Akhlak

BENTENG KOKOH PERJUANGAN

Pada masa keemasan dinasti kerajaan Islam Almoravids di Maroko seorang wanita akan mengejek tetangganya yang pedang suaminya terlihat karatan atau terdapat kotoran pada gagangnya (kurang memperhatikan pedang suaminya yang diayunkan di medan jihad).

Para wanita akan mengejek saudarinya jika mendapati kuda suaminya kurus karena kelaparan dan tidak mendapatkan perhatian, karena dengan kuda itulah suami tercinta terlihat gagah menuju medan jihad, dan terkadang seorang wanita yang ingin bercanda kepada temannya akan berkata: “Aku melihat rambut kudamu di sana kotor dan tidak terawat”.

Seorang wanita akan sangat  bangga pada suaminya jika setahun yang lalu dia tidak mencium bau apa pun darinya kecuali bau karat besi pedang dan perisainya, di zaman itu para pemuda yang terlihat bekas parfum dan minyak wangi dipakaiannya akan kurang diminati oleh para wanita dan dia dianggap tidak pantas untuk menikah, bahkan sebagian wanita berkata: Tidak pantas untuk menikah dengan mereka yang kakinya tidak berdebu dengan debu medan jihad.

Pemuda yang tidak shalat dan tidak duduk di hadapan para Ulama dianggap tidak layak menjadi ayah dari anak-anaknya dan hanya layak menjadi pelayan ternak di gudang, dan seperti itulah para istri/ wanita di zaman keemasan Islam menjadi penolong bagi suaminya untuk menjadi muslim sejati penolong agama Allah Ta’ala.

Simak penuturan Asma’ binti Abu Bakar radhiallahu ‘anha berikut ini, beliau menceritakan sekilas tentang rumah tangganya, dia berkata, “Zubair menikahi aku sedangkan dia tidak memiliki harta apapun di dunia, tidak juga budak atau apa pun kecuali hanya seekor kuda miliknya.” Asma berkata, “Maka akulah yang mencarikan rumput untuk kudanya, memenuhi kebutuhannya, menghaluskan biji kurma, memberinya tanda, mengambil air untuknya, menambal embernya, dan membuat adonan… Aku juga yang membawa biji-biji kurma di atas kepalaku dari kebun Zubair yang diberi oleh Rasulullah ﷺ yang berjarak duapertiga farsakh (sekitar 3 sampai 4 kilometer)” Asma melanjutkan, “Suatu ketika aku berjalan sementara di atas kepalaku ada biji-biji kurma (yang aku bawa), aku berjumpa dengan Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya, beliau pun memanggilku. Beliau katakan kepadaku, “Kemari-kemari!, ” maksud beliau agar beliau sediakan hewan tunggangan di belakang beliau untuk kutumpangi.” Asma’ melanjutkan, “Namun saya malu berjalan di belakang para lelaki, maka saya pun sampaikan akan Zubair dan rasa cemburunya.” Asma berkata, “Zubair adalah orang yang paling cemburu. Dan Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa saya malu, maka beliaupun berlalu dan saya menemui Zubair, saya berkata, “aku bertemu dengan Rasulullah ﷺ sedang di atas kepalaku ada biji yang aku bawa. Beliau bersama beberapa sahabatnya, lalu beliau turun dari untanya dan mempersilahkan aku untuk menungganginya, maka aku malu dan aku tahu akan rasa cemburumu. Zubair lalu berkata, “Demi Allah, kamu membawa biji kurma di atas kepala lebih berat bagi perasaanku daripada naiknya kamu bersama Rasulullah ﷺ.” (H.R. Ahmad; 25700, lihat Shaih Bukhari; 5224, dan Shahih Muslim: 2182)

Lihatlah bagaimana pengabdian dan kesetiaan seorang Wanita shalihah yang sangat berjasa besar dalam perjalanan hijrah Nabi ﷺ itu, dialah yang menyiapkan dan mengantarkan bekal makanan untuk ayahnya dan Nabi ﷺ, hingga digelari ‘pemilik dua sabuk’, perhatikan bagaimana ia menjaga perasaan suaminya meski keringat lelah mengalir di sekujur tubuhnya, dengan bijak ia menolak tawaran Rasulullah ﷺ karna mengetahui sifat suaminya, walaupun pada akhirnya sang suami menyesalkan pilihan istrinya itu yang enggan untuk menunggangi unta yang akan meringankan bebannya.

