Motivasi Islami

Janji: Surga

Janji: Surga

Siapa yang mengenal, pasti ia akan merindukannya

Dan siapa yang merindukannya, pasti ia akan berkorban.

Dan siapa yang berkorban di sini, maka ia akan menyaksikannya kelak di sana.

Maka renungkanlah kata-kata ini dengan penuh harapan, kerinduan, dan keinginan yang mendalam.

Dengan tujuan meraih surga yang kekal abadi.

Sungguh menakjubkan!!

Ibnul Qayyim al-Jauziyyah berkata dalam kitabnya Hādī al-Arwāḥ ilā Bilād al-Afrāḥ:

“Sungguh mengherankan—ada orang dungu tampil seperti orang yang penyabar; orang lemah bersembunyi di balik tampilan orang berakal. Ia memilih bagian yang hina dan fana daripada bagian yang mulia dan abadi; ia menjual surga yang luasnya seluas langit dan bumi demi sebuah kurungan sempit bersama para pengejar syahwat dan kehinaan.

Ia menukar tempat tinggal yang baik di taman-taman ‘Adn yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, dengan kamar-kamar pengap yang perhiasannya hanyalah kerusakan dan petaka.

Ia menukar para bidadari perawan yang suci—laksana mutiara dan marjan—dengan perempuan-perempuan buruk akhlak, penghuni tempat-tempat maksiat.

Ia meninggalkan khamar surga yang lezat bagi para peminumnya, lalu memilih najis dan kotoran dunia.

Ia berpaling dari kenikmatan memandang wajah Rabb-nya Yang Mahaperkasa lagi Mahamulia—lezatnya memandang wajah-Nya Yang Maha Pengasih—dan dari mendengar firman Tuhan pada Yaum al-Mazīd (Hari Penambahan), demi mendengarkan alat musik dan nyanyian; duduk di tempat kelalaian dan senda gurau, memilih majelis kefasikan, bersama setiap setan yang durhaka.”

Perbandingan

Al-Fudhail bin ‘Iyadh berkata:

“Seandainya dunia itu emas yang akan binasa, sedangkan akhirat itu tembikar yang akan kekal, niscaya engkau tetap harus lebih mengutamakan tembikar yang kekal daripada emas yang akan binasa. Lalu bagaimana lagi kenyataannya: dunia hanyalah tembikar yang fana, sedangkan akhirat adalah emas yang abadi!?”

Ibnu ‘Abbas ra. berkata:

“Di surga tidak ada sesuatu pun yang sama dengan di dunia kecuali nama-namanya saja.”

(Hadits shahih, Shahih al-Jāmi‘ al-Shaghir no. 5410).

Maksudnya: nama-namanya sama, tetapi hakikatnya berbeda—dari sisi makna, bentuk, tabiat, dan semua sisinya.

Berikut beberapa contoh kenikmatan; silakan Anda sendiri yang membandingkannya dengan kenikmatan dunia:

1) Anggur surga

Dari Ibnu ‘Abbas ra., pada salat kusuf (gerhana), para sahabat berkata kepada Nabi ﷺ:

“Wahai Rasulullah, kami melihat engkau seperti menjulurkan tangan hendak mengambil sesuatu dari tempatmu, lalu kami lihat engkau mundur (tidak jadi mengambilnya).”

Beliau bersabda: “Aku diperlihatkan surga; aku pun meraih setangkai anggur. Seandainya aku berhasil mengambilnya, niscaya kalian akan memakannya selama dunia masih ada.” (Muttafaq ‘alaih).

Mahasuci Allah, Maha Diberkahi Allah, dan Maha Disucikan Allah. Peristiwa “tandan (anggur)” seperti ini pernah terjadi pada sahabat mulia Habīb bin ‘Adī ra. ketika beliau ditawan. Orang-orang kafir menahannya di sebuah rumah dan membelenggunya dengan besi. Lalu masuk kepadanya seorang budak perempuan bernama Māwiyah. Ia berkata: “Aku melihat di tangannya ada setandan anggur, satu buah anggur darinya sebesar kepala; padahal saat itu di Makkah tidak ada buah apa pun, sementara ia dalam keadaan terikat dengan besi!”

