Bagaimanakah Al-Quran Mengajak kepada Tauhid?

Allah Ta’ala tidaklah mengutus para nabi dan rasul kecuali untuk mengajak umat manusia agar memurnikan tauhid dan iman mereka semata kepada-Nya. Dia berfirman,
وَلَـقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَ
Artinya: “Sungguh, Kami telah mengutus rasul pada setiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah dan jauhilah tagut’.” (QS. An-Nahl: 36)
Sebab itu, tak heran jika dalam Al-Quran, Allah Ta’ala menggunakan berbagai macam cara untuk menanamkan nilai-nilai tauhid di dalam hati para hamba-Nya.
Apa saja metode yang Allah gunakan tersebut? berikut penjelasannya:
Metode Pertama: Menyebutkan Keindahan Tauhid
Dalam menjelaskan indahnya tauhid, Allah Ta’ala mempermisalkannya dengan beberapa permisalan indah berikut ini:
- Menggambarkan tauhid sebagai pohon yang indah dengan akar yang kuat, serta ranting yang menjulang tinggi. Dia mengabadikan hal ini dalam firman-Nya:
اَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصْلُهَا ثَابِتٌ وَّفَرْعُهَا فِى السَّمَآءِ
Artinya: “Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit?” (QS. Ibrahim: 24)
Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma yang merupakan pakar tafsir dari kalangan para sahabat menjelaskan bahwa kalimat yang baik itu adalah syahadat laa ilaha illallah (tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah), sedangkan pohon yang baik itu adalah seorang mukmin yang tertanam di dalam hatinya kalimat laa ilaha illallah, dan dengan kalimat tauhid itulah amalannya terangkat ke atas langit.
Kemudian Allah Ta’ala menambahkan bahwa pohon tersebut bukanlah sekadar pohon tanpa buah. Dia berfirman,
تُؤْتِيْۤ اُكُلَهَا كُلَّ حِيْنٍ بِۢاِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ
Artinya: “(Pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan, Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.“ (QS. Ibrahim: 25)
Jika saja kita senang memiliki pohon rindang yang senantiasa berbuah, maka hendaknya kita jauh lebih bergembira jika menahuidkan Allah Ta’ala hingga akhir hayat.
- Allah ‘Azza wa Jalla menyebutkan bahwa tauhid adalah tali kekang yang kuat. Dia berfirman,
فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّا غُوْتِ وَيُؤْمِنْ بِۢاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
Artinya: “Barang siapa ingkar kepada tagut (sembahan selain Allah) dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 256)
Jika saja dalam kehidupan sehari-hari, bahkan di saat genting kita membutuhkan tali yang kuat demi menyelamatkan diri, maka tentu kita jauh lebih butuh kepada murninya tauhid demi keselamatan dunia-akhirat.
Metode Kedua: Menjelaskan Buruknya Kesyirikan.
Allah Ta’ala mempermisalkan kesyirikan dengan sebuah pohon yang buruk. Dia berfirman,
وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيْثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيْثَةِ ٱِجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْاَ رْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَا رٍ
Artinya: “Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun.” (QS. Ibrahim: 36)
Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma menjabarkan ayat tersebut bahwa pohon yang buruk itu adalah permisalan untuk orang kafir. Orang yang kafir kepada Allah Ta’ala tidaklah diterima amalannya dan tidak akan terangkat kepada Allah. Sebab itu, ia tidak memiliki amalan saleh apa pun di dunia maupun di akhirat kelak.
Tidak hanya sampai di situ, Allah ‘Azza wa Jalla juga menyinggung orang-orang yang mempersekutukan-Nya bahwa mereka pun tidak akan senang jika hamba sahaya yang mereka miliki menjadi sekutu dan saingan bagi mereka. Dia berfirman,
ضَرَبَ لَكُمْ مَّثَلًا مِّنْ اَنْفُسِكُمْ ۗ هَلْ لَّكُمْ مِّنْ مَّا مَلَـكَتْ اَيْمَا نُكُمْ مِّنْ شُرَكَآءَ فِيْ مَا رَزَقْنٰكُمْ فَاَ نْتُمْ فِيْهِ سَوَآءٌ تَخَا فُوْنَهُمْ كَخِيْفَتِكُمْ اَنْفُسَكُمْ ۗ كَذٰلِكَ نُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ
Artinya: “Dia membuat perumpamaan bagimu dari dirimu sendiri. Apakah (kamu rela jika) ada di antara hamba sahaya yang kamu miliki, menjadi sekutu bagimu dalam (memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu, sehingga kamu menjadi setara dengan mereka dalam hal ini, lalu kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada sesamamu. Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengerti.” (QS. Ar-Rum: 28)
Metode Ketiga: Menjanjikan Balasan Indah bagi Orang Bertauhid dan Ancaman Azab bagi Orang Musyrik.
Sudah merupakan fitrah manusia bahwa mereka senang jika dijanjikan hadiah yang indah dan takut jika diberikan ancaman yang mengerikan. Sebab itu, Allah Ta’ala selalu menjanjikan surga yang indah berikut sungai-sungainya dan kenikmatan yang tiada habisnya untuk orang-orang yang beriman. Dia berfirman,
وَبَشِّرِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَ نْهٰرُ ۗ كُلَّمَا رُزِقُوْا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِّزْقًا ۙ قَالُوْا هٰذَا الَّذِيْ رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَاُتُوْا بِهٖ مُتَشَابِهًا ۗ وَلَهُمْ فِيْهَاۤ اَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ ۙ وَّهُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
Artinya: “Dan, sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dari surga, mereka berkata, ‘Inilah rezeki yang diberikan kepada kami dahulu.’ Mereka telah diberi (buah-buahan) yang serupa. Dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang suci. Mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 25)
Marilah kita merenungi ayat ini! Allah Ta’ala menyediakan tempat tinggal, berikut pangan yang nikmat, serta pasangan yang berparas indah nan suci untuk orang yang tidak menyekutukan-Nya!
Sebaliknya, Dia mengancamkan api neraka untuk orang-orang yang tidak menauhidkan-Nya. Dia berfirman,
فَاتَّقُوْا النَّارَ الَّتِيْ وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ ۖ اُعِدَّتْ لِلْكٰفِرِيْنَ
Artinya: “Maka takutlah kamu akan api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 24)
Bayangkanlah kehancuran apa yang akan didapatkan oleh orang-orang yang mengingkari keesaan Allah Ta’ala jika mereka kelak menjadi bahan bakar api neraka?!
Akhir kata, marilah kita senantiasa memurnikan tauhid dalam segala urusan kita, dalam hal tawakal, ibadah, sedekah, doa, dan segala ibadah kita. Semoga dengannya, Allah melindungi kita dari panasnya api neraka. Amin.
Referensi:
- Kitab al-Qawa’id al-Hisan al-Muta’alliqah bi Tafsir al-Qur’an karya Syekh Abdurrahman as-Sa’diy.
- Kitab al-Maslak ar-Rasyid ila Syarhi Kitab at-Tauhid karya Syekh Dr. Sulthan al-‘Umairiy.