Mimbar Jumat

Khutbah Jumat: Ittiba’ Adalah Jalan Bagi Sang Pecinta Sejati

Khotbah Pertama

Jamaah salat Jumat yang dirahmati oleh Allah Azza wajalla.

Adalah merupakan perkara yang diketahui oleh seluruh kaum muslimin, bahwa di antara perkara yang paling agung dalam agama Islam adalah perkara cinta dan mencintai. Apalagi jika sang objek cinta adalah Rasulullah ṣallallahu ‘alaihi wasallam, yang merupakan medan magnet terbesar bagi seorang muslim untuk mencintai beliau, yang mana tidak ada seorang muslim pun kecuali akan mendeklarasikan kecintaannya kepada beliau.

Perlu diketahui, bahwa sang maha pencinta sejati dari kalangan manusia adalah para nabi dan para rasul utusan Allah Azza wajalla, dan yang paling menonjol di antara mereka adalah Nabi Muhammad ṣallallahu ‘alaihi wasallam, beliau adalah seorang Nabi yang sangat mencintai dan mengasihi umatnya, bahkan Allah Azza wajalla-pun mengakui sifat tersebut, Allah Azza wajalla berfirman,

﴿لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ﴾

“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kalian alami, dia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah: 128).

Jamaah salat Jumat yang dirahmati oleh Allah Azza wajalla.

Cinta Nabi Muhammad kepada umatnya bukan hanya ucapan bibir semata, namun bukti-bukti cinta beliau bertebaran di dalam hadis-hadis, di antaranya adalah deskripsi dari Aisyah radiyallahu ‘anha terkait kegundahan Rasulullah ṣallallahu ‘alaihi wasallam ketika langit kota Madinah dipenuhi dengan awan, hal tersebut disebabkan karena kekhawatiran beliau yang sangat besar; bahwa di balik awan tersebut bisa jadi ada azab yang Allah kirimkan kepada umatnya, Aisyah radiyallahu ‘anha mengatakan,

كَانَ إِذَا رَأَى غَيْمًا أَوْ رِيحًا عُرِفَ فِي وَجْهِهِ، قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الْغَيْمَ فَرِحُوا رَجَاءَ أَنْ يَكُونَ فِيهِ الْمَطَرُ وَأَرَاكَ إِذَا رَأَيْتَهُ عُرِفَ فِي وَجْهِكَ الْكَرَاهِيَةُ، فَقَالَ: يَا عَائِشَةُ مَا يُؤْمِنِّي أَنْ يَكُونَ فِيهِ عَذَابٌ، عُذِّبَ قَوْمٌ بِالرِّيحِ وَقَدْ رَأَى قَوْمٌ الْعَذَابَ، فَقَالُوا ﴿هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا﴾

“Rasulullah ṣallallahu ‘alaihi wasallam jika melihat awan atau angin kencang akan tampak pada wajahnya kekhawatiran, maka Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya manusia jika melihat awan akan tampak kebahagiaan pada wajah mereka, sebab mereka berharap hujan akan turun, namun mengapa saya lihat jika engkau melihat awan tampak pada wajahmu kekhawatiran? Maka Rasulullah menjawab, “Wahai Aisyah, tidak ada yang menjamin bahwa di balik awan tersebut tidak ada azab, sesungguhnya ada kaum yang diazab dengan angin, bahkan ada suatu kaum yang melihat azab, namun mereka justru mengatakan, “Inilah awan-awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Baca Juga  Khutbah Jumat: Tips Syukur Nikmat

Bahkan pada riwayat lain dipaparkan bagaimana kegelisahan Rasulullah ketika melihat awan atau angin yang datang ke kota Madinah, Aisyah radiyallahu ‘anha mengatakan,

وَإِذَا تَخَيَّلَتِ السَّمَاءُ تَغَيَّرَ لَوْنُهُ وَخَرَجَ وَدَخَلَ وَأَقْبَلَ وَأَدْبَرَ، فَإِذَا مَطَرَتْ سُرِّيَ عَنْهُ

“Dan jika awan berarak di langit, maka wajahnya diliputi kekhawatiran, beliau keluar rumah dan masuk, datang dan pergi, jika hujan turun maka semua kegelisahan dan kegundahan tersebut sirna.” (HR. Muslim).

