Mimbar Jumat

Khutbah Jumat: Mendulang Ibrah Dari Kisah Nabi Musa Dan Tukang Sihir

KHOTBAH PERTAMA

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.

اللهم صلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ،  وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

أَيُّهَا النَّاسُ رَحِمَكُمُ اللهُ.

Kaum muslimin, jamaah salat Jumat rahimakumullah

Bulan Muharram merupakan bulan yang menyimpan banyak kisah sejarah yang sangat agung, di antaranya adalah kisah merdekanya Nabi Musa dari “jajahan” Firaun, sang Raja yang zalim, yang mana Allah menyelamatkan beliau dari kejaran Firaun dan bala tentaranya pada tanggal 10 Muharram sehingga Nabi Musa berpuasa pada hari tersebut sebagai bentuk ungkapan syukur atas pertolongan Allah Azza wajalla.

Abdullah bin Abbas radiyallahu ‘anhuma menceritakan terkait sejarah tersebut, beliau mengatakan,

قَدِمَ النَّبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ المَدِينَةَ فَرَأَى اليَهُودَ تَصُومُ يَومَ عاشُوراءَ، فَقالَ: ما هذا؟ قالوا: هذا يَوْمٌ صَالِحٌ؛ هذا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إسْرَائِيلَ مِن عَدُوِّهِمْ، فَصَامَهُ مُوسَى. قالَ: فأنَا أحَقُّ بمُوسَى مِنكُمْ، فَصَامَهُ، وأَمَرَ بصِيَامِهِ

“Rasulullah ṣallallahu ‘alaihi wasallam tiba di kota Madinah dan melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada tanggal 10 Muharram (‘Asyura), maka beliau bertanya, ‘Kenapa mereka berpuasa ‘Asyura?’ Mereka menjawab, ‘Hari ini adalah hari yang baik, pada hari ini Allah azza wajalla menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka sehingga nabi Musa berpuasa pada hari tersebut’, maka Rasulullah ṣallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Saya lebih berhak terhadap Musa daripada kalian’, maka beliau berpuasa pada hari tersebut dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa.” [HR. Bukhari dan Muslim].

Jamaah salat Jumat rahimakumullah.

Sebelum Allah menghancurkan Firaun beserta bala tentaranya di laut merah, tentu sangat banyak episode konflik yang terjadi antara Nabi Musa dan Firaun, namun di antara episode konflik yang berpotensi dapat memeras adrenalin adalah episode konflik antara Nabi Musa dengan tukang-tukang sihir Firaun, bahkan episode tersebut tampak begitu epik, sehingga diabadikan oleh Allah di dalam untaian ayat-ayat Alquran, Allah Azza wajalla berfirman,

قَالُوٓاْ إِنۡ هَٰذَٰنِ لَسَٰحِرَٰنِ يُرِيدَانِ أَن يُخۡرِجَاكُم مِّنۡ أَرۡضِكُم بِسِحۡرِهِمَا وَيَذۡهَبَا بِطَرِيقَتِكُمُ ٱلۡمُثۡلَىٰ٦٣ فَأَجۡمِعُواْ كَيۡدَكُمۡ ثُمَّ ٱئۡتُواْ صَفّٗاۚ وَقَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡيَوۡمَ مَنِ ٱسۡتَعۡلَىٰ٦٤ قَالُواْ يَٰمُوسَىٰٓ إِمَّآ أَن تُلۡقِيَ وَإِمَّآ أَن نَّكُونَ أَوَّلَ مَنۡ أَلۡقَىٰ٦٥ قَالَ بَلۡ أَلۡقُواْۖ فَإِذَا حِبَالُهُمۡ وَعِصِيُّهُمۡ يُخَيَّلُ إِلَيۡهِ مِن سِحۡرِهِمۡ أَنَّهَا تَسۡعَىٰ٦٦ فَأَوۡجَسَ فِي نَفۡسِهِۦ خِيفَةٗ مُّوسَىٰ٦٧ قُلۡنَا لَا تَخَفۡ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡأَعۡلَىٰ٦٨ وَأَلۡقِ مَا فِي يَمِينِكَ تَلۡقَفۡ مَا صَنَعُوٓاْۖ إِنَّمَا صَنَعُواْ كَيۡدُ سَٰحِرٖۖ وَلَا يُفۡلِحُ ٱلسَّاحِرُ حَيۡثُ أَتَىٰ٦٩ فَأُلۡقِيَ ٱلسَّحَرَةُ سُجَّدٗا قَالُوٓاْ ءَامَنَّا بِرَبِّ هَٰرُونَ وَمُوسَىٰ٧٠ [طه: 63-70]

Baca Juga  Khutbah Jumat: Berhias Dengan Sikap Sabar

“Para penyihir berkata, “Sesungguhnya dua orang ini adalah penyihir yang hendak mengusirmu (Firaun) dari negerimu dengan sihir mereka berdua, dan hendak melenyapkan adat kebiasaanmu yang utama,

Maka kumpulkanlah segala tipu daya (sihir) kamu, kemudian datanglah dengan berbaris dan sungguh beruntung orang yang menang pada hari ini,

Mereka berkata, “Wahai Musa! Apakah engkau yang akan melempar (dahulu) atau kami yang lebih dahulu melempar?

