Puasa & Ramadhan

Agar Keduanya* Begitu Berkesan

 لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا 

Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al Ahzab: 21)

Rasulullah sebagai suri teladan.

Syahadat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah bagian yang tidak terpisahkan dari syahadat kepada Allah ta’ala, olehnya dua kalimat syahadat yang suci tersebut selalu dilantunkan secara bersamaan seperti ketika tasyahud dalam salat, saat azan atau bahkan ketika seseorang ingin masuk Islam. Hal itu menegaskan bahwa Islam dan iman tidak sah kecuali dilandasi oleh  dua kalimat syahadat.

Adapun pengertian syahadat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdasarkan konsekuensi-konsekuensinya adalah:

  1. Menaati perintahnya.
  2. Membenarkan sabdanya.
  3. Menjauhi larangannya.
  4. Beribadah kepada Allah dengan petunjuknya.

Empat tuntutan di atas merupakan satu kesatuan yang saling terkait, jika salah satunya ditinggalkan maka syahadat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi tidak sempurna.

Mengapa demikian? Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah teladan yang paling sempurna iman dan Islamnya, juga paling sempurna akidah, ibadah serta akhlaknya.

Karakteristik para pengikut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Meskipun banyak yang sudah mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah teladan yang wajib diikuti, namun nyatanya masih banyak yang meninggalkan bahkan menyelisihi beliau.

Banyak yang sudah tahu bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mempersiapkan diri di bulan Syakban dengan memperbanyak ibadah terutama puasa, tapi masih banyak pula di antara kita yang tidak meneladaninya, justru malah memperbanyak melakukan hal-hal yang mubah atau hal yang makruh, bahkan hal yang haram, dengan alasan aji mumpung, mumpung belum masuk Ramadan, mumpung belum puasa, demi memuaskan hawa nafsu.

Banyak juga yang tahu bagaimana kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di bulan Ramadan yang sebentar lagi akan kita masuki, ibnu abbas t mengatakan:

“Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang yang paling murah hatinya dengan (berbagi) kebaikan, dan beliau lebih bermurah hati saat bulan Ramadhan, ketika ditemui oleh Jibril ‘alaihissalam, dan Jibril ‘alaihissalam menemui beliau setiap malam dalam Ramadan hingga berakhir (bulan), ia membacakan Al-Quran kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka jika Jibril ‘alaihissalam menemui beliau maka beliau adalah seorang yang lebih bermurah hati dengan (berbagi) kebaikan melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Baca Juga  Video: Panaskan Mesinmu, Bulan Kebaikan Akan Tiba | Syekh Ahmad al-Mishry | Penerjemah: Ustaz Fahmi Alfian, Lc.

Begitu banyak dan mudah kebaikan yang beliau dermakan di bulan suci tersebut. Sedangkan kita, berkali-kali bahkan puluhan kali puasa di bulan Ramadan, namun perubahan setelahnya belum signifikan, apalagi adanya peningkatan ke level yang lebih baik seperti Rasulullah, tentu hal itu hanya sekedar harapan.

Mengapa demikian? Bila kita membaca ulang ayat 21 surah Al-Ahzab, maka kita akan mendapati tiga karakteristik yang menjadi syarat agar kita mampu mengikuti dan meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Siapa saja yang tidak memiliki tiga karakteristik tersebut maka dia tidak akan mampu menjadikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai teladan yang diikuti, meskipun dia tahu dan mengklaim sebagai pengikutnya.

Demikian juga orang- orang yang telah menjadikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai teladan dalam hidupnya, kualitas ittiba’ mereka tergantung kepada kualitas tiga karakteristik yang disebutkan dalam surah Al-Ahzab ayat 21 tersebut. Maka menjadi sangat penting bagi kita untuk mengetahui tiga karakteristik tersebut, agar kita mampu mengikuti apa yang telah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam contohkan di bulan Syakban, Ramadan dan bulan-bulan lainnya sepanjang tahun. Semoga kita mampu mengikuti dan meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam kehidupan kita, di mana pun dan kapan pun kita berada, mulai urusan rumah tangga hingga urusan negara.

Adapun tiga karakteristik yang dimaksud adalah:

  1. Berharap kepada Allah

Allah berfirman:

 لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ

Artinya: “Bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah.” (QS. Al Ahzab: 21).

Berharap kepada Allah merupakan karakter yang harus dimiliki oleh seorang muslim untuk menuju Allah ta’ala dan meraih kebahagiaan di sisiNya. Namun karakter berharap (raja’) hanya ibarat satu sayap bagi seekor burung. Sehingga memiliki karakter berharap kepada Allah saja belum cukup, layaknya burung yang hanya memiliki satu sayap, tentu dia tidak akan bisa terbang.

