18. Haji dan Motivasi Dakwah
HAJI DAN MOTIVASI DAKWAH
(Oleh : H. Ahmad Hanafi, Lc, M.A., Ph.D.)
Haji adalah salah satu momentum untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang murni nan luhur. Betapa tidak, Baginda Nabi shallallahu ’alaihi wasallam adalah suri tauladan dalam hal ini. Beliau selalu memanfaatkan momentum haji untuk berdakwah, baik ketika beliau masih di Mekkah maupun tatkala beliau menunaikan rukun Islam yang kelima ini di tahun ke-10 Hijriyah. Dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ’anhuma berkata, “Bahwasanya Rasulullah senantiasa menawarkan dirinya kepada orang-orang yang datang di setiap musim (haji) dan berkata, Adakah orang yang mau membawaku ke kaumnya karena kaum Quraisy telah menghalangiku untuk menyampaikan firman Tuhanku” (HR. Abu Dawud).
Bagi pembaca sirah nabawiyah (sejarah Nabi), akan terlihat betapa perjalanan haji Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam sarat akan pesan-pesan keislaman yang disampaikan oleh baginda Nabi, terutama dalam khutbatul wadaa’ berkaitan dengan prinsip-prinsip dasar yang menjadi tonggak ajaran Islam. Olehnya di akhir khutbah itu beliau meminta persaksian dari umatnya bahwa beliau telah mendakwahkan dan menyampaikan ajaran Islam ini secara sempurna. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda dalam khutbahnya pada hari penyembelihan (tanggal 10 Dzulhijjah) :
أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ؟، قَالُوا: نَعَمْ، قَالَ: اللَّهُمَّ اشْهَدْ، فَلْيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الغَائِبَ
“Jika demikian, apakah aku telah menyampaikan (ajaran agama ini)?” Para sahabat menjawab, “Benar (engkau telah menyampaikannya)”. Beliau berkata, “Ya Allah saksikanlah (persaksian para sahabat), dan hendaklah yang menyaksikan menyampaikan kepada yang tidak hadir” . (HR. Bukhari).
Hal ini merupakan perwujudan dari misi besar yang dibawa oleh Sang Panutan shallallahu ’alaihi wasallam. Allah berfirman yang artinya:
“Maka karena itu ajaklah (mereka kepada agama itu) dan istiqamahlah sebagaimana diperintahkan kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka“(QS. As-Syura : 15).
“Dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang“(QS. An-Nur : 54).
Dakwah, berbagi kebaikan
Salah satu misi penting dalam kehidupan seorang muslim adalah kecintaaannya untuk menyebarkan dan berbagi kebaikan kepada sesama, apalagi kepada orang- orang terdekat, sanak saudara, handai taulan dan saudara seiman lainnya. Ia tidak merasa puas jika kebaikan dan keindahan Islam hanya ia rasakan sendiri, tetapi ia berusaha untuk mengajak orang lain menikmati indahnya Islam bersama-sama. Ia yakin bahwa ini adalah salah satu tanda kesempurnaan iman. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda :
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidaklah sempurna keimanan seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana cintanya kepada dirinya sendiri“. (HR. Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu, ketika anda telah menggenapkan rukun Islam yang kelima, ketika anda telah menyandang gelar haji “H” dan hajjah “Hj”, maka sempurnakanlah keislaman anda dengan turut serta ikut dalam gerbong penyeru-penyeru kebaikan, orang-orang yang berdakwah di jalan Allah, seperti para manusia pilihan Allah yang telah memilih jalan dakwah sebagai misi suci dan salah satu prioritas utama dalam kehidupan mereka. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Katakanlah: Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku, mengajak kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik“. (QS. Yusuf: 108).
Keutamaan Berdakwah Di Jalan Allah
Begitu banyak ayat-ayat dan hadis-hadis yang mengutarakan keutamaan berdakwah di jalan Allah, di antaranya adalah :
- Berdakwah adalah sebaik-baik perkataan
Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru (mengajak) kepada Allah, Mengerjakan amal shalih dan berkata : Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (QS. Fusshilat: 33).
- Dakwah merupakan tugas ummat yang terbaik dan jalan menuju kemenangan
Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, mengajak kepada yang ma’ruf (kebaikan) dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (QS. Ali ‘Imran: 33).
Di ayat yang lain :
“Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan ummat yang menyeru kepada kebaikan mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan merekalah orang-orang yang mendapatkan kemenangan”. (QS. Ali ‘Imran: 104).
- Doa Nabi shallallahu ’alaihi wasallam bagi orang-orang yang berdakwah dan menyampaikan kebaikan.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda saat beliau berada di Khaif, Mina:
نَضَّرَ اللهُ عَبْدًا سَمِعَ مَقَالَتِي فَحَفِظَها وَوَعَاهَا وَبَلَّغَهَا مَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا
“Niscaya Allah akan menjadikan indah dan bercahaya (wajah) seorang hamba yang mendengar perkataanku, lalu ia menghafalkan dan memahaminya lalu menyampaikannya kepada yang belum mendengarnya”. (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan At-Thabrani).
- Pahala yang besar bagi yang berdakwah jika obyek dakwah mendapatkan hidayah karenanya.
Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ’anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ’alaihi wasallam berkata kepada Ali radhiyallahu ‘anhu tatkala menyerahkan panji perang Khaibar kepadanya :
فَوَاللَّهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ
“Demi Allah, Jika dengan sebabmu Allah memberi hidayah kepada seseorang, maka sungguh itu lebih baik dari onta yang berwarna kemerah-merahan”. (HR. Bukhari).
Onta yang berwarna kemerah-merahan merupakan harta yang sangat dibanggakan oleh bangsa Arab pada masa tersebut.
- Pahala orang berdakwah semakin bertambah jika apa yang ia dakwahkan diikuti oleh orang lain.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu berkata, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى، كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
“Siapa yang mengajak seseorang kepada petunjuk (Allah) maka ia akan mendapat pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka (yang mengikutinya) sedikitpun”. (HR. Muslim).
- Shalawat Allah dan Malaikat serta seluruh makhluk di langit dan di bumi bagi mereka yang mengajarkan kebaikan.
Dari Abu Umamah al-Bahiliy radhiyallahu ’anhu berkata, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ حَتَّى النَّمْلَةُ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتُ فِي الْبَحْرِ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ
“Sungguh Allah dan para malaikat serta seluruh penduduk langit dan bumi hingga semut di lubangnya dan ikan, bershalawat untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia”. (HR. Tirmidzi).
Maksud shalawat Allah untuk hamba adalah pujianNya, dan shalawat malaikat untuk manusia adalah doa dan permohonan ampun untuknya. Ragam cara dalam berdakwah
Dakwah tidak harus berbentuk pengajian umum atau tabligh akbar. Ini hanya salah satu ragam dalam tugas mulia ini. Dakwah juga dapat dilaksanakan melalui pendekatan personal, seperti dengan memberi nasehat kepada teman kerja, mengirim SMS petuah ke handphone pribadi, dan cara-cara lain semisalnya.
Dalam berdakwah, baik umum maupun individu, ada beberapa ragam cara yang dapat dipakai sesuai dengan tempat, waktu, dan kondisi masing-masing:
- Dakwah dengan lisan.
Dakwah dengan cara ini sudah sangat populer, bahkan dakwah selalu diidentikkan dengan metode ini. Bisa melalui ceramah umum, kajian halaqah, diskusi, tanya jawab, dan sebagainya. Dengan tatap muka maupun dengan rekaman suara atau video.
- Dakwah melalui tulisan.
Cara ini tidak kalah efektifitasnya dengan cara pertama, terlebih dalam era internet seperti sekarang ini. Seseorang bisa berdakwah dengan menulis buku, menulis artikel di majalah, website, koran, atau media lainnya.
- Dakwah dengan perbuatan.
Orang yang tidak pandai berbicara dan menulis pun dapat berdakwah melalui sikap dan tingkah laku. Bahkan tidak jarang bahwa cara ini lebih efektif dari pada yang lain, karena orang cenderung melihat contoh dari pada sekedar ucapan.
- Dakwah dengan harta.
Orang yang diberi kelebihan harta oleh Allah dapat berdakwah melalui hartanya. Bisa dengan menanggung pembiayaan dakwah, menyantuni para dai, mendirikan lembaga dakwah, dan sebagainya.
Semua ini hendaknya dilaksanakan dengan sikap bijaksana; memperhatikan kondisi obyek dakwah, baik tingkat pendidikannya, usia, daya tangkap, atau waktu yang mereka miliki, juga dengan memilih gaya bahasa yang sesuai. Allah berfirman yang artinya:
“Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah (bijaksana) dan mau’izah hasanah (nasehat yang baik) serta debatlah mereka dengan sesuatu yang lebih baik”. (QS. An-Nahl : 125).
Menjadi juru dakwah
Inilah saatnya kita membuktikan ketundukan kepada Allah, selama kita berhaji begitu banyak kebaikan-kebaikan yang kita lakukan. Kita begitu taat untuk menjalankan perintah Allah dan begitu takut untuk melakukan kemaksiatan kepadaNya. Kita berlomba-lomba menanam, memupuk dan memelihara pohon-pohon kebaikan. Alhamdulillah, tidak sedikit kebaikan yang telah kita persembahkan kepada Allah semata-mata mengharapkan ganjaran dariNya.
Maka, apakah setelah semua ini, setelah selesai dari prosesi ibadah haji, kita kembali menjadi seperti dahulu sebelum berhaji? Tentu jawabannya : Tidak. Oleh karena itu kita harus membuktikan bahwa kita mampu menjaga tradisi kebaikan yang telah kita jaga selama kita berada di dua kota yang mulia melaksanakan ibadah haji dan umrah. Tapi itupun belum cukup, kecuali ketika kita melibatkan diri kita menjadi para da’i yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah kerusakan.
Jika orang lain berlomba-lomba mencari dan memperebutkan kedudukan dan jabatan di tengah-tengah manusia, menjadi terhormat dan bernilai dalam pandangan manusia, maka mari kita berlomba-lomba mengejar kedudukan yang terhormat di sisi Allah, seperti para Nabi, para sahabat-sahabat Nabi, dan seperti para ulama yang telah menggoreskan tinta emas sejarah kehidupan mereka di jalan Allah. Salah satunya adalah dengan menjadi juru dakwah baik dengan perkataaan, tulisan, ataupun setidak-tidaknya dengan perbuatan kita. Kalaupun itu belum mampu untuk kita lakukan hari ini, maka kita bisa berdakwah dengan menyisihkan sebagian dari harta kita yang diinfakkan untuk kegiatan dakwah di jalan Allah, niscaya Allah akan mencatatkan pahala yang sama dengan orang yang terjun berdakwah secara langsung.
Ya Allah Jadikanlah kami orang-orang yang menjalankan kebaikan, mengajak dan berdakwah kepada kebaikan, dan kumpulkanlah kami di dunia dan di akhirat bersama orang-orang baik nan mulia yang senantiasa menyebarkan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan umat manusia. Amin. []