Akidah

Akidah Syiah (Bag. 2)

Sumber Agama Ahlusunah

Syiah memiliki sumber agama yang berbeda dengan sumber agama Ahlusunah, sumber agama Ahlusunah adalah: Al-Quran, Hadis dan Ijmak, dan Syiah menyelisihi ini semua.

  • Sikap Mereka Terhadap Al-Quran

Syiah beranggapan bahwa Al-Quran yang ada sekarang masih kurang dan banyak berubah, sedangkan Al-Quran yang lengkap berada di tangan Ali (ra) dan para keturunannya, yang di mana saat ini Al-Quran versi lengkap menurut mereka berada di tangan Al-Mahdi yang masih berada di dalam gua. Seorang Syiah Husain Ath-Thabrasi menulis sebuah buku yang berjudul “Penjelasan Rinci mengenai Perubahan dalam Kitab Rabb dari segala Rabb” yang di cetak di Iran pada tahun 1298 H di sertai dengan stempel resmi dari negara Iran.

Syekh mereka Al-Mufid berkomentar: “Kabar-kabar yang datang dari para Imam dari kalangan keluarga Ahli Bait, telah memberikan sebuah kesimpulan bahwa Al-Quran telah di selewengkan dan di ubah oleh tangan-tangan orang zalim berupa tindak penghapusan dan pengurangan terhadap kitab suci”.

Faktor yang memicu sekte Syiah sehingga berkeyakinan bahwa Al-Quran telah di ubah karena sebagian besar dari keyakinan-keyakinan rusak mereka tidak sesuai dengan Al-Quran yang ada sekarang, mereka mengkafirkan para sahabat sementara Al-Quran menjelaskan bahwa Allah ﷻ rida terhadap para sahabat, menyebutkan keutamaan mereka serta menjanjikan surga untuk mereka. Di dalam Al-Quran juga tidak terdapat keyakinan yang mereka sebut dengan Para 12 Imam, tidak pula menyebutkan secara gamblang bahwa Ali (ra) adalah khalifah yang sah setelah Nabi ﷺ.

Syiah -semoga Allah mencampakkan wajah mereka- menuduh Aisyah (rah) dengan perbuatan keji, sementara Allah ﷻ dalam Al-Quran telah menjelaskan bahwa tuduhan itu tidak benar adanya.

Baca Juga  Hak-Hak Sahabat Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam Atas Kaum Muslimin (Bag. 2)

Syiah mengklaim bahwa Al-Quran Fatimah yang sekarang di pegang oleh Imam Mahdi mereka memiliki ukuran 3 kali lipat dari ukuran Al-Quran yang sekarang, mereka juga mengatakan bahwa barang siapa yang menghafal Al-Quran versi Ahlusunah maka dia tidak akan bisa menghafal Al-Quran Fatimah yang di bawa oleh Imam Mahdi ketika keluar dari Gua pada akhir zaman.

  • Sikap Mereka Terhadap Hadis Nabi ﷺ

Adapun sikap mereka terhadap hadis-hadis Nabi ﷺ maka tidak jauh berbeda dengan sikap mereka terhadap Al-Quran. Syiah tidak mengakui keabsahan kitab-kitab hadis induk seperti Bukhari, Muslim dan kitab-kitab hadis lainnya yang di mana jalur periwayatannya bersambung langsung kepada Nabi kita Muhammad ﷺ.

Syaikh Usman Al-Khamis berkata: “Orang-orang Syiah tidak dapat meriwayatkan satu hadis pun yang bersambung langsung kepada Nabi Muhammad ﷺ, sementara di lain sisi, Ahlusunah telah meriwayatkan beribu-ribu hadis yang jalur periwayatannya jelas dan tersambung kepada Nabi ﷺ. Hal itu bisa terjadi karena para sahabat merupakan para perawi Al-Quran dan hadis.”

Syiah memiliki kitab-kitab khusus, perawi kitab-kitab mereka hanya berkutat antara para perawi yang rusak akidah seperti Ibnu Mahran, Ibnu Bukair, atau perawi hadis-hadis palsu seperti Ja’far Al-Qazzaz dan Ibnu Ayyash, atau perawi pembohong seperti Muhammad bin Isa, atau perawi yang tidak dikenal seperti Ibnu Ammar dan Ibnu Sakrah, atau perawi yang berakidah Tajsim seperti Hisyamin, dan Syaitan Taaq yang mereka kenal dengan sebutan Mukminah.

Pengikut Syiah merupakan orang-orang yang suka berdusta, di zaman Abu Hanifah mereka dikenal dengan sebutan “Kadzdzabin” yang memiliki arti “suka berdusta”.

Sebagian penyair melantunkan:

Kaum Syiah Rafidah kaum tak berakhlak

Paling buta terhadap ilmu dan paling penuh dusta

Baca Juga  Air Hujan Antara Karunia dan Petaka

Kitab-kitab mereka tidak bisa dipertanggungjawabkan dan tidak sampai kepada Nabi kita yang Maksum Nabi Muhammad ﷺ sebagaimana kitab-kitab ahlusunah. Periwayatan kitab mereka (menurut klaim mereka) berhenti di salah satu dari 12 imam yang mereka yakini adalah maksum. Mereka meyakini bahwa perkataan para imam setara dengan perkataan Allah dan Rasul-Nya, mereka berdusta atas nama para imam dan menjadikan dusta ini adalah bagian dari agama mereka, mereka mengakui menyembah Allah ﷻ dengan cara ini, inilah cara beribadah dalam sekte ini.

  • Sikap Mereka Terhadap Ijmak

Adapun ijmak (kesepakatan ulama pada suatu masa terhadap suatu hukum) maka mereka tidak menganggap itu adalah sesuatu yang sah. Mereka hanya mengakui keabsahan perkataan imam mereka saja. Jika ada pendapat ijmak yang senada dengan perkataan imam mereka, maka mereka mengikuti pendapat tersebut hanya karena imam mereka mengatakannya, bukan karena ijmak.

Usamah Maming, Lc., M.A.

Alumni S1 dan S2, Qassim University, KSA.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?