Keluarga

Bunda Syahidah

Di bawah terik mentari gurun Makkah, seorang bunda bersama suami dan putranya harus menerima siksaan dari seorang Firaun Lembah Makkah. Rasa sakit yang mereka rasakan tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Luka mengerikan yang disebabkan panas telah menyengat jauh ke dalam tubuh tak berdaya mereka yang terbelenggu. Sementara itu, Sang Firaun dengan penuh congkak terus menghembuskan teror dan intimidasinya.

Namun, setiap kali paksaan kufur ia lontarkan, mereka semua hanya terdiam sembari menahan rasa sakit. Begitulah bila iman terpatri dalam dada. Sehebat apa pun digoyahkan, ia tetap teguh, tak bergeming. Suaminya, Yasir, terpaksa harus mengerang setiap kali cambuk siksaan bertengger di punggungnya. Demikian pula sang putra tercinta, Ammar.

Di bawah siksaan itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghibur mereka dengan sabdanya:

صبرًا يا آل ياسر فإن موعدكم الجنة

“Wahai keluarga Yasir! Bersabarlah karena tempat yang dijanjikan bagi kalian adalah surga.”

Sumayyah adalah bunda yang sangat penyabar. Dia, suami, dan putranya adalah di antara as-sabiqun al-awwalun yang menerima dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Keteguhan imannya, membuat kesabaran Abu Jahal dalam memaksanya kafir telah habis. Sebab itu, di tengah keputusasaannya, dia dengan bengis dan tanpa malu menikamkan tombak ke kemaluannya hingga menemui kesyahidan yang agung.

Dengan tragedi ini, Abu Jahal semakin populer sebagai Firaun umat akhir zaman, sedangkan Sumayyah akan tetap abadi sebagai pahlawan wanita pertama yang menemui kesyahidan demi menentang penindasan dan memperjuangan kebebasan, iman, dan agama Allah.

Imam Mujahid rahimahullah mengisahkan, “Orang-orang yang pertama kali mengumumkan keislaman di Makkah ada tujuh orang, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakar, Bilal, Khabbab, Shuhaib, ‘Ammar, dan Sumayyah. Adapun Rasulullah dan Abu Bakar maka mereka dibela oleh kabilah mereka (sehingga tidak disiksa). Sedangkan sisanya, mereka dikenakan pakaian besi lalu dijemur di panas mentari. Lantas Abu Jahal datang seraya menikamnya dengan tombak hingga membunuhnya.”[1]

Baca Juga  Muslimah dan Majelis Ilmu

Di usianya yang senja saat itu, Sumayyah masih ingin menunjukkan makna kekuatan yang sesungguhnya pada buah hatinya saat itu, Ammar, serta pada seluruh generasi yang kan terus memandangnya sebagai bunda sejati.

Dengan pembinaan sang bunda dan keteladanannya, Ammar menjelma sebagai sahabat yang kuat iman dan tak kenal lelah dalam berjuang dan berjihad. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memujinya:

مُلِئَ عَمَّارٌ إِيمَانًا إِلَى مُشَاشِهِ

“Diri ‘Ammar telah dipenuhi keimanan hingga sampai ke tulang belulangnya.”[2]

Meskipun menjadi sahabat mulia dan berilmu, ia lebih mempersedikit bicara dan memperbanyak amalan: “Dahulu ‘Ammar sedikit berbicara dan banyak berdiam”, Tutur Abu Naufal bin Abi ‘Aqrab, seorang tabiin[3].

Ketegaran keluarga Yasir membuat kagum hati Sang Baginda, bersedih dengan kesedihan mereka dan bergembira dengan kegembiran mereka. Ketegarannya membuat kagum para sahabat Ansar yang hanya mendengar kisahnya. Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata tentangnya, “Mereka berupaya menyiksanya namun dirinya enggan kecuali harus memeluk Islam.”[4]

Kegembiraan menghiasi wajah suci beliau ketika Abu Jahal tewas mengenaskan dalam Perang Badar, sembari menatap ‘Ammar beliau bersabda, “Allah telah membunuh orang yang membunuh ibumu.”[5] Hanya saja, pembunuhan keduanya sangat berbeda, yang pertama menjadi gerbang kesengsaraan yang tak berujung, sedangkan yang kedua menjadi sebab kebahagiaan abadi.

Keluarga Sumayah harus menjadi contoh bagi seluruh keluarga muslim dalam memegang teguh prinsip agama dan akhlaknya. Selain menjadi keluarga yang bersegera memenuhi seruan Allah untuk memeluk Islam, ia juga adalah potret keluarga yang kuat iman, pemberani, penyabar, dan tak kenal menyerah. Allah Ta’ala telah menyebutkan fadilah meneladani mereka dalam firman-Nya:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Baca Juga  Menghadapi Anak Berantem

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)

فَتَشَبّهوا إِن لَم تَكُونوا مِثلَهُم *** إِنَّ التَّشَبّه بِالكِرامِ فَلاحُ

Serupailah mereka meski Anda tak akan meraih derajat mereka

Sesungguhnya menyerupai orang-orang mulia itu sumber kebahagiaan

Anda sebagai bunda mungkin tak akan melewati siksaan seperti yang dialami oleh Sumayah. Bahkan, tidak ada yang mengharapkan Anda terjatuh dalam cobaan sepertinya. Namun, Anda harus sadar bahwa pemaksaan agar Anda dan keluarga Anda menanggalkan prinsip, ajaran, dan akhlak Islami terus berlangsung. Hanya saja, bila Sumayah dipaksa dengan berbagai jenis kekerasan, maka Anda dipaksa dengan beragam kelembutan dan godaan yang menggiurkan.

Olehnya itu, bersabarlah dengan hijab Anda, dengan majelis kajian Anda, dengan ketaatan terhadap suami Anda, dengan pembinaan Islami putra-putri Anda, dengan akidah dan akhlak Anda: karena tempat yang dijanjikan bagi kalian adalah surga.

Sumayah selamanya adalah bunda yang menjadi simbol kebebasan wanita Islam dan perlawanan mereka terhadap penindasan dan kejahiliahan.

[1] . Mushannaf Ibn Abi Syaibah (33000).

[2] . HR Nasai (5007)

[3] . Siyar A’lam an-Nubala (3/256)

[4] . Al-Bidayah wa an-Nihayah (3/59)

[5] . Ath-Thabaqat al-Kubra (8/207)

Maulana Laeda, Lc., M.A., Ph.D.

Doktor Bidang Ilmu Hadits, Universitas Islam Madinah, KSA.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?