Khutbah Jumat: Nikmat Lisan

Kaum muslimin yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala.
Salah satu anugerah Allah yang sangat berharga bagi manusia adalah nikmat lisan, lisan merupakan penyempurna bagi kesempurnaan tubuh manusia, dengannya manusia dapat berkomunikasi dan berbicara dengan manusia yang lain, olehnya Allah berfirman mengingatkan manusia akan anugerah ini:
أَلَمْ نَجْعَلْ لَهُ عَيْنَيْنِ (8) وَلِسَانًا وَشَفَتَيْنِ
Artinya:Bukankah kami jadikan bagi mereka dua mata, satu lisan dan dua bibir.
Ayat ini merupakan peringatan dari Allah, bahwa lisan dan dua bibir merupakan nikmat dari Allah, dan ini ditegaskan dengan firman Allah:
خَلَقَ الْإِنْسَانَ (3) عَلَّمَهُ الْبَيَانَ
Artinya:”(Allah) menciptakan manusia, dan mengajarkan Al-Bayan”.
Ayat ini diikuti dengan firman Allah yang lain dalam surat yang sama:
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Artinya:”Maka nikmat apa lagi yang engkau dustakan?”.
Abdullah bin Abbas menafsirkan kalimat “Al-Bayan” dengan bicara, maka penafsiran ini menegaskan tentang urgensi nikmat yang satu ini.
Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah.
Kenikmatan yang datang dari Allah akan menjadi lebih indah dan sempurna, apabila dapat disyukuri oleh manusia, karena syukur itu akan menambah kemilau dan keutamaan nikmat, bahkan syukur dapat dapat mengubah nikmat tersebut menjadi pundi-pundi pahala baginya.
Di antara cara bersyukur atas kenikmatan Allah, adalah dengan menggunakan kenikmatan tersebut dengan baik, yaitu untuk merealisasikan ubudiyah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, adapun jika kenikmatan tersebut digunakan untuk keburukan dan dijadikan alat untuk bermaksiat kepada Allah, maka dikhawatirkan nikmat tersebut dapat menjadi boomerang bagi pemiliknya.
Jamaah shalat jumat yang dirahmati oleh Allah.
Secara teknis, mensyukuri nikmat lisan dan anugerah bicara ini adalah dengan memilih kata-kata yang baik dalam berbicara, jauh dari kata-kata dusta, dan tidak mengghibah orang lain. Di antara ibadah lisan yang sangat dianjurkan adalah amar maruf dan nahi mungkar, membaca Al-Qur’an dan berdzikir dll.
Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا
Artinya:”Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan ucapkanlah kata-kata yang benar”.
Dan Allah juga berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا
Artinya:”Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah sejauh-jauhnya prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa, dan janganlah kalian memata-matai (mencari-cari kesalahan orang lain), dan janganlah berghibah (membicarakan keburukan orang lain)”.
Allah juga berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ
Artinya:”Wahai orang-orang yang beriman, janganlah satu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (sebab) bisa jadi kaum yang diolok-olok lebih baik daripada yang mengolok-olok”.
Penjelasan ayat-ayat ini mengandung ibadah-ibadah yang dianjurkan untuk dipraktekkan oleh lisan di antara adalah mengucapkan kata-kata benar dalam berbicara (qoulan sadida), dan ini memiliki makna yang luas, di antaranya: jujur dalam berbicara, memilih kata-kata yang sopan dan baik dalam berinteraksi, berdzikir, mengajak kepada kebaikan dll.
Ayat di atas juga menjelaskan tentang amalan-amalan yang hendaknya dijauhi oleh oleh orang yang beriman, di antaranya: mengghibah (menyebutkan keburukan orang lain), mengolok-olok orang lain, mengucapkan kata-kata yang menyakiti orang lain baik dengan sindiran ataupun umpatan dll.
Jamaah shalat jumat yang dirahmati oleh Allah.
Dari penjelasan di atas, kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa lisan merupakan kenikmatan yang luar biasa, namun ia bagaikan pisau yang bermata dua, pisau yang dapat membantu pemiliknya, namun juga dikhawatirkan dapat memotong pemiliknya, demikianlah lisan tersebut, dapat menjadi tambang pahala bagi pemiliknya, namun dapat juga menjadi sumber terjadinya dosa.
Seorang muslim sejati, harus menjaga lisannya agar tidak menyakiti manusia di sekitarnya, Rasulullah bersabda:
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Artinya: “Seorang muslim adalah yang selamat dari keburukan lisannya dan perbuatannya kaum muslimin yang lain”.
Berangkat dari hadits ini, maka kewajiban seorang muslim sebelum ia berbicara adalah memikirkan kata-kata yang terbaik yang akan diucapkannya, jika ia tidak menemukannya maka hendaknya ia diam, Rasulullah bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Artinya:”Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaknya ia mengucapkan kata-kata yang baik, atau ia diam”.
Sebab semua kata-kata yang kita ucapkan memiliki konsekuensi bagi kita, dan akan dicatat oleh Malaikat-malaikat Allah –Subhanahu wa ta’ala-, Allah berfirman:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Artinya:”Sesuatu yang dilafalkan berupa kata-kata (oleh manusia), akan dicatat oleh dua malaikat (yaitu) Rakib dan Atid”.
Oleh sebab itu, hendaknya kita berhitung dan berhati-hati sebelum berbicara, sebab satu kalimat yang terlontar dari lisan kita, dapat menjadi kunci bagi kebahagiaan kita di Akhirat dan dapat memasukkan kita ke dalam surga Allah, namun sebaliknya juga, satu kalimat buruk yang diucapkan oleh lisan, dapat menjadi faktor kebinasaan kita dan dapat menjerumuskan kita ke dalam Neraka Allah, Rasulullah bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رُضْوَانِ اللهِ، مَا يُلْقِي لَهَا بَالًا، يُرْفَعُ لَهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ، لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
Artinya:”sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang dapat menarik ridho Allah, dan ia menganggap remeh ucapan tersebut, ternyata kalimat tersebut meninggikan derajat hamba tersebut, dan sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kalimat, yang dapat menyebabkan kemurkaan Allah, dan ia meremehkan ucapan tersebut, ternyata kalimat tersebut menjerumuskannya ke dalam neraka Jahannam.