Haji & Umrah

Umrah, Menapaki Jalan Ibadah Menuju Baitullah

Kerinduan itu semakin membuncah, cita-cita itu semakin dekat, seiring semakin dekatnya Anda ke Baitullah al-Haram, mungkin tinggal menunggu hari, mungkin juga tinggal menanti hitungan jam, atau tinggal beberapa kilometer lagi, atau mungkin hanya beberapa langkah saja, Anda akan melihat sebuah bangunan impian sejak kita kecil. Sejak kita dikenalkan untuk melafalkan rukun Islam. Rukun Islam yang kelima berhaji ke Baitullah. Ya, bangunan itu adalah baitullah Ka’bah yang mulia.

Kerinduan ini akan terobati dengan ibadah umrah yang akan Anda laksanakan sebentar lagi. Ritual umrah bukan hanya sekedar kunjungan ke Masjidil Haram. Umrah adalah salah satu wujud ketundukan kita kepada Sang Pencipta Pemilik masjid ini. Ketundukan dari sisi hati, fisik, dan harta yang kita miliki. Di saat orang lain lebih memilih jalan-jalan berplesiran ke tempat-tempat wisata, Anda justru memilih untuk mengunjungi tempat mulia, meski hanya sebuah tempat yang dikelilingi oleh tanah gersang, gurun pasir, dan gunung bebatuan, meletihkan diri demi ibadah dalam sebuah perjalanan suci. Di saat orang lain memilih santai, berkumpul dengan kerabat dan teman sejawat, Anda justru lebih memilih untuk berkhalwat mengkonsentrasikan diri beribadah kepada Sang Maha Kasih, mengelilingi Ka’bah, menelusuri tapak-tapak di antara bukit Shafa dan Marwah, dibalut dengan untaian do’a, dzikir dan istighfar kepadaNya. Duhai indah dan syahdunya perjalanan ini. Jika semua orang mengetahui kadar nikmat yang Anda rasakan, niscaya mereka akan berlomba-lomba mengikuti jejak Anda. Tetapi, sangat sedikit di antara hamba-hamba Allah yang pAndai bersyukur.

Saudaraku!

Ibadah umrah memiliki keistimewaan yang tak biasa, cukuplah kami nukilkan dua sabda Rasulullah –shallallahu ’alaihi wasallam-, mudah-mudahan dua hadits tersebut mewakili sekian banyak dalil-dalil yang menunjukkan keutamaan ibadah  yang satu ini:

Hadits pertama: Sabda Rasulullah -shallallahu ’alaihi wasallam-, “Haji dan umrah adalah jihadnya orang lanjut usia, anak kecil, dan wanita.” [HR. Nasai].

Hadits kedua: Sabda Rasulullah –shallallahu ’alaihi wasallam-, “Antara satu umrah dengan umrah berikutnya adalah penghapus dosa [masa] di antara keduanya, dan tidak ada balasan bagi haji yang mabrur melainkan surga.” [HR. Bukhari & Muslim].

Saudaraku!

Agar ibadah umrah yang akan Anda laksanakan semakin memberi arti dan kesan yang mendalam, dan paling utama, agar Allah berkenan menerima dan memberikan ganjaran yang sempurna, maka berikut ini ada beberapa sentuhan nasehat yang penting untuk Anda ingat kembali. Maaf, bukan bermaksud menggurui, tetapi anggaplah ini sebuah sharing pengalaman dan pengajaran. Mudah-mudahan bermanfaat bagi semua orang yang selalu berusaha dan bermujahadah meningkatkan kualitas keimanannya. Teriring doa semoga Anda, kami, dan saudara-saudara kita yang lain bisa selalu istiqamah di jalan ini.

Baca Juga  KA'BAH

Pertama dan utama: Menghadirkan keikhlasan hati dalam ibadah ini. Nasehat keikhlasan kadang mudah secara teori, tetapi menghadirkannya serta menjaganya agar tetap hadir menemani ibadah kita bukanlah perkara mudah. Ikhlas itu, kebeningan hati, ketulusan jiwa, kemurnian tekad untuk mempersembahkan ibadah hanya untuk Allah.  Riya’ [niat ingin dilihat dan mendapat pujian orang] dan sum’ah [niat ingin didengar dan menjadi bahan perbincangan orang] dapat mengurangi bahkan menggugurkan nilai ibadah ini di sisi Allah. Ketahuilah, Allah sangat murka kepada hambaNya yang tak ikhlas. Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda, “Sesungguhnya perkara yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syirik kecil”. Para shahabat bertanya, “Apakah syirik kecil itu wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “[Syirik kecil itu] Riya’, sungguh pada hari penghitungan amalan para hamba, Allah Ta’ala berkata [kepada orang-orang yang riya’], “Pergilah kalian kepada orang-orang yang kalian maksudkan [riya] dalam amalan-amalan kalian di dunia, lihatlah apakah mereka memiliki ganjaran [untuk kalian]!” [HR. Ahmad].

