرُوهُ فَقَدۡ نَصَرَهُ ٱللَّهُ إِذۡ أَخۡرَجَهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ ٱثۡنَيۡنِ إِذۡ هُمَا فِي ٱلۡغَارِ إِذۡ يَقُولُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحۡزَنۡ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَاۖ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَيۡهِ وَأَيَّدَهُۥ بِجُنُودٖ لَّمۡ تَرَوۡهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ ٱلسُّفۡلَىٰۗ وَكَلِمَةُ ٱللَّهِ هِيَ ٱلۡعُلۡيَاۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita. Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 40)
Sungguh kondisi yang sangat sulit dan berat serta kegelapan yang pekat yang pasti akan menutupi hati dan fikiran manusia biasa dari semua harapan, namun bagi Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam-, justru terpancar dari lisannya yang mulai; Cahaya optimisme untuk menenangkan abu bakar, sekaligus memberinya harapan bahwa Allah ta’ala akan menolongnya, tidak akan mengurangi tekadnya, tidak akan lemah kekuatannya, dan tidak akan pernah berputus asa dari Rahmat Allah ta’ala.
Sungguh banyak kisah-kisah heroik lainnya yang diriwayatkan oleh para ulama nan menggambarkan optimisme Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam-. Sebagai umat islam yang mencintai nabinya hendaknya mengalirkan pesan optimisme ini dalam dirinya. Agar ia tidak hanya menjadi cerita penyejuk telinga, akan tetapi menjadi pesan untuk diteladani dan diamalkan.
Allah ta’ala berfirman:
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21).
Mengapa setiap kita harus memiliki sifat optimis dan apa saja kiat-kiat untuk menumbuhkannya?,… nantikan ulasannya pada artikel bagian ke-2.