Tak diragukan lagi, tandan anggur itu adalah tandan dari surga—sebuah karamah yang Allah ﷻ anugerahkan kepada syahid yang diberkahi, Habīb ra., untuk meneguhkan hatinya dan menghibur jiwa serta dirinya.

‘Abdullāh bin ‘Umar merenungkan tandan-tandan surga dan sifat-sifatnya yang disebutkan dalam riwayat; beliau pun menambahkan rincian agar gambaran semakin dekat. Ia berkata dalam salah satu majelisnya di Syam: “Sesungguhnya satu tandan dari tandan-tandan (anggur) surga panjangnya dari sini sampai ke Shan‘ā’ (Sana’a, Yaman)!”

2) Pepohonan Surga dan Pohon Kurmanya

Betapa indahnya pepohonan surga! Pepohonannya tidak seperti pepohonan dunia.

Dengarkan penegasan Nabi ﷺ—semoga salawat dan salam tercurah kepada beliau—bahwa:

“Tidak ada satu pun pohon di surga melainkan batangnya dari emas.”

(Hadits shahih, Shahih al-Jāmi‘ al-Shaghir no. 5647)

Ini baru tentang batangnya. Bagaimana dengan panjang dan tingginya?

Cukuplah bagimu mengetahui sabda beliau ﷺ:

“Di surga ada sebuah pohon yang naungannya, bila dilewati oleh seorang penunggang kuda yang cepat, seratus tahun lamanya ia belum selesai menempuhnya.”

(Hadits shahih, Shahih al-Jāmi‘ al-Shaghir no. 2125)

Apakah akalmu sanggup membayangkan sebesar itu?

Atau pernahkah terlintas dalam pikiranmu—makhluk Allah yang jenisnya seperti apakah ini?!

Dan sebagai tambahan, dengarkan apa yang diriwayatkan Humaid bin Hilal tentang pohon kurma surga—dan demi Allah, pohon kurma tetaplah pohon kurma, namun:

Pohon kurma surga:

batang-batangnya yakut (permata merah),

pelepahnya dari emas,

daunnya laksana perhiasan-perhiasan,

buahnya lebih putih daripada salju, lebih lembut daripada mentega, dan lebih manis daripada madu.

Maka tanamlah satu pohon kurma (untukmu) di surga!

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa mengucapkan: Subḥānallāh al-‘Aẓīm wa bi ḥamdih (Maha Suci Allah Yang Mahabesar dan dengan memuji-Nya), ditanamkan untuknya satu pohon kurma di surga.”

(Hadits shahih, Shahih al-Jāmi‘ al-Shaghir no. 6429)

Wanita-wanita Surga

Wahai para ḥūr al-‘ayn—siapakah ḥūr al-‘ayn itu?

Seorang dari mereka bermata sangat bening dan lebar, berwajah elok menawan, masih perawan yang suci. Perhiasannya memikat, cintanya tulus, kecantikannya memancar, keanggunannya tampak jelas.

Celak di pelupuk matanya menambah pesona; ludahnya bagaikan madu yang lembut; ciptaannya menakjubkan; akhlaknya indah dan bersih—laksana yaqut yang bening.

Perhiasannya anggun, keadaannya menawan, penuh kasih sayang dan sama sekali tidak kasar. Ia menundukkan pandangannya hanya untukmu—tak melirik selain dirimu. Ia mendekat kepadamu dengan segala sesuatu yang sesuai dengan keinginanmu.

Seandainya “masa kanak-kanaknya” tampak di malam hari, niscaya cahaya bulan purnama akan redup; seandainya pergelangan tangannya tersingkap, niscaya seluruh manusia akan terpesona; dan seandainya gelangnya tampak di malam hari, niscaya kegelapan alam semesta akan sirna.