Baca Juga  Keutamaan dan Teknis Puasa Enam Hari di Bulan Syawal

Oleh karenanya karakter raja’ (berharap) harus disertai karakter yang kedua yaitu:

  1. Takut (khauf) kepada Allah.

Karakter ini tersirat dalam firman Allah ta’ala:

 وَالْيَوْمَ الْآخِرَ

Artinya: “Dan (berharap)  hari akhir.” (QS. Al Ahzab: 21).

Beriman kepada hari akhir merupakan bagian dari iman kepada Allah ta’ala, karena Dialah yang memiliki dan menguasai hari itu, sebagaimana firmanNya:

 مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ

Artinya: “Pemilik hari pembalasan.” (QS. Al Fatihah: 4).

Berharap apa di hari akhir, dan apa yang ditakuti pada hari tersebut? Tentu berharap kebahagiaan dan takut sengsara, berharap nikmat dan takut azab, berharap berkumpul serta bertemu Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam dan takut dijauhkan dari beliau.

Kedua karakter inilah –raja’ (berharap) dan khauf (takut)- yang mempu memotivasi kita untuk mengikuti dan meneladani Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam, serta menghalau segala alasan-alasan yang akan menghalanginya.

Kapan kita termotivasi untuk salat malam di saat manusia lelap tertidur? Di saat kita berharap pahala dan rida Allah ta’ala yang merupakan tiket masuk surga, berjumpa dan berkumpul bersama Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam yang selalu menunaikan salat malam.

Dengan raja’ dan khauf tersebut kita mampu menghalau rasa kantuk, lelah, atau malas lantaran besarnya harapan yang ada dalam diri kita.

Kapan juga kita mampu menahan emosi ketika disakiti, mudah memaafkan, rendah hati,  menjaga lisan dan perbuatan agar tidak menyakiti orang lain? Saat berharap pahala dan rida Allah ta’ala serta berkumpul bersama Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam yang biasa menahan emosi ketika disakiti, mudah memaafkan, rendah hati,  menjaga lisan dan perbuatan agar tidak menyakiti orang lain.

Di zaman sekarang di mana sunah dianggap asing, kapan kita bisa teguh dan istiqamah mengamalkan sunah Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam di tengah merebaknya bid’ah? Saat kita berharap rida dan pahala dari Allah ta’ala sehingga diizinkan untuk minum dari telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, serta rasa takut yang sangat besar menjadi umat yang terusir dari telaga beliau karena meninggalkan dan menyelisihi sunah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.

  1. Isitiqamah (komitmen dan teguh).
Baca Juga  Ramadan Puncak Tarbiah Umat

Karakter ini tersirat dalam firman Allah :

 وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا 

Artinya: “Dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al Ahzab: 21).

Apa kaitan istiqamah dan banyak mengingat Allah ta’ala? Istiqamah adalah buah dari banyak mengingat Allah. Karena Allah ta’ala bersama para hambaNya yang banyak mengingatNya, Allah memberi mereka taufik, hidayah, pertolongan dan kemudahan.

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: Allah Ta’ala berfirman, ‘Sesungguhnya Aku berdasarkan pada prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku akan selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam hatinya, maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia berzikir mengingat-Ku dalam suatu jamaah, maka Aku akan sebut-sebut dia dalam jamaah yang lebih baik dari mereka.” (HR. Al Bukhori).

Inilah yang menjadikan kita sabar, teguh serta komitmen dalam mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan banyak mengingat Allah, maka akan terhindar dari lupa dan lalai yang menjadi sebab rusaknya komitmen dan keteguhan yang pada akhirnya menjerumuskan kepada kesalahan.

Sabar dan istiqamah sangat penting dalam mengikuti dan meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, karena sabar dan istiqamah ibarat tali yang mengikat raja’ (harap), khauf (takut), mahabbah (cinta), tawakkal (bergantung) dan karakter-karakter lain yang ditujukan hanya kepada Allah ta’ala saja

Oleh karenanya orang yang banyak mengingat Allah ta’ala, dia akan selalu berharap kepadaNya dan takut dari azabNya, selalu mendorongnya untuk istiqamah, teguh serta sabar dalam ketaatan sesuai dengan contoh dan teladan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Semoga ketaatan dan ibadah kita di bulan Syakban, Ramadan dan bulan-bulan lainnya bisa lebih baik, amin.

____

*Syakban dan Ramadan

Ridwan Nursalam, Lc., M.A.

Kandidat Doktor, Bidang Aqidah & Pemikiran Kontemporer, King Saud University, Riyadh, KSA.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?