Dia (Musa) berkata, “Silakan kalian melemparkan (dahulu)! Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat mereka terbayang oleh Musa seakan-akan ia merayap cepat karena sihir mereka.”,

Maka Musa merasa takut dalam hatinya,

Kami berfirman, “Jangan takut! Sungguh engkaulah yang menang.”,

Lemparkan apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka buat. Apa yang mereka buat itu hanya tipu daya penyihir (belaka). Penyihir itu tidak akan menang, dari mana pun ia datang.” [QS. Taha : 63-70].

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَقَالَ فِرۡعَوۡنُ ٱئۡتُونِي بِكُلِّ سَٰحِرٍ عَلِيمٖ٧٩ فَلَمَّا جَآءَ ٱلسَّحَرَةُ قَالَ لَهُم مُّوسَىٰٓ أَلۡقُواْ مَآ أَنتُم مُّلۡقُونَ٨٠ فَلَمَّآ أَلۡقَوۡاْ قَالَ مُوسَىٰ مَا جِئۡتُم بِهِ ٱلسِّحۡرُۖ إِنَّ ٱللَّهَ سَيُبۡطِلُهُۥٓ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُصۡلِحُ عَمَلَ ٱلۡمُفۡسِدِينَ٨١ وَيُحِقُّ ٱللَّهُ ٱلۡحَقَّ بِكَلِمَٰتِهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡمُجۡرِمُونَ٨٢ [يونس: 79-82]

“Firaun berkata kepada pemuka kaumnya, “Datangkanlah kepadaku semua penyihir ulung”,

Maka ketika para penyihir itu datang, Musa berkata kepada mereka, “Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan!”,

Setelah mereka melemparkan, Musa berkata, “Apa yang kamu lakukan itu, itulah sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan kepalsuan sihir itu. Sungguh, Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang yang berbuat kerusakan, Dan Allah akan mengukuhkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukainya.” [QS. Yunus: 79-82].

Dari untaian ayat-ayat di atas dapat dideskripsikan konflik yang terjadi antara Nabi Musa dan para tukang sihir Firaun, sebelum terjadi peperangan antara kedua belah pihak, ada framing busuk yang dihembuskan oleh para tukang sihir Firaun bahwa Nabi Musa dan Nabi Harun adalah dua tukang sihir yang berhasrat menghancurkan Firaun dan kerajaannya.

Kemudian Nabi Musa dikeroyok oleh para tukang sihir Firaun, lalu terjadi perang hebat antara mukjizat Nabi Musa dan sihir yang dibuat oleh pengikut Firaun yang diakhiri dengan kemenangan gemilang Nabi Musa ‘alaihissalam, bahkan para tukang sihir Firaun berbalik beriman kepada Allah Azza wajalla pasca konflik tersebut.

Baca Juga  Khutbah Jum'at: Noda Hitam Tauhid

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah Azza wajalla.

Tentu banyak pelajaran yang dapat dipetik dari kisah Nabi Musa dan para tukang sihir Firaun yang dapat dijadikan panduan dalam kehidupan kita, namun pelajaran terbesar dari kisah tersebut adalah tentang ilmu sihir dan pengharamannya dalam syariat Islam.

Dalam untaian ayat di atas dengan gamblang Allah Azza wajalla menjelaskan tentang ilmu sihir, bahwa ilmu tersebut tidaklah membawa kecuali kepada kerugian, Allah berfirman,

 إِنَّمَا صَنَعُواْ كَيۡدُ سَٰحِرٖۖ

“Apa yang mereka buat itu hanya tipu daya penyihir (belaka). Dan tidak akan menang (beruntung) penyihir itu, dari mana pun ia datang.”

Dalam untaian ayat-ayat di atas, Nabi Musa dengan tegas menyatakan bahwa Allah sendiri yang akan menghancurkan sihir tersebut, Allah berfirman,

فَلَمَّآ أَلۡقَوۡاْ قَالَ مُوسَىٰ مَا جِئۡتُم بِهِ ٱلسِّحۡرُۖ إِنَّ ٱللَّهَ سَيُبۡطِلُهُ

“Setelah mereka melemparkan, Musa berkata, “Apa yang kamu lakukan itu hanya sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan kepalsuan sihir itu.”