Apakah engkau tidak ingin Rabb-mu mempertemukan engkau dengan istrimu dari kalangan ḥūr al-‘ayn? Ia memanggilmu setiap hari: “Ya Allah, tolonglah suamiku untuk menaati-Mu, terimalah amalnya, dan sampaikanlah ia kepada kemuliaan-Mu, wahai Zat Yang Maha Pengasih.” Ia mendoakanmu, tetapi engkau tidak mendengar karena kelalaian telah menutup pendengaranmu.

“Telah diriwayatkan bahwa Ibnu ‘Abbas pernah menganjurkan (manusia) dalam khutbahnya. Ia berkata: Seandainya seorang wanita dari penduduk surga meludahkan (setetes air liur) ke tujuh lautan, niscaya tetesan itu lebih manis daripada madu.”

Dan Syahr bin Hawsyab pernah memotivasi (untuk) menikahi wanita-wanita surga dengan ucapannya:

“Sesungguhnya seorang laki-laki dari penduduk surga akan bersandar satu kali sandaran—lamanya tujuh puluh tahun—sambil berbincang dengan sebagian istri-istrinya.

Lalu ia menoleh sekali, maka datang (istri lain) menyambutnya seraya berkata: ‘Apakah kami juga mendapat bagian darimu?’

Ia bertanya: ‘Siapa engkau?’

Ia menjawab: ‘Aku termasuk (kenikmatan) yang Allah firmankan tentangnya: {Dan di sisi Kami ada tambahan (kenikmatan).}’ (QS. Qāf: 35).

Kemudian ia berbincang dengannya, lalu menoleh lagi; datang (istri yang lain) menyambutnya:

‘Apakah kami tidak mendapat bagian darimu?’

Ia bertanya: ‘Siapa engkau?’

Ia menjawab: ‘Aku termasuk (kenikmatan) yang Allah Ta‘ala berfirman tentang mereka: {Tak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka berupa penyejuk mata.}’ (QS. As-Sajdah: 17).”

Setelah itu, dengarkanlah seruan dari surga yang disampaikan ke seluruh penjuru alam:

“Wahai para pemuda, apakah engkau tidak rindu kepada para ḥūr al-‘ayn?”

Inilah maharnya—maka di mana para pelamarnya?

Nabi ﷺ bersabda:

“Barangsiapa menahan amarah padahal ia mampu melampiaskannya, Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk pada hari Kiamat, lalu Allah mempersilahkannya memilih dari ḥūr al-‘ayn mana saja yang ia kehendaki.”

(Hadits hasan, Shahih al-Jāmi‘ al-Shaghir no. 6518)

Nabi ﷺ bersabda:

“Seorang syahid mendapat tujuh keistimewaan di sisi Allah—di antaranya: ia dinikahkan dengan tujuh puluh dua istri dari ḥūr al-‘ayn.”

(Hadits Shahih, Shahih al-Jāmi‘ al-Shaghir no. 5182)

Mahar mereka adalah: Al-Qur’an.

Dikisahkan, ada seseorang pemuda berniat “membeli” (mendapat) seorang bidadari dengan mahar 30 kali khatam Al-Qur’an. Suatu malam ia tertidur sebelum menyelesaikan wiridnya; lalu ia melihat bidadari itu dalam mimpinya berkata:

“Engkau melamar bidadari spertiku tetapi lalu engkau tertidur?

Tidur bagi para pecinta kami itu terlarang.

Karena kami diciptakan (sebagai anugerah) bagi setiap hamba yang banyak salat dan benar (tekun) dalam puasanya.”

(Diterjemahkan dari kita Hibbi Ya Rihal Iman, karya Khalid Abu Syadi)

Yusta Rizaldi, S.Pd.

Mahasiswa S2, Jurusan Tarbiyah, Qassim University

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button