Inilah bukti cinta dan kasih nabi yang sangat besar, terpahat dengan dalam di relung-relung hati, terpancar dengan kuat lewat kegelisahan dan kegundahan pada wajah beliau yang mulia, karena kekhawatiran beliau akan turunnya azab Allah Azza wajalla kepada umatnya.

Dan di antara bukti cinta dan kasih sayang beliau kepada umatnya; beliau tidak ingin menyusahkan dan memberatkan umatnya dalam menjalankan syariat, di antara contohnya adalah meringankan beberapa syariat, Rasulullah ṣallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ وَلَأَخَرْتُ صَلَاةَ العِشَاءِ إِلَى ثُلُثِ اللَّيْلِ

“Seandainya tidak menyusahkan umatku, maka pasti akan aku wajibkan mereka untuk bersiwak setiap hendak melaksanakan salat, dan pasti aku akhirkan pelaksanaan salat isya sampai sepertiga malam.” (HR. Tirmizi).

Maka ketika syariat masih bisa ditawar dan diringankan dari umatnya, maka Rasulullah ṣallallahu ‘alaihi wasallam pasti akan berusaha untuk meringankannya, agar syariat-syariat tersebut tidak membebani dan memberatkan mereka.

Jamaah salat Jumat yang dirahmati oleh Allah Azza wajalla.

Bukti kecintaan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam tidak berhenti sampai di sini saja, ada pengorbanan besar yang beliau lakukan, yaitu beliau tidak memanfaatkan keistimewaan yang beliau miliki berupa doa yang pasti terkabul demi kemaslahatan umatnya, beliau bersabda,

Baca Juga  Khutbah Jumat: Pelepas Rindu Kepada Sang Baginda Nabi

لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ، فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ القِيَامَةِ

 “Setiap Nabi memiliki doa yang pasti terkabul, dan setiap nabi telah melantunkan doa tersebut (dan dikabulkan oleh Allah), sedangkan aku; maka aku simpan doaku untuk dijadikan sebagai syafaat bagi umatku pada hari kiamat.” (HR. Muslim).

Ini merupakan puncak dari bukti kecintaan dan kasih sayang Rasulullah terhadap umatnya,

Kaum muslimin, jamaah salat Jumat yang dirahmati Allah Azza wajalla.

Sebagai seorang muslim, mencintai Rasulullah ṣallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebuah keniscayaan, setiap muslim pasti mengaku mencintai beliau. Namun dalam urusan cinta dan mencintai, seseorang pencinta sejati tidak hanya memikirkan pengungkapan cintanya kepada obyek yang dicintainya, namun juga harus memikirkan cara yang jitu agar cintanya tidak bertepuk sebelah tangan, sebab sangat banyak orang yang mengaku mencintai seseorang, namun ternyata cintanya tidak disambut dengan hangat, sehingga ia bak punguk yang merindukan bulan, dan ibarat orang yang disinggung oleh sebuah bait syair;

وَكُلُّ يَدَّعِي وَصْلًا بِلَيْلَى       وَلَيْلَى لَا تَقِرُّ لَهُمْ بِذَاكَا

“Semua orang mengakui memiliki hubungan spesial dengan Laila (seorang wanita cantik), namun ternyata Laila tidak mengakui hubungan tersebut.”

Oleh karena itu para ulama mewanti-wanti terkait masalah ini dengan mengatakan,

لَيْسَ الشَّأْنُ أَنْ تُحِبَّ وَلَكِنَّ الشَّأْنَ أَنْ تُحَبَّ

“Yang terpenting bukan bagaimana engkau mencintai, namun yang terpenting adalah bagaimana engkau dicintai.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/32).

Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui perkara-perkara yang dapat mendatangkan kecintaan Allah Azza wajalla dan Rasul-Nya kepada seorang hamba, dan salah satu sarana untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan mengkaji sirah para ulama terdahulu dalam merefleksikan cinta mereka kepada Rasulullah ṣallallahu ‘alaihi wasallam.