Bahkan beliau menganggap sihir sebagai perbuatan yang merusak, sebagaimana firman Allah Azza wajalla,

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُصۡلِحُ عَمَلَ ٱلۡمُفۡسِدِينَ

“Sungguh, Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang yang berbuat kerusakan.”

Hal tersebut disebabkan karena ilmu sihir dapat merusak tauhid seseorang, sebab ilmu sihir dan cabang-cabangnya berdiri tegak di atas klaim mengetahui ilmu gaib, ritual-ritual yang penuh dengan perbuatan syirik dan memohon bantuan kepada jin dan setan.

Dalam surat Al-Baqarah, ayat 102, Allah menjelaskan bahwa sihir dapat mengakibatkan pelakunya terjerembap ke dalam jurang kekufuran, sebagaimana firman Allah,

وَٱتَّبَعُواْ مَا تَتۡلُواْ ٱلشَّيَٰطِينُ عَلَىٰ مُلۡكِ سُلَيۡمَٰنَۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيۡمَٰنُ وَلَٰكِنَّ ٱلشَّيَٰطِينَ كَفَرُواْ يُعَلِّمُونَ ٱلنَّاسَ ٱلسِّحۡرَ [البقرة: 102]

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Nabi Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setanlah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia.” [QS. Al-Baqarah: 102]

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيهِمَا مِنَ العِلْمِ وَالْحِكْمَةِ، أَقُوْلُ قًوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHOTBAH KEDUA

الْحَمْدُ للهِ عَلَىْ إِحْسَاْنِهِ ، وَالْشُّكْرُ لَهُ عَلَىْ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَاْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَاْ إِلَهَ إِلَّاْ اللهُ تَعْظِيْمَاً لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْدَّاْعِيْ إِلَىْ رِضْوَاْنِهِ صَلَّى اللهُ عَلِيْهِ وَعَلَىْ آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَإِخوَانِهِ، أما بعد:

Kaum muslimin jamaah salat Jumat yang dirahmati Allah.

Kita hidup di zaman modern, dipenuhi dengan gemerlap kemajuan dalam bidang teknologi dan dihiasi dengan peradaban yang sangat elegan, serta dipenuhi dengan manusia yang berpikir logis, namun ternyata semua itu tidak menenggelamkan dunia sihir, perdukunan dan klenik. Padahal  haramnya sihir dan perdukunan bukan khusus bagi syariat Nabi Musa semata, namun juga berlaku pada syariat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Sihir dan perdukunan merupakan bagian dari dosa besar, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ

Baca Juga  Khutbah Jumat: Pelepas Rindu Kepada Sang Baginda Nabi

“Jauhilah tujuh dosa besar yang membinasakan”, para sahabat bertanya, ‘Dosa apa saja wahai Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, ‘Syirik kepada Allah, sihir, membunuh, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri dari medan perang dan menuduh wanita muslimah berbuat zina.” [HR. Bukhari dan Muslim].

Bahkan tidak berhenti sampai di sini saja, Rasulullah mengabarkan bahwa orang yang datang ke dukun atau paranormal lalu bertanya terkait hal-hal gaib kemudian ia mempercayainya, maka salatnya tidak diterima oleh Allah selama 40 hari, Rasulullah bersabda,

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَم تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ يومًا

“Barang siapa yang mendatangi dukun, kemudian dia bertanya tentang sesuatu (hal gaib), maka salatnya tidak diterima selama empat puluh hari.” [HR Muslim].

Maka di sini kita meyakini bahwa terdapat kesamaan antara syariat Nabi Musa dan syariat Nabi Muhammad terkait sihir dan perdukunan, bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang haram, bahkan dapat mengancam akidah dan tauhid seseorang. Maka di bulan Muharram ini kita meneladani salah satu sikap Nabi Musa; yaitu menjauhi ilmu sihir dan perdukunan.

Dan orang yang beruntung dan merdeka adalah orang yang senantiasa mentauhidkan Allah Azza wajalla dan menjauhi tipu daya setan yang ditebarkan lewat ilmu sihir dan perdukunan.

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰۤىِٕكَتَهُۥ یُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِیِّۚ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَیۡهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسۡلِیمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ . وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،يَا سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.                                                                                                                                  رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً  إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ.

رَبَّنَا تَقَبَّل مِنَّا وَقِيَامَنَا وَسَائِرَ أَعمَالِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ.

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسلِمِين وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ وَأَعدَاءَكَ يَا عَزِيزٌ يَا قَهَّارٌ يَا رَبَّ العَالَمِينَ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Lukmanul Hakim, Lc., M.A.

Kandidat Doktor, Bidang Tafsir & Hadits, King Saud University, Riyadh, KSA.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?