Motivasi Islami

Hamba Yang Berdusta Tentang Tuhannya

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: قَالَ اللهُ: كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ ، وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ ، فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَزَعَمَ أَنِّي لَا أَقْدِرُ أَنْ أُعِيدَهُ كَمَا كَانَ ، وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ لِي وَلَدٌ ، فَسُبْحَانِي أَنْ أَتَّخِذَ صَاحِبَةً أَوْ وَلَدًا.

Terjemah Hadis

Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhuma meriwayatkan dari Nabi ﷺ beliau bersabda, “Allah Ta’ala berfirman, ‘Anak Adam telah mengatakan kebohongan tentang Aku padahal ia tidak berhak melakukannya. Ia juga mencela-Ku, padahal ia tidak berhak melakukannya. Kebohongan yang ia perbuat tentang-Ku adalah ia menganggap Aku tidak mampu menghidupkannya kembali sebagaimana sebelumnya. Adapun celaannya kepada-Ku, yaitu ia mengatakan bahwa Aku mempunyai anak. Mahasuci Aku, sama sekali Aku tidak memiliki istri dan juga anak’.” (HR. Bukhari)

Takhrij Hadis

Tidak ada Aṡḥāb As-Sittah yang meriwayatkan hadis di atas selain Imam Al-Bukhari (4482) dalam Kitab Tafsir, Bab: Firman Allah, “Mereka berkata, ‘Allah mengangkat anak.’ Mahasuci Dia.”

Hadis ini diriwayatkan pula oleh Al-Ṭabrāni dalam Al-Kabīr (10751) dan Musnad Al-Syāmiyyīn (2941), serta Ibnu Mandah dalam Al-Tahuḥīd (145). Semuanya meriwayatkan dari jalur Abū Al-Yamān Al-Ḥakam bin Nāfi’ dari Syu’aib bin Abī Ḥamzah dari ‘Abdullah bin Abī Ḥasan Al-Qurasyi dari Nāfi’ bin Jubair bin Muṭ’im dari Ibnu ‘Abbās dst.

Hadis ini juga diriwayatkan dari Abu Hurairah dari berbagai macam jalur, di antaranya ialah jalur Abū Al-Zinād dari Al-A’raj dari Abū Hurairah. Uniknya, Imam Bukhari meriwayatkan jalur ini dari Abu Al-Yamān dari Syu’aib bin Abī Ḥamzah dari Abu Al-Zinad dst seperti hadis Ibnu Abbas di atas dengan redaksi hadis yang hampir mirip. [Lihat: Sahih Bukhari: 4974].

Baca Juga  Sunatullah dalam Meraih Kemenangan (I)

Kandungan Hadis

Pertama: Hadis Qudsi di atas memiliki makna yang begitu agung, ia mengandung keyakinan tauhid yang membedakan umat Islam dengan umat beragama lainnya.

Allah berfirman,

وَقَالُوا اتَّخَذَ اللّٰهُ وَلَدًا ۙسُبْحٰنَهٗ ۗ بَلْ لَّهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ كُلٌّ لَّهٗ قٰنِتُوْنَ

“Mereka berkata, ‘Allah mengangkat anak.’ Mahasuci Allah, bahkan milik-Nya lah apa yang di langit dan di bumi. Semua tunduk kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 116)

Ayat ini turun untuk membantah orang Yahudi Khaibar dan orang-orang Nasrani Najrān yang mengatakan bahwa Allah memiliki anak, senada dengan itu, orang-orang musyrikin bangsa Arab dahulu juga mengatakan bahwa malaikat adalah anak-anak perempuan Allah. Merekalah anak Adam yang dimaksud dalam hadis di atas. Mahasuci Allah dari segala yang mereka ucapkan.

Seorang anak lahir dari rahim seorang wanita, rahim dapat terisi jika terjadi perkawinan sebelumnya. Orang yang menikahi wanita berarti memiliki kecenderungan untuk menunaikan syahwatnya, sedangkan Allah suci dari hal demikian itu.

Di dalam hadis Abu Hurairah disebutkan,

وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا وَأَنَا الأَحَدُ الصَّمَدُ، لَمْ أَلِدْ وَلَمْ أُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لِي كُفْئًا أَحَدٌ

“Adapun celaannya pada-Ku ialah ia berkata, ‘Allah mengangkat anak’, sedangkan Aku adalah Al-Aḥad Al-Ṣamad, Aku tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, serta tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Ku.” [HR. Bukhari: 4974].

Makna Al-Aḥad adalah Mahatunggal, zat yang tidak membutuhkan serikat, tidak ada yang semisal dengan-Nya. Dialah Al-Ṣamad yang dibutuhkan oleh seluruh makhluknya, sedang Dia tidak membutuhkan mereka sama sekali. [Lihat: Tafsīr Ibn Kaṡīr: 8/527-528].

Kedua: Hadis ini menunjukkan bahwa hendaknya seorang muslim menjaga adabnya kepada Allah, tidak mengada-ada dalam urusan agama, terutama masalah ketuhanan yang merupakan perkara yang sangat besar. Tidak boleh seseorang berkata tentang Allah tanpa didasari ilmu yang disokong oleh wahyu. Jika tidak, ia termasuk orang yang berkata tentang Allah yang tidak ia ketahui.

