Akibat Tidak Mengenal Allah Ta’ala bag. 2
Akibat Tidak Mengenal Allah Ta’ala bag. 2
Setiap manusia niscaya akan meninggalkan setiap perbuatan yang dapat menimbulkan akibat buruk, atau melakukan sesuatu yang bisa menangkis akibat buruk tersebut. Namun sangat disayangkan perhatian kebanyakan manusia dalam hal ini lebih besar kepada urusan-urusan dunia mereka, seperti pekerjaan, pendidikan, kesehatan dan lain Sebagainya. Mereka sangat berhati-berhati agar tidak melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan akibat yang buruk.
Sikap seperti ini tentu sangat baik, karena agama pun menganjurkan demikian, akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah banyak diantara manusia yang tidak tahu atau lupa bahwa sumber terbesar keburukan dalam hidup mereka adalah karena mereka tidak mengenal Allah ta’ala.
Setelah mengkaji bersama beberapa akibat buruk karena tidak mengenal Allah ta’ala, dalam tulisan ke 2 ini akan kita bahas beberapa akibat buruk yang lain.
4. kegelapan dan kesempitan hati.
Cahaya hati dan kelapangannya bersumber dari Ma’riftullah ( mengenal Allah ), semakin besar ma’rifatullah yang ada dalam hati seorang hamba, maka semakin besar cahaya dan kelapangan yang akan didapatkan oleh hati tersebut. Demikian juga sebaliknya.
Ketika hati tidak mengenal Allah ta’ala maka hati akan mengalami kegelapan yang akan mengakibatkan keburukan-keburukan yang sangat fatal. Begitu juga hati akan merasa kesempitan yang menjadikannya selalu tidak nyaman. Maka bilamana hati kita telah gelap dan sempit pastilah kehidupan yang kita jalani akan terasa menyengsarakan.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
Artinya: Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.( Q.S Thaha:124).
Maka mengapa seorang hamba berani berpaling dari Allah ta’ala dan peringatanNya?
Jawabannya: Karena dia tidak mengenal siapa Allah ta’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦَ ﺇِﺫَﺍ ﺃَﺫْﻧَﺐَ ﺫَﻧْﺒًﺎ ﻧُﻜِﺖَ ﻓِﻲ ﻗَﻠْﺒِﻪِ ﻧُﻜْﺘَﺔٌ ﺳَﻮْﺩَﺍﺀُ ﻓَﺈِﻥْ ﺗَﺎﺏَ ﻭَﻧَﺰَﻉَ ﻭَﺍﺳْﺘَﻐْﻔَﺮَ ﺻُﻘِﻞَ ﻗَﻠْﺒُﻪُ ﻭَﺇِﻥْ ﺯَﺍﺩَ ﺯَﺍﺩَﺕْ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﻌْﻠُﻮَ ﻗَﻠْﺒَﻪُ ﻓَﺬَﻟِﻚَ ﺍﻟﺮَّﺍﻥُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺫَﻛَﺮَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ : ﻛَﻠَّﺎ ﺑَﻞْ ﺭَﺍﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﻗُﻠُﻮﺑِﻬِﻢْ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻳَﻜْﺴِﺒُﻮﻥَ
Artinya: ”Sesungguhnya seorang mukmin, jika melakukan satu perbuatan dosa, maka ditorehkan di hatinya satu titik hitam. Jika ia bertaubat, berhenti dan minta ampun, maka hatinya akan dibuat mengkilat (lagi). Jika semakin sering berbuat dosa, maka titik-titik itu akan bertambah sampai menutupi hatinya. Itulah ‘raan‘ yang disebutkan Allah ta’ala, sekali-kali tidak akan tetapi itulah ‘raan‘ yang disebutkan Allah dalam Al-Qur’an”. (HR. Ahmad, hasan).
Hadis diatas menegaskan bahwa tumpukan dosa yang tidak ditaubati akan menutupi hati dan menjadikannya gelap gulita yang akan menyengsarakan kehidupannya.
Lantas mengapa dia nekat berbuat dosa dan mendurhakai Allah ta’ala?
Jawabannya: Karena dia tidak mengenal siapa Allah ta’ala.
5. Rentan terkena penyakit-penyakit hati.
Penyakit hati merupakan sumber kebinasaan seseorang dan kerusakan agama serta dunianya. Mengapa demikian?
