Tatsqif

Keistimewaan dan Keutamaan Hari Arafah

Hari Arafah adalah hari berwukufnya jamaah haji di Arafah pada tanggal sembilan Dzulhijjah setiap tahun. Tanggal tersebut dikenal sebagai hari Arafah karena pada hari tersebut, setelah matahari zawal hingga terbenam, kaum muslimin yang sedang menunaikan ibadah haji diwajibkan wukuf atau berada di area Arafah, sekitar 25 KM dari Masjidil Haram di Mekah Al Mukarramah.

Hari Arafah adalah hari istimewa, keutamaannya tidak hanya mencakup jamaah haji yang sedang melakukan ibadah wukuf di sana. Fadhilahnya dapat pula dirasakan dan diraih oleh non jamah haji.

Berikut sekilas tentang keistimewaan dan keutamaan hari Arafah:

Pertama, Keistimewaan Hari Arafah:

1. Allah menjadikan hari Arafah sebagai sumpah.

Di antara keistimewaannya, Allah menjadikan hari Arafah sebagai salah satu makhluk yang denganya Dia bersumpah. Sedang Allah Ta’ala tidak bersumpah kecuali dengan yang agung. Yaitu saat Allah bersumpah:

وَشَاهِدٍ وَمَشْهُودٍ

 “Dan demi yang menyaksikan dan yang disaksikan.” (QS. Al-Buruj: 3).

Terkait ayat tersebut, Nabi sallallahu aliahi wa sallam bersabda:

اليَوْمُ المَوْعُودُ يَوْمُ القِيَامَةِ، وَاليَوْمُ المَشْهُودُ يَوْمُ عَرَفَةَ، وَالشَّاهِدُ يَوْمُ الجُمُعَةِ

Hari yang dijanjikan adalah hari kiamat dan hari yang disaksikan adalah hari Arafah. Yang menjadi saksi adalah hari Jumat.” (HR. Tirmidzi No. 3339 dan dihasankan oleh Albani dalam “Silsilah Hadis Shahihah” no. 1502).

Pada ayat lain Allah bersumpah:

وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ

Dan demi yang genap dan yang ganjil.” (QS. Al-Fajr: 3).

Ibnu Abbas mengatakan: “Yang genap adalah hari adha (tgl 10 Dzulhijjah) dan yang ganjil adalah hari Arafah (9 Dzulhijjah). Penjelasan ini termasuk juga merupakan pendapat Ikrimah dan Dhohhak.

2. Momentum disempurnakannya Islam sebagai Agama.

Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim diriwayatkan bahwa seorang Yahudi mengatakan kepada Umar bin Khattab, “Wahai Amirul Mukminin, terdapat satu ayat di Kitab yang kamu baca, yang kalau sekiranya ayat tersebut diturunkan kepada kami, pasti kami jadikan hari itu sebagai hari raya”. Umar bertanya, “Ayat apa itu?” Dia menjawab:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3).

Umar mengatakan, “Sungguh kami telah mengetahui hari itu, dan tempat diturunkannya kepada Nabi sallallahu alaihi wa sallam saat beliau sedang wukuf di Arafah pada hari Jumat.” (HR. Bukhari no. 45 dan Muslim no.3017)

Kedua, Keutamaan Hari Arafah:

1. Momentum Allah turun ke langit terendah dan membanggakan jamaah wukuf di hadapan malaikat.

Baca Juga  Membuka Rahasia Bulan Muharam

Pada hari Arafah, saat jamaah haji berwukuf di area Arafah setelah zawal hingga matahari terbenam, Allah turun ke langit terendah dan membangga-banggakan orang-orang yang sedang wukuf di hadapan para malaikat. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِي مَلَائِكَتَهُ عَشِيَّةَ عَرَفَةَ بِأَهْلِ عَرَفَةَ، فَيَقُولُ: انْظُرُوا إِلَى عِبَادِي أَتَوْنِي شُعْثًا غُبْرًا

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla membanggakan penduduk Arafah di hadapan malaikat-Nya pada siang hari Arafah, Seraya berfirman, “Lihatlah kepada hamba-Ku mereka datang dalam kondisi lusuh dan berdebu.” (HR. Ahmad No. 7089 dan dishahihkan oleh Albani).

Dalam redaksi lain, dikatakan:

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِي الْمَلَائِكَةَ بِأَهْلِ عَرَفَاتٍ، يَقُولُ: انْظُرُوا إِلَى عِبَادِي شُعْثًا غُبْرًا

“Sesungguhnya Allah Azza waJalla membanggakan penduduk Arafah di hadapan malaikat, Seraya berfirman, “Lihatlah kepada hamba-Ku, mereka datang dalam kondisi lusuh dan berdebu.” (HR. Ahmad No. 4047 dan dishahihkan oleh Albani).

Dalam Mushannaf Abdur Razzaq, terdapat riwayat detail dari Ibnu Umar terkait momen tersebut, di dalamnya Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

وَأَمَّا وَقُوفُكَ بِعَرَفَةَ، فَإِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَنْزِلُ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيُبَاهِي بِهِمُ الْمَلَائِكَةَ فَيَقَوُلُ: هَاؤُلَاءِ عِبَادِي جَاءُوا شُعْثًا غُبْرًا مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ، يَرْجُونَ رَحْمَتِي وَيَخَافُونَ عَذَابِي، وَلَمْ يَرَوْنِي، فَكَيْفَ لَوْ رَأُونِي

“Adapun wukufmu di Arafah maka sesungguhnya Allah turun ke langit terendah lalu membanggakan (orang-orang yang sedang wukuf di Arah) di hadapan para malaikat, Seraya berfirman, “Mereka adalah hamba-Ku, mereka datang dalam kondisi lusuh dan berdebu berharap rahmat-Ku dan takut azab-Ku.” (lihat: “Almushannaf no. 8830).

Tambahan riwayat tersebut dinukil pula oleh Imam Nawawi dari Qadhi Iyadh bahwa Imam Abdurrazzaq Ash-Shan’ani menukil riwayat dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma yang lebih detail dari riwayat Imam Muslim. (Lihat: Syarah Shahih Muslim: IX/117).

Turunnya Allah ke langit terendah pada hari Arafah tersebut juga ditegaskan oleh Ummu Salamah radhiyallahu anha, salah seorang ummuhatul mukminin, istri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dalam sebuah hadis:

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: “نِعْمَ الْيَوْمُ يَوْمُ يَنْزِلُ اللَّهُ فِيهِ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا”. قَالُوا: “يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ وَأَيُّ يَوْمٍ هُوَ؟” قَالَتْ: “يَوْمُ عَرَفَةَ”

Ummu  Salamah berkata, “Sebaik-baik hari adalah hari yang di dalamnya Allah turun ke langit terendah, mereka bertanya, Wahai ummu mukminin, hari ap aitu? Beliau menjawab, “Hari Arafah.” (Riwayat Ad-Daruquthni, “Kitab An-Nuzul no. 96).

2. Berpuasa pada hari Arafah dapat menghapus dosa selama dua tahun.

Bagi kaum muslim yang tidak sedang wukuf di Arafah dianjurkan untuk berpuasa pada hari Arafah. Sedang untuk jamaah haji dianjurkan baginya untuk tidak berpuasa pada hari tersebut. Karena Nabi sallallahu alaihiwa sallam meninggalkan puasa saat wukuf di sana, bahkan diriwayatkan bahwa beliau melarang berpuasa di Arafah pada hari Arafah bagi yang berhaji (HR. Abu Daud no. 2440).

Baca Juga  MESSAGE FROM GAZA

Puasa Arafah bagi yang tidak wukuf di Arafah dijelaskan keutamaannya oleh Rasulullah sallallahu alaihiwa sallam dalam sabdanya:

«صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ، وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ»

Puasa Hari Arafah, Aku berharap kepada Allah semoga dapat menghapus dosa tahun lalu dan tahun depan.” (HR. Muslim no. 1162).

Dosa yang dapat dihapus oleh puasa hari Arafah dan amalan lainnya hanyalah dosa kecil sebagaimana dijelaskan oleh Imam Nawawi dan ulama lainnya. (Lihat: Syarah Shahih Muslim: VIII/50).

3. Hari Arafah merupakan momen terkabulnya do’a.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الـمُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah. Sebaik-baik ucapan yang Aku ucapkan dan para nabi sebelumku: Laa ilaaha illallahu wahdahuu laa syariikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa alaa kulli syai’in qodiir.” (HR. Tirmizi no. 3585, dan dihasankan oleh Al-Albany dalam Shahih At-Targhib no. 1536).