Baca Juga  Milikilah Keyakinan Kuat Maka Engkau Akan Hebat

Ini mencakup segala hal terkait Allah yang tidak dijelaskan dalam nas-nas Alquran dan hadis yang valid, mencakup pula syariat Allah. Ini mencakup pula hal-hal gaib yang tidak dijelaskan secara detail kepada umat manusia. Termasuk juga kesudahan kehidupan orang lain.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi menceritakan,

كَانَ رَجُلَانِ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ مُتَوَاخِيَيْنِ فَكَانَ أَحَدُهُمَا يُذْنِبُ وَالْآخَرُ مُجْتَهِدٌ فِي الْعِبَادَةِ ، فَكَانَ لَا يَزَالُ الْمُجْتَهِدُ يَرَى الْآخَرَ عَلَى الذَّنْبِ فَيَقُولُ : أَقْصِرْ فَوَجَدَهُ يَوْمًا عَلَى ذَنْبٍ ، فَقَالَ لَهُ : أَقْصِر . فَقَالَ: خَلِّنِي وَرَبِّي ، أَبُعِثْتَ عَلَيَّ رَقِيبًا . فَقَالَ : وَاللهِ لَا يَغْفِرُ اللهُ لَكَ أَوْ لَا يُدْخِلُكَ اللهُ الْجَنَّةَ فَقَبَضَ أَرْوَاحَهُمَا فَاجْتَمَعَا عِنْدَ رَبِّ الْعَالَمِينَ ، فَقَالَ لِهَذَا الْمُجْتَهِدِ: أَكُنْتَ بِي عَالِمًا أَوْ كُنْتَ عَلَى مَا فِي يَدِي قَادِرًا وَقَالَ لِلْمُذْنِبِ: اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِي ، وَقَالَ لِلْآخَرِ : اذْهَبُوا بِهِ إِلَى النَّارِ.

“Ada dua orang laki-laki dari Bani Israil yang saling bersaudara; salah seorang dari mereka suka berbuat dosa sementara yang lain giat dalam beribadah. Orang yang giat dalam beribadah itu selalu melihat saudaranya berbuat dosa hingga ia berkata, ‘Berhentilah!’ Lalu pada suatu hari ia kembali mendapati saudaranya berbuat dosa, ia berkata lagi, ‘Berhentilah!’ Orang yang suka berbuat dosa itu berkata, ‘Biarkan aku bersama Tuhanku, apakah engkau diutus untuk selalu mengawasiku?!’

Ahli ibadah itu berkata, ‘Demi Allah, sungguh Allah tidak akan mengampunimu, atau tidak akan memasukkanmu ke dalam surga.’

Allah kemudian mencabut nyawa keduanya, sehingga keduanya berkumpul di sisi Rabb semesta alam. Allah kemudian bertanya kepada ahli ibadah, ‘Apakah kamu lebih tahu dari-Ku atau apakah kamu mampu melakukan apa yang ada dalam kekuasaan-Ku?’

Baca Juga  Janji Allah Untuk Mereka Yang Bersabar

Allah lalu berkata kepada pelaku dosa, ‘Pergi dan masuklah kamu ke dalam surga dengan rahmat-Ku!’ Dia lalu berkata kepada ahli ibadah, ‘Pergilah kamu ke dalam neraka!’.

Abu Hurairah pun berkata,

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَوْبَقَتْ دُنْيَاهُ وَآخِرَتَهُ

‘Demi Zat yang jiwaku ada dalam tangan-Nya, sungguh ia telah mengucapkan satu ucapan yang mampu merusak dunia dan akhiratnya’.” [HR. Abu Dawud: 4901 dan Ahmad: 7942].

Ketiga: Hadis ini juga menunjukkan kepastian kebangkitan pada hari kiamat kelak. Untuk membangkitkan manusia kembali adalah perkara ringan di sisi Allah.

Keempat: Terdapat bentuk kesabaran Allah terhadap tingkah dan ucapan anak Adam yang tidak Dia ridai. Di dalam hadis qudsi lain, Allah berfirman,

يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ ، يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ ، بِيَدِي الْأَمْرُ ، أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ

“Anak Adam telah menyakiti-Ku, dia suka mencela masa, padahal Aku pencipta masa, Akulah yang mengganti siang dan malam.” [HR. Bukhari: 4826 dan Muslim: 4165]

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَا أَحَدَ أَصْبَرُ عَلَى  أَذًى يَسْمَعُهُ مِنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ ، إِنَّهُ يُشْرَكُ بِهِ وَيُجْعَلُ لَهُ الْوَلَدُ ، ثُمَّ هُوَ يُعَافِيهِمْ وَيَرْزُقُهُمْ .

“Tidak ada siapa pun yang lebih bersabar atas gangguan yang ia dengar melebihi Allah ‘Azza wa Jalla, Ia disekutukan dan dianggap punya anak, kemudian Ia memaafkan dan memberi mereka rezeki.” [HR. Muslim: 2804].

Sangat mudah bagi Allah mengazab orang yang mengatakan hal yang tidak pantas tentang-Nya seketika saat ia mengucapkannya, namun keluasan rahmat-Nya kepada hamba-hambaNya dan kelembutan hikmah-Nya berkonsekuensi lain.

Wallahu a’lam.

Fahmi Alfian, Lc.

Alumni S1 dan S2, Qassim University, KSA.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?