Kapan Kemenangan Datang? (bag 2)

Kapan Kemenangan Datang? (bag 2)
Tadabur Surah An Nashr
Kemenangan pasti akan menghampiri. Namun, sebagai seorang yang beriman perlu meyakini; bahwa setiap kemenangan memerlukan proses untuk mencapainya. Proses menuju kemenangan ini, tidak lepas dari beberapa hal berikut:
- Ujian sebelum kemenangan
Allah ta’ala berfirman (yang artinya): Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. Al Baqarah: 214)
Ayat diatas menegaskan bahwa ketentuan Allah ta’ala pasti terjadi, yaitu setiap kemenangan akan didahului oleh ujian, mengapa demikian?, jawabannya ada pada firman Allah ta’ala : Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (QS. Ali ‘Imran 3: 142).
Pada dua ayat tersebut Allah ta’ala menyebutkan 3 hal yang saling berhubungan dan tidak bisa dipisahkan, sebagaimana tiga sisi pada bangunan segi tiga, yaitu:
- Surga, ia adalah puncak kemenangan bagi seorang muslim.
- Ujian, ia adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai kemenangan.
- Muhajahadah dan sabar, dengan keduanya seseorang akan meraih kemenangan tersebut.
Tiga unsur tersebut boleh saja kita beri nama dengan segi tiga kemenangan, karena sesungguhnya tidak ada kemenangan tanpa ujian, dan mustahil bisa menang dari ujian kecuali dengan mujahadah dan kesabaran.
Ibarat sebuah pohon, maka surga adalah buahnya, ujian adalah air dan pupuknya, mujahadah serta kesabaran adalah akar, batang dan daunya. Apakah pohon bisa berbuah tanpa akar, batang dan daun?. Pohon yang memiliki akar, batang dan daun bila disiram dengan air yang cukup serta diberi pupuk yang baik maka akan mengluarkan buah yang manis dengan izin Allah ta’ala.
Inilah korelasi antara ujian dan kemenangan yang tidak bisa dipisahkan, baik ketika berharap kemenangan duniawi maupun ukhrowi, kemenangan meteri atau pun maknawi, kemenangan yang kecil atau besar, kemenangan mandiri atau kolektif. Jalan ujian untuk mencapai kemenangan tidak akan bisa dilewati kecuali dengan mujahadah dan kesabaran.
Perhatikan peta jalan kemenangan berikut ini:
- Iman dan jihad sebagai motor penggerak
- Ujian dan cobaan sebagai medan juang yang harus ditempuh dan dilalui
- Kesabaran dan keteguhan sebagai sabuk pengaman
- Berserah diri dan bersandar hanya kepada Allah ta’ala saja, sebagai kompas perjalanan
- Kemenangan pasti tercapai
Seorang ulama pernah ditanya: “Mana yang lebih baik bagi seseorang, apakah Ketika ia diberi kemenangan atau ujian?”, beliau menjawab: “Seseorang tidaklah diberi kemenangan kecuali setelah ia diuji, karena Allah ta’ala telah menguji nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad ‘alaihim ash sholaatu wassalaam, maka Ketika mereka bersabar, Allah beri mereka kemenangan, oleh karenanya janganlah seseorang yang berharap kemenangan menyangka akan terbebas dari pedihnya ujian (al fawaid, ibnulqoyyim, 269).
- Perseteruan antara hak dan batil
Ketentuan Allah ini memiliki konsekuensi adanya kepedihan, kesulitan, dan ujian berat yang akan mengasah dan menyeleksi para pencari kemenangan. Allah ta’ala berfirman: Jika Allah tidak melindungi sebagian manusia dengan sebagian yang lain, niscaya rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan-Nya) atas seluruh alam.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 251)
Ayat diatas berbicara tentang perseteruan dua kelompok manusia, Dimana kelompok yang iman dan taat meskipun minoritas mengalahkan kelompok yang kafir dan durhaka walaupun mayoritas. Karena bila kelompok mayoritas yang kafir dan durhaka selalu mengalahkan kelompok minoritas yang iman dan taat maka kehidupan ini akan rusak dan hancur. Demikianlah Rahmat dan kasih sayang Allah ta’ala kepada makhlukNya, dan lebih khusus kepada hamba-hambaNya yang beriman, saleh dan taat, dengan menjadikan mereka sebagai pelindung dan tameng dari kerusakan orang-orang kafir dan durhaka.
Imam al biqo’i berkata dalam tafsirnya: terkadang Allah ta’ala memenangkan yang kuat atas yang lemah sebagai konsekuensi yang logis, dan terkadang memenangkan yang lemah atas yang kuat- sebagaimana yang terjadi dalam kisah thalut-, agar kehidupan tetap terjaga,(bila tidak demikian) pasti akan terjadi kehancuran dimana yang kuat akan memusnahkan yang lemah hingga tidak satupun tersisa, ( akan tetapi Allah ) dengan keagungan, keperkasaan dan kesempurnaanNya mencegah (kerusakan) Sebagian manusia dengan (kebaikan) yang lain. (tafsir al biqo’i: 1/481)
Allah juga berfirman: Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Maha Kuat, Maha Perkasa.” (QS. Al-Hajj: 40)
Imam Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya: jika Allah tidak mencegah satu kaum dengan yang lainnya, dan menghilangkan keburukan manusia dari selain mereka dengan sebab-sebab yang Ia ciptakan dan takdirkan, maka dunia akan hancur, dan yang kuat akan memusnahkan yang lemah. (tafsir ibnu katsir: 3/ 333).
Ayat diatas juga menegaskan bahwa kebatilan tidak akan selalu kuat dan menang untuk selamanya, dan sesungguhnya Allah ta’ala akan mencegahnya dengan kebenaran, maka Ia menolong para pembela kebenaran untuk mencegah kebatilan.
Oleh karenanya sudah semestinya para pembela kebenaran untuk sibuk membangun diri mereka diatas kebenaran tersebut, dimana Allah ta’ala pasti menolong mereka. Sebab termasuk ketentuan Allah yang pasti terjadi; bahwa Ia akan menolong siapa saja yang menolong agamaNya.
Allah ta’ala berfirman: Dan merupakan hak Kami untuk menolong orang-orang yang beriman.” (QS. Ar-Rum: 47).
Allah ta’ala juga berfirman: ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (QS. Al-Baqarah: 214).
Allah ta’ala juga berfirman: Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkan kamu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang beriman bertawakal.” (QS. Ali ‘Imran: 160)
Allah ta’ala juga berfirman: Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Maha Kuat, Maha Perkasa.” (QS. Al-Hajj: 40)
Allah ta’ala juga berfirman: Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 249)