Dikatakan sebagai “sebaik-baik do’a” karena pahalanya lebih besar dan lebih cepat terkabulkan. (lihat: Tuhfat Al-Ahwadzi: X/33).

Sekalipun oleh sebagain ulama berpendapat bahwa keutamaan ini spesial untuk jamaah yang berwukuf di Arafah dan membid’ahkan ta’rif, yaitu berkumpul untuk berdo’a di suatu tempat bagi yang tidak berada di Arafah, namun sebagian ulama memandang bahwa keutamaan tersebut berlaku umum, mencakup yang sedang berwukuf di Arafah dan yang tidak berwukuf di sana sehingga mereka tidak melarang ta’rif di luar Arafah. (lihat: “Al-Muntaqa Syarah Al-Muwattha”: I/358, “Al-Mughni” karya Ibnu Qudamah: II/296, “Al-Majmu” karya Imam  Nawawi: VIII/117).

4. Hari Arafah adalah hari raya bagi jamaah haji yang berwukuf di Arafah.

Wukuf di Arafah merupakan puncak ibadah haji, sedang harinya merupakan salah satu hari ied bagi jamaah haji. Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda

«يَوْمُ عَرَفَةَ، وَيَوْمُ النَّحْر، وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الْإِسْلَامِ، وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ»

Hari Arafah (tanggal 9), hari nahr (tanggal 10) dan hari-hari tasyriq (tanggal 11-13 Dzulhijjah) adalah hari raya kami orang Islam, ia adalah hari makan dan minum.” (HR. Abu Daud no. 2419, Tirmidzi no.773 dan An-Nasai no. 3004).

Baca Juga  Keutamaan Dan Karakteristik Bulan Syakban

Imam Ibnu Jarir At-Thabari meriwayatkan bahwa Umar bin Khattab mengatakan pada ayat {الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ}: “Ayat ini diturunkan pada hari Jumat di hari Arafah. Keduanya menjadi hari raya bagi kami alhamdulillah.” (lihat: Tafsir At-Thabari: IX/526).

5. Hari Arafah merupakan hari pengampunan dosa dan pembebasan dari neraka

Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ، مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَإِنَّهُ لَيَدْنُو، ثُمَّ يُبَاهِي بِهِمِ الْمَلَائِكَةَ، فَيَقُولُ: مَا أَرَادَ هَؤُلَاءِ؟

Tidak ada hari yang lebih banyak Allah membebaskan seorang hamba dari neraka  di banding pada hari Arafah. Sesungguhnya Dia mendekat dan membanggakannya (di hadapan) para malaikat, seraya bertanya, “Apa yang mereka inginkan?” (HR. Muslim no. 1348).

6. Hari Arafah merupakan salah satu hari dari sepuluh awal Dzulhijjah yang amalan saleh di dalamnya sangat dicintai Allah.

Sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah adalah hari yang sangat istimewa, karena amalan saleh yang dikerjakan di hari-hari tersebut lebih dicinta dari amalan lainnya di sisi Allah Ta’ala. Rasulullah bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ» يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ قَالَ: «وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

“Tidak ada hari di mana amal saleh pada hari itu lebih dicintai oleh Allah dari pada hari-hari ini”, yaitu Sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Mereka bertanya, ‘Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah?’. Beliau menjawab, “Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun.” (HR. Abu Daud no. 2438, Tirmidzi no. 757 dan Ibnu Majah no. 1727).

Karena tanggal sembilan yang merupakan hari Arafah adalah bagian dari sepuluh hari pertama Dzulhijjah, maka amalan yang dikerjakan seseorang pada hari tersebut terhitung dalam keutamaan yang disebutkan dalam hadis tersebut.

Demikian, sekelumit keistimewaan dan keutamaan Hari Arafah, semoga Allah memberikan taufikNya kepada kaum muslimin, baik yang berwukuf di Arafah atau pun yang tidak berwukuf di sana untuk dapat beramal dan meraih keutamaan hari yang agung nan mulia ini.

Salahuddin Guntung, Lc., MA., Ph.D.

Alumni S3, Bidang Aqidah & Pemikiran Kontemporer, King Saud University, Riyadh, KSA.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?