Khotbah kedua

Kaum muslimin, jamaah salat Jumat yang dirahmati Allah Azza wajalla.

Di antara generasi yang patut untuk dijadikan suri teladan dalam mencintai dan mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah generasi para sahabat, sebab generasi mereka telah dipuji oleh Allah di dalam Alquran dan dipuji pula oleh Rasulullah dalam hadis-hadisnya.

Di antara potret ketaatan dan ittiba’ para sahabat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar, beliau mengatakan,

Baca Juga  Khutbah Jumat: Kemenangan yang Hakiki di Dalam Islam

اتَّخَذَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَاتَمًا مِنْ ذَهَبٍ فَاتَّخَذَ النَّاسُ خَوَاتِيمَ مِنْ ذَهَبٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي اتَّخَذْتُ خَاتَمًا مِنْ ذَهَبٍ فَنَبَذَهُ وَقَالَ إِنِّي لَنْ أَلْبَسَهُ أَبَدًا فَنَبَذَ النَّاسُ خَوَاتِيمَهُمْ

“Suatu saat Nabi Muhammad memakai cincin dari emas, maka para sahabat pun meniru perbuatan Rasulullah tersebut dan mereka menghiasi jemari mereka dengan cincin dari emas, selang beberapa waktu Rasulullah melepas cincin tersebut karena diharamkan memakai emas bagi laki-laki, maka para sahabat pun melepaskan cincin tersebut demi mengikuti sang Nabi yang tercinta.” (HR. Bukhari).

Di antara riwayat yang menjelaskan kesempurnaan ketaatan dan proses ittiba’ para sahabat adalah hadis Abu Said al-Khudri, beliau mengatakan,

بَيْنَمَا رَسُولُ اللَّهِ يُصَلِّى بِأَصْحَابِهِ إِذْ خَلَعَ نَعْلَيْهِ فَوَضَعَهُمَا عَنْ يَسَارِهِ فَلَمَّا رَأَى ذَلِكَ الْقَوْمُ أَلْقَوْا نِعَالَهُمْ فَلَمَّا قَضَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- صَلاَتَهُ قَالَ «مَا حَمَلَكُمْ عَلَى إِلْقَائِكُمْ نِعَالَكُمْ». قَالُوا رَأَيْنَاكَ أَلْقَيْتَ نَعْلَيْكَ فَأَلْقَيْنَا نِعَالَنَا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «إِنَّ جِبْرِيلَ  أَتَانِى فَأَخْبَرَنِى أَنَّ فِيهِمَا قَذَرًا».

“Ketika Rasulullah sedang salat bersama para sahabat, tiba-tiba beliau melepaskan sandalnya, lalu meletakkannya di sebelah kirinya, ketika para sahabat melihat hal tersebut, maka mereka juga melepaskan sandal mereka, setelah selesai salat, Rasulullah bertanya, “Kenapa kalian melepaskan sandal kalian? Para sahabat menjawab, “Karena kami melihat anda melepaskan sandal wahai Rasulullah, maka kami juga melepasnya”, maka Nabi berkata, “Sesungguhnya Jibril mengabarkan kepadaku bahwa di sandalku ada najis” (makanya beliau melepaskan sandal ketika salat). (HR. Abu Dawud).

Dua riwayat ini merupakan potret ketaatan dan aktivitas ittiba’ para sahabat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, riwayat di atas menjelaskan kesempurnaan ketaatan mereka kepada beliau, sehingga mereka mengikuti amalan Nabi tanpa bertanya dahulu terkait hukumnya, selama amalan tersebut dilakukan oleh Rasulullah, maka para sahabat berusaha untuk mengamalkannya juga.

Inilah yang diharapkan dari kaum muslimin hari ini, bahwa kecintaan mereka kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hendaknya dibuktikan dengan ketaatan dan ittiba’ kepadanya.

 

Lukmanul Hakim, Lc., M.A.

Kandidat Doktor, Bidang Tafsir & Hadits, King Saud University, Riyadh, KSA.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?