Kedua: Contoh terbaik dalam berumrah dan dalam peribadatan kita yang lainnya adalah Sang Panutan Rasulullah –shallahu ’alaihi wa sallam-. Syahadat risalah yang kita ucapkan berkonsekuensi mengikuti apa yang beliau tuntunkan dan contohkan dalam perkara-perkara syariat. Apalagi beliau telah bersabda, “Ambillah dariku tata cara manasik kalian.” [HR. Muslim]. Tanpa mengurangi penghormatan kita kepada para ulama’ dan ustadz pembimbing kita dalam umrah, tidak ada salahnya kita “cerewet” dalam mengkonfirmasi keshahihan ibadah yang dilakukan. Pertanyaannya mudah: “Pak Kyai/Ustadz, Apakah yang kita lakukan ini ada tuntunannya dari Rasulullah –shallalahu ’alaihi wasallam- atau tidak?“. Kalau ada, maka segera ikuti dan taati. Tetapi kalau tidak, maka tinggalkan tanpa ragu, sambil berusaha untuk mencari tahu apa yang dianjurkan dan yang dilarang dalam ibadah itu. Ini sama halnya ketika Anda baru membeli handphone baru, agar betul-betul dapat menikmati aplikasi dan layanan yang tersedia, maka Anda harus membaca dan mengetahui seluk beluk tentang tata cara penggunaannya. Insya Allah, tidak berat jika ada tekad yang kuat.

Ketiga: Tanda resmi dimulainya “ihram” umrah Anda adalah ketika Anda telah melafalkan ucapan “Labbaika allahumma ‘umratan” [aku datang berumrah memenuhi panggilanMu Ya Allah] ketika Anda berada di Miqat [bagi yang menempuh jalur darat] atau berada sejajar dengan miqat [bagi yang menempuh jalur udara]. Setelah itu, Anda wajib memperhatikan larangan-larangan ihram [lihat di tabel]. Perbanyaklah mengulangi talbiyah dalam segala kondisi, tidak perlu menunggu komando atau aba-aba untuk bertalbiyah. Ingatlah bahwa ucapan talbiyah di saat itu adalah dzikir yang paling afdhal yang diucapkan oleh seorang hamba. Talbiyah adalah tauhid kepada Allah, ketundukan kepadaNya, dan penyerahan diri secara mutlak kepada Allah dan aturanNya. Kalau Anda menghayatinya dengan penuh makna, maka Anda akan sampai kepada satu kesimpulan penting bahwa hidup adalah sebuah perjalanan menuju Allah. Lafalkan, keraskan [khusus untuk pria], hayati, dan resapi maknanya!

Baca Juga  Mendulang Mutiara Di Tanah Suci (Bag. 2)

Berkaitan dengan pakaian ihram buat wanita, maka tidak ada anjuran khusus untuk memakai pakaian ihram berwarna putih seperti kaum pria. Wanita dibolehkan untuk memakai pakaian ihram warna apa saja, selama memenuhi persyaratan dan ketentuan ihram. Kalaupun akan berihram dengan pakaian berwarna putih maka perlu memperhatikan agar pakaian yang dikenakan tidak tipis dan tidak ketat sehingga dapat menampakkan lekukan-lekukan tubuh yang tidak pantas untuk ditonjolkan, apalagi dalam suasana ibadah. Gunakanlah pakaian ihram yang sama dengan pakaian Anda dalam shalat [mukena]! 

Keempat: Berkaitan dengan tata cara umrah, maka silahkan masuk ke link ini: Petunjuk Praktis Pelaksanaan Umrah. Yang perlu Anda perhatikan adalah bahwa para ulama’ membagi amalan umrah itu menjadi tiga kategori. Rukun umrah, wajib umrah dan sunnah umrah. Yang paling utama, adalah menyempurnakan semua amalan umrah ini tanpa meninggalkan satu pun dari amalan-amalan tersebut, baik yang rukun, wajib, ataupun sunnah. Tetapi, jika tidak mampu mengamalkan semuanya, maka minimal rukun dan wajibnya haruslah terpenuhi. Jangan sampai Anda mengejar sesuatu yang sunnah sehingga menelantarkan yang wajib bahkan rukun, atau melakukan sesuatu yang diharamkan. Contoh kasus yang paling sering terjadi adalah berusaha untuk mencium hajar aswad ketika thawaf dengan cara kasar dan mendzalimi orang lain. Mencium hajar aswad adalah sunnah thawaf, sementara menyakiti orang lain hukumnya haram.

Kelima: Thawaf di Ka’bah adalah ibarat shalat, meskipun kita dibolehkan untuk berbicara tetapi sungguh sangat tidak pantas menghabiskan thawaf dengan hal-hal yang tidak perlu. Thawaflah dengan penuh kekhusyukan dan ketenangan, perbanyak dzikir dan doa kepada Allah. Meskipun doa yang bersifat khusus disyariatkan hanya pada saat di Hajar Aswad dan ketika berada di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad. Berdoa sambil mengeraskan suara apalagi secara bersama-sama adalah hal yang tidak dianjurkan, bahkan bisa berubah menjadi dosa jika sampai mengganggu konsentrasi orang lain. Tidak perlu memaksakan diri untuk dekat ke dinding Ka’bah di saat sekitar Ka’bah sesak dengan banyaknya orang yang thawaf. Begitu juga tidak ada keutamaan khusus menyentuh dinding Ka’bah, kecuali pada Rukun Yamani [diusap tanpa dicium], dan Hajar Aswad saja. Jika shalat yang terbaik adalah shalat yang kita hadirkan dengan perasaan bahwa bisa jadi itu shalat terakhir kita, maka pada saat Anda thawaf hadirkanlah perasaan itu untuk menambah kekhusyukan dalam menjalaninya.

Baca Juga  Fiqih Ayat Tentang Haji

Keenam: Sa’i umrah adalah ibadah yang dilakukan setelah thawaf umrah. Pastikan Anda memulainya dari bukit Shafa dan mengakhirinya di bukit Marwah. Bagi pria disunnahkan untuk berlari kencang di saat berada di antara dua tanda hijau. Perbanyaklah do’a di saat Anda berada di Shafa dan di Marwah. Mintalah segala kebaikan dunia akhirat, untuk Anda pribadi, keluarga, teman, dan seluruh kaum muslimin. Tidaklah disunnahkan untuk menyentuh bebatuan yang ada di bukit Shafa dan Marwah, apalagi sampai mengusap dan shalat di atasnya. Karena perkara-perkara tersebut tidak dianjurkan sama sekali. Mungkin, ada sebagian orang di saat bersa’i berfikir untuk memanfaatkan panjangnya lintasan sa’i dengan senda gurau, mengutak-atik HP, mengirim atau menjawab pesan, bahkan mungkin sambil mengupdate status dan sebagainya. Ketahuilah, semua itu sedikit banyak akan mengurangi kekhusyukan sa’i yang sedang dilakukan. Tujuan dari sa’i adalah untuk mengingat dan berdzikir kepada Allah, maka sungguh sangat merugi jika dimanfaatkan dengan hal-hal yang melalaikan.

Ketujuh: Jika Anda telah melakukan thawaf dan menyempurnakan sa’i, maka setelah itu Anda diwajibkan untuk bertahallul. Tahallul adalah sebuah proses melepaskan dan menghalalkan diri setelah berihram. Bagi pria disunnahkan untuk menggunduli kepalanya, jika tidak, maka dengan mencukur secara merata seluruh rambut kepalanya dan bukan sebagian apalagi hanya beberapa helai saja. Memang ada beberapa pendapat para ulama yang membolehkan itu, tetapi mereka bersepakat bahwa meratakan seluruh rambut kepala adalah yang paling afdhal. Tentunya Anda, kami dan kita semua ingin melakukan yang terbaik dalam setiap ibadah kita. Bagi wanita, maka cukup menggunting rambutnya sepanjang satu ruas ujung jari. Hendaklah ia mencukur rambutnya di tempat yang tertutup sehingga tidak menampakkan aurat kepada selain mahramnya. Dan tidak mengapa ia menunda tahallulnya sampai ia kembali ke hotel atau tempat tinggalnya.

Saudaraku Jamaah Umrah!

Ibadah yang berkualitas adalah ibadah yang membawa dampak kebaikan dalam kehidupan kita, teruskan dan penuhi hari-hari keberadaan Anda di dua kota suci ini dengan memperbanyak ibadah dan taqarrub kepadaNya. Keberadaan Anda di tempat yang dimuliakan Allah ini hanya beberapa hari. Dan mungkin, bagi sebagian kita itulah kesempatan yang pertama dan terakhir. Maka manfaatkan kesempatan emas ini dengan sebaik-baiknya.

Akhirnya, kami hanya bisa berpesan dengan kata-kata sederhana: “Jika kesempatan umrah ini hanya sekali, maka berumrahlah dengan penuh arti”. Semoga Allah memberkati hidup Anda dan keluarga serta seluruh kaum muslimin. Amin.

Markaz Inayah

Markazinayah.com adalah website dakwah yg dikelola oleh Indonesian Community Care Center Riyadh, KSA. Isi dari website ini adalah kontribusi dari beberapa mahasiswa Indonesia yang saat ini sedang menempuh pendidikan di beberapa universitas di Arab Saudi.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Klik
Kami siap melayani anda
Anda terhubung dengan admin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan, ada yang bisa kami bantu?