Baca Juga  Syukur dan Keutamaannya (1)

Seperti itulah para wanita shalihah menikmati pengabdian mereka untuk suami tercinta, bagi mereka jalan surga terbentang luas disetiap ketaatan demi ketaatan kepada suami, maka tidak heran jika akhlak dan kesalehan menjadi nilai mutlak yang harus dimiliki oleh laki-laki yang ingin menjadi imamnya tanpa memandang status ekonominya meski dia sendiri adalah seorang putri bangsawan arab sekelas Abu Bakar radhiallahu ‘anhu.

Kebanggaan itu hadir saat makanan yang dihidangkan dan disantap suami menjadi asbab suaminya itu kuat dalam beribadah kepada Allah Ta’ala, ketika pakaian yang dicuci dan disetrika menjadikan suaminya terlihat bersih dan rapih saat menghadiri majelis ilmu, ketika kopi dan camilan yang disiapkan menjadikan suaminya terjaga disaat harus begadang dalam suatu urusan umat.

Bandingkan keadaan ini dengan sebagian wanita yang sibuk bersolek dan menjaga keindahan tubuhnya, saat memilih pendamping hidup, akhlak dan keshalihan tidak menjadi prioritas dalam kriteria pria idamannya. Aduhai, betapa meruginya seorang istri ketika makanan yang disajikan bukan menjadi asbab suaminya ta’at melainkan lalai dalam maksiat, ketika pakaian yang disiapkan sekedar menjadikannya terlihat gagah di hadapan teman-teman wanitanya, ternyata kehidupan berumahtangga tidak mejadi ladang untuk saling tolong menolong dalam ibadah dan keta’atan tetapi menjadi wasilah dalam dosa dan kemaksiatan wal’iyadzu billah.

Mari belajar dari sepenggal kisah yang menjadi motivasi bagi wanita Muslimah dalam kehidupan rumah tangga mereka, dari hadis Jabir bin Abdillah radhiallaahu ‘anhu beliau berkata: “Saat kami sedang duduk bersama Rasulullah ﷺ, datanglah seorang wanita kepadanya dan berkata: wahai Rasulullah, aku adalah utusan para wanita yang datang kepadamu. Wahai Rasulullah, Tuhan laki-laki dan Tuhan perempuan adalah Allah, dan Adam adalah bapak laki-laki dan bapak perempuan. Dan Hawa adalah ibu laki-laki dan ibu perempuan, dan Allah Swt mengutusmu kepada laki-laki dan perempuan, jika laki-laki keluar di jalan Allah lalu terbunuh (syahid) maka mereka akan hidup di sisi-Nya dengan limpahan karunia dari-Nya, dan bila mereka keluar, mereka mendapat pahala, sedangkan kami mengabdi kepada mereka dan menahan diri dari hal-hal tersebut, maka pahala apa yang akan kami peroleh? Rasulullah saw berkata: Sampaikan salam saya kepada para wanita dan katakan kepada mereka: “bahwa ketaatan kepada suami setara dengan apa yang ada di sana (semua keta’atan yang dilakukan oleh laki-laki di luar rumah), dan sangat sedikit dari kalian yang melakukannya”. (H.R. Ibnu Abi Dunya dalam an-nafaqqah ‘alal ‘iyal; 528, dan Ibnu Basyran dalam amalih; 11, dengan sanad baik dan tersambung)

Sebuah pesan penting yang tak lekang oleh waktu, tanggung jawab dan keutamaan yang luar biasa, dimana wanita memperoleh pahala jihad saat dia berada di tempat tidurnya, dan memperoleh pahala salat berjama’ah saat dia berada di kamarnya, dan dia memperoleh kemulian terluka dan mati syahid di jalan Allah sedangkan dia tidak meninggalkan rumahnya.

Baca Juga  Senyuman

Sahabat Wanita yang dimaksud dalam hadits ini adalah Asma’ binti Yazid al-Asyhaliyyah radhiallahu ‘anha, beliau menjadi wasilah yang dengannya Rasulullah ﷺ mengajarkan kepada wanita muslimah tentang suatu jalan terdekat dan singkat menuju surga, yaitu jalan ketaatan dan membaktikan diri kepada suami.

Napoleon Bonaparte pernah ditanya: Benteng Islam bagian timur manakah yang paling kuat yang pernah dihadapi oleh pasukan prancis?? dia menjawab : Wanita-wanita muslimah, maka dari itulah mereka berusaha merusak benteng-benteng tersebut di masa-masa awal peperangan, dan hal itu terbukti dengan keteguhan wanita-wanita muslimah yang senantiasa berpegang teguh kepada agamanya, dengan Al-Qur’an dan sunah yang selalu menjadi pedoman hidup mereka.

Bisa dibayangkan jika seorang istri yang harusnya menjadi payung keteduhan bagi sang suami kala teriknya godaan syahwat diluar sana, kala hujan bujukan nafsu memercikkan kenikmatan sesaat, adakah payung itu mampu melindungi dan menguatkannya?. Jika seorang istri yang harusnya menjadi ibu bagi anak-anaknya, yang seharusnya nasehat, keteladanan dan keindahan akhlak menjadi tontonan utama bagi sang buah hati, akankah itu tergantikan dengan gadget yang lebih akrab dalam genggamannya, maka wanita Muslimah adalah benteng kokoh perjuangan.

Suatu hal yang perlu menjadi perhatian besar bagi wanita Muslimah untuk menjadi benteng kokoh itu, setelah membentengi diri dengan Akidah dan Ilmu Syar’i yang benar, sebagai benteng dari dalam, adalah menguatkan benteng luar wanita muslimah, dan dia adalah hijab.

Pada tahun 1930 Prancis mengadakan perayaan besar yang menandai 100 tahun pendudukannya atas aljazair, mereka mengumumkan ke penjuru dunia bahwa perayaan ini adalah bukti kematian islam di Aljazair, dan orang-orang Aljazair telah tunduk dan mau berbaur dengan masyarakat prancis, untuk menunjukkan hal itu mereka menggunakan bantuan seorang pria kristen bernama “lacoste”, merekapun melakukan suatu pertunjukan (demonstrasi) dengan gadis-gadis aljazair sebagai alat peraganya, mereka berusaha mengubah gadis-gadis tersebut dengan menjauhkannya dari identitas dan ajaran islam.

Beberapa tamu perwakilan kolonial Eropa yang menduduki negara-negara Arab diundang untuk menghadiri demonstrasi itu, agar mereka mendapatkan pelajaran dari pengalaman prancis menaklukkan Aljazair dan hal itu mereka bisa terapkan dinegara-negara Arab yang sedang atau akan mereka jajah.

Para tamu undangan pun berkumpul disebuah auditorium besar, dan tak lama kemudian tirai diangkat, namun bak petir disiang bolong menyambar para tamu undangan dan semua yang hadir ketika mereka menyaksikan gadis-gadis peraga Aljazair tampil dengan hijab lengkap mereka.

Publik dan media prancis geger dengan penuh tanya : apa yang telah prancis lakukan selama satu abad?!, dan ketika “lacoste” ditanya tentang hal itu, iya hanya bisa menjawab : “apa yang bisa saya lakukan jika Al-Qur’an lebih kuat dari prancis?”, dan begitulah ketika Al-Qur’an telah tertanam dihati seorang Muslimah, sekuat apapun ujian keimanan silih berganti datang tidak akan mampu menggoyahkan Aqidah dan keyakinannya, mereka kembali kepada Al-Qur’an, kembali kepada hijab dan kembali kepada kemuliaan, dan setelah menikah mereka menjadi benteng-benteng kokoh yang menopang perjuangan suami-suami mereka, mempersiapakan anak-anak mereka sebagai penerus perjuangan, dengan demikian tak ayal jika benteng-benteng kokoh itu adalah wanita Muslimah nan salehah.

Baca Juga  Fokus pada yang kita bisa

إِنَّ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ يَهۡدِي لِلَّتِي هِيَ أَقۡوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرٗا كَبِيرٗا

“Sungguh, Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar”. (Surat Al-Isra’, Ayat 9)

Sebagai penutup, teruntuk saudariku Muslimah -semoga Allah menjaga anda-; Ketahuilah, bahwa segala bentuk upaya orang-orang liberal dan sekuler untuk menjauhkan anda dari hijab dengan mengatasnamakan kebebasan dan hak asasi wanita, pada hakikatnya adalah upaya kebebasan untuk menginjak harga diri dan kehormatan anda, mereka sangat paham bahwa fitnah wanita adalah fitnah terbesar untuk menghacurkan keimanan laki-laki, jika dia tidak menjadi benteng yang kokoh untuk keluarganya maka dia yang akan menjadi penghacur benteng keimanan laki-laki beriman.

Rasulullah SAW bersabda :

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنْ النِّسَاءِ

“Tidaklah aku meninggalkan suatu fitnah setelahku yang lebih dahsyat bagi kaum laki-laki melebihi fitnah wanita.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Sebuah penilitian dikota brussel belgia pernah menyebutkan tidak kurang dari 16 juta wanita di Eropa mengalami berbagai macam kekerasan, di Amerika salah satu penelitian pernah merilis bahwa 1 dari 8 wanita amerika mendapatkan pelecehan seksual atau tidak kurang dari 12 juta wanita, pada tahun 1991. Majalah Times amerika melansir adanya tuntutan agar pemerintah ikut campur dalam masalah ini dengan mewajibkan wanita-wanita mereka untuk mengenakan pakaian yang sopan dan menutup aurat (yang menyamai pakaian wanita muslimah) dan tahukah kita berdasarkan sebuah sumber penelitian pernah menyebutkan bahwa setiap 82 detik didunia ini terjadi kasus pemerkosaan, atau setiap 82 detik didunia ini ada wanita yang diperkosa, wallaahul musta’an

Sejarah banyak mencatat diantara misi penjajahan eropa adalah memerangi hijab. Terbukti pada tahun 1929 ketika kerajaan Turki Usmani runtuh, presiden liberal Mustafa Kemal melarang hijab. Begitu juga dengan penjajahan prancis di Aljazair. Adapun Mesir setelah penjajahan Inggris banyak tulisan dan kampanye yang memerangi hijab.

Musuh islam sadar mereka tidak bisa mengeksploitasi wanita selagi mereka kembali kepada islam, kembali kepada HIJAB sebagai benteng awal pertahanan wanita muslimah. Senjata untuk meruntuhkan peradaban islam adalah melalui wanita muslimah. Bagi mereka kebebasan wanita adalah bebas dari sekat-sekat dan belenggu agama menuju belenggu kehinaan dan kenistaan, dan itu dimulai dari hal yang paling terlihat dari seorang wanita, yaitu cara berpakaian yang membedakan seorang muslimah dengan selainnya. Maka mereka mengajak untuk bebas dari keta’atan kepada Allah menuju penghambaan kepada hawa nafsu dan syahwat, wallaahul Musta’aan.

Islam telah memuliakan anda wahai Wanita Muslimah dengan Hijab yang menutupi aurat anda, maka jangan tanggalkan kemuliaan dan kehormatan itu.

Imran Bukhari Ibrahim, Lc., M.H.

Mahasiswa S3 King Saud University, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Dirasat Islamiyah, Prodi Fiqih dan Ushul Fiqih

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?