Diantara alasannya adalah karena sebab-sebab kekufuran kepada Allah ta’ala bersumber dari 4 penyakit hati, sebagaimana dituturkan oleh Imam Ibnul Qayyim, yaitu:
- Kibr ( sombong),
- Dengki,
- Marah, dan
- Syahwat ( keinginan buruk).([1])
Dari mana ke 4 penyakit tersebut muncul, sehingga menjangkiti hati?
Jawabannya adalah muncul akibat tidak mengenal Allah ta’ala;
Karena bila seorang hamba mengenal Allah yang Maha Agung lagi Maha Kuat, yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa, apakah layak bersikap sombong yang menjerumuskannya kepada pengingkaran kepada Allah ta’ala dan mendurhakaiNya.
Demikian juga penyakit dengki. para pendengki adalah musuh Allah ta’ala, mengapa demikian ?
Karena orang yang dengki benci terhadap nikmat dan kebaikan yang ada pada saudaranya, padahal Allah menyukainya, bahkan para pendengki ingin agar nikmat tersebut hilang, sedangkan Allah tidak ingin nikmat tersebut hilang dari hambaNya. Sehingga para pendengki hakikatnya menentang Allah dalam keputusan dan takdirNya, juga cinta serta ketidak sukaanNya.
Oleh karenanya iblis menempatkan dirinya sebagai musuh Allah; karena dosa yang dilakukannya atas dasar sombong dan dengki.
Mengapa iblis dan para pendengki nekat berbuat sombong dan dengki? Karena mereka tidak mengenal Allah ta’ala.
Oleh karenanya tidak ada yang dapat mencabut 2 sifat tercela tersebut dari hati dan jiwa selain dengan Mengenal Allah ta’ala, MentauhidkanNya, serta selalu ridlo dan kembali kepadaNya Azza wa Jalla.
6. Hilangnya ketenangan hati.
Karena ketenangan adalah buah dari keimanan, sedangkan pohon Keimanan tidak akan tumbuh subur serta berbuah kecuali bila senantiasa disiram oleh ilmu dan ma’rifah, Allah ta’ala berfirman :
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya: Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.( Q.S At taghobun : 11).
Menurut Syaikh As-Sa’di tentang tafsir ayat diatas, bahwa petunjuk atau hidayah Allah berikan ada dua macam([2]):
1. Khusus, yaitu saat tertimpa musibah. Oleh karenanya seorang mukmin bila ditimpa musibah, dia yakin bahwa musibah yang menimpanya tidak terjadi kecuali atas izin dan takdir Allah, sehingga dia senantiasa menerimanya dengan penuh keridhoan, dia akan bertawakkal kepada Allah, dengan penuh rasa optimis dan baik sangka kepadaNya, karena dia mengenal dengan baik siapa Allah ta’ala, Dialah yang Maha Pengasih dan Penyayang, Dialah yang Maha Berkuasa dan Menciptakan.
Dan seorang mukmin tidak akan bergantung kepada dirinya, karena dia mengenal kelemahan dan kekurangannya. Inilah yang menjadikannya senantiasa mendapatkan ketenangan hati, bahkan kecintaan dan keridloanya.
2. Umum, yaitu petunjuk yang Allah berikan kepada seorang mukmin dalam setiap keadaannya, ucapan maupun perbuatannya, serta ilmu dan amalnya. Bila dia benar-benar mewujudkan keimanannya kepada Allah ta’ala. Petunjuk tersebut akan hilang dari orang yang tidak mengenal Allah ta’ala.
Oleh karenanya ketika tertimpa musibah, hatinya akan cemas dan tidak tenang, selalu labil dan goyah tak menentu, sedih bercampur pesimis, takut bercampur emosi dan amarah. Dia coba bergantung kepada akal dan ototnya agar bisa tabah dan bertahan dalam musibah yang menimpanya namun gagal. Dia beralih kepada makhluk sepertinya manusia, materi, atau kekuasaan, tapi justru semakin menambah keterpurukannya. Seandainya dia mengenal Allah ta’ala, maka solusi dari musibah yg menimpanya sangatlah mudah. Namun karena tidak mengenal Allah, maka diapun harus merasakan akibat buruknya.
Demikian penjelasan singkat tentang beberapa akibat buruk tidak mengenal Allah ta’ala. Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan taufik dan hidayahNya kepada kita, sehingga kita mampu mengenaliNya setiap saat dan dalam setiap keadaan. Dan juga kita berlindung kepada Allah dari kejahilan tentang diriNya. Aamiin.