Kami balas Mereka Secara Tiba-Tiba

“Kami balas Mereka Secara Tiba-Tiba”
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, shalawat dan salam kepada Nabi-Nya yang amanah, amma ba’du:
Di antara ketetapan Allah adalah sunnah al-akhdz al-bāghtah (membalas secara tiba-tiba). Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatur peristiwa dalam sekejap mata, dan pada saat yang tak terduga, terjadi sesuatu yang tidak disangka-sangka oleh siapa pun. Kejadian-kejadian ini berubah menjadi keadaan baru yang sebelumnya tidak diperkirakan. Salah satu ayat yang menunjukkan ketetapan Allah dalam membalas orang-orang yang sombong dan menolak agama-Nya dengan cara yang tiba-tiba adalah firman-Nya:
“Ketika mereka melupakan apa yang telah diperingatkan kepada mereka, Kami pun membukakan bagi mereka pintu segala sesuatu, hingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami ambil mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam pasrah” (QS. Al-A’raf: 96).
Makna “al-akhdz al-bāghtah” (mengambil secara tiba-tiba) adalah kehancuran yang datang secara mendadak. Oleh karena itu, tidak ada keterangan yang menyertainya sebagaimana disebutkan dalam ayat lain, seperti firman Allah: “Kami azab mereka dengan kesulitan dan penderitaan…” untuk menunjukkan bahwa hukuman Allah datang tanpa ada kelembutan sama sekali.
Kata bāghtah berasal dari kata kerja bāghata, yang berarti datang secara mendadak. Mereka dalam keadaan lalai, tidak menyangka bahwa hukuman itu akan menimpa mereka. Artinya, azab Allah datang secara tiba-tiba, sehingga lebih berat dan menakutkan bagi mereka.
Firman Allah faidza hum mublisūn, lafal idza mengandung makna langsung dan mendadak, hal ini merupakan efek dari datangnya azab secara tiba-tiba, maka berubahlah kondisi mereka secara mendadak dari sombong dan semena mena, menjadi penyelsalan yang sangat mendalam, Ketika itu, mereka merasa sangat putus asa dari segala kebaikan.
Kalimat mublisūn dalam ayat ini menunjukkan bahwa mereka terus menerus berada dalam keadaan yang sangat buruk, tidak bisa lagi berharap kepada siapa pun. Dan Kata iblās dalam bahasa Arab memiliki tiga makna: kesedihan, penyesalan, dan keputusasaan. Semua makna ini tercakup pada keadaan mereka, yang merasa sengsara karena hilangnya kekuasaan dan terpecahnya keadaan mereka, serta putus asa dari bantuan atau pemulihan kondisi mereka.
Dan firman Allah “Fāquṭi’a dābir al-qawm” (Maka terputuslah akar kaum itu) adalah kelanjutan dari kalimat “Kami azab mereka secara tiba-tiba”, yang berarti bahwa Allah memusnahkan mereka hingga tak tersisa seorang pun, seperti orang yang membersihkan sesuatu mulai dari akarnya sampai ujungnya.
Adapun ayat “al-ladhīna ẓalamū” (yang telah menzalimi), ini menunjukkan deskripsi tentang dosa besar mereka, yakni kekufuran dan kesyirikan, yang merupakan bentuk kezaliman terbesar. Kekufuran ini juga berujung pada berbagai bentuk kezaliman lainnya. Mereka menzalimi diri mereka dengan kekufuran dan menzalimi hamba-hamba Allah dengan menghalangi jalan-Nya serta menindas hak-hak mereka.
Adapun kalimat “wa-lḥamdu li-llāh rabb al-‘ālamīn” (Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam) mengandung tiga makna utama:
- Pengingat untuk Rasulullah dan orang-orang beriman untuk selalu memuji Allah atas kemenangan para utusan dan wali-Nya serta kehancuran orang-orang zalim. Kemenangan tersebut merupakan nikmat karena menghapuskan kerusakan yang ada di bumi. Ini juga mengingatkan umat untuk menantikan pertolongan Allah sebagaimana Allah menolong orang-orang beriman sebelumnya.
- Sebagai bentuk pujian kepada Allah atas nikmat-Nya, yakni dengan binasanya para penindas yang merusak di bumi dan tidak memperbaiki. Karena mereka paling zalim kepada hamba-hamba Allah ta’la.
- Mengungkapkan keheranan dan kekaguman terhadap cara Allah memperlakukan mereka, serta bagaimana Allah memberi tenggang waktu bagi mereka hingga tiba saatnya azab menimpa mereka. Di sini ada pelajaran bahwa kematian dan kehancuran bagi para zalim itu adalah nikmat yang besar, yang layak untuk dipuji. Karena dengan kematian dan kehancuran mereka bumi menjadi bersih dari keyakinan dan amal mereka yang buruk dan rusak.
Dan telah banyak umat dimana ketetapan Allah ini yaitu al-akhdz al-bāghtah (membalas secara tiba-tiba) terjadi dihadapan mereka, namun mereka tidak sadar bahwa Allah membiarkan mereka melakukan kezaliman, untuk kemudian mengazab mereka dengan ketetapan tersebut.
Betapa banyak orang yang merasa aman dan percaya diri ketika kemakmuran dan kekuasaan sedang berada di tangan mereka, tetapi mereka tertipu oleh penundaan azab Allah, padahal mereka tidak menyembah Allah, mereka memberontak terhadap kekuasaan-Nya, merusak di bumi, dan menindas hamba-hamba Allah.
Lalu, datanglah ketetapan Allah, dan mereka dihancurkan secara tiba-tiba, dan terputuslah